1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sebulan Setelah Gempa Yogyakarta

Zipphora Robina di Yogyakarta29 Juni 2006

Yogyakarta bangkitlah dari puing-puing! Kata-kata di puluhan spanduk di Yogyakarta dan kawasan sekitarnya, juga merupakan harapan masyarakat setempat. Namun satu bulan setelah bencana 27 Mei lalu, masyarakat belum pulih dari shok gempa.

https://p.dw.com/p/CPWn
Masih banyak korban selamat yang harus tinggal di tenda
Masih banyak korban selamat yang harus tinggal di tendaFoto: AP

27 Mei lalu, kawasan Daerah Istimewa Yogakarta diguncang gempa hebat yang merenggut 6.000 nyawa dan memaksa 650.000 lainya mengungsi. Kini, sebulan setelahnya, kebanyakan korban belum pulih dari shok kehilangan sanak saudara dan seluruh harta benda mereka.

Sebagian dari para korban selamat menghabiskan satu bulan terakhir dengan membersihkan puing-puing rumah mereka sembari mencari batu bata dan kayu yang masih dapat dipergunakan. Selama mereka tidak dapat bekerja, mereka bergantung pada bantuan sembako organisasi kemanusiaan dan dana bantuan pangan yang dijanjikan oleh pemerintah. Memang, hanya sesaat setelah bencana terjadi, ungkapan simpati dan janji bantuan mulai mengalir.

Sejumlah organisasi kemanusiaan mengirimkan tim bantuan darurat, sementara pemerintah Indonesia berjanji akan segera menurunkan bantuan berupa dana sebesar 3.000 Rupiah per kepala untuk menjamin kebutuhan pangan korban selamat. Benarkah bantuan tersebut tiba di tangan penduduk? Menurut Suwandi, seorang warga desa Jabung, Kecamatan Gantiwarno, “Pernah mendengar dan mendapatkan tapi tidak lengkap …tapi kepastiannya kurang tahu saya.“

Desa Suwandi, yaitu desa Jabung di Kecamatan Gantiwarno, Klaten adalah salah satu desa yang mengalami kerusakan total akibat bencana gempa bumi. 99,5 persen bangunan di desa itu hancur, termasuk kantor kepala desa, Puskesmas dan sekolah tempat Suwandi mengajar. Suwandi dengan bangga menceritakan, ia sudah mulai membangun kembali rumahnya. Namun, pembangunan kembali ini akan makan waktu, keluh Suwandi. Ia tak punya uang untuk membeli bahan bangungan. Suwandi dan penduduk desa Jabung cukup beruntung. Walau agak terlambat, namun beberapa hari setelah gempa terjadi, bantuan luar mulai berdatangan.

Sangat berbeda dengan sejumlah daerah lainnya. Satu bulan setelah gempa bumi menggoyang Yogyakarta, masih ada kawasan yang belum tersentuh bantuan. Misalnya di Kasongan, kawasan Yogyakarta yang terkenal karena kerajinan tangannya. Daerah ini pun rusak berat akibat gempa, tapi tak satupun bantuan sampai di tangan penduduk. Warga yang kehilangan rumahnya terpaksa berteduh di bawah terpal. Mereka tidak menerima dana bantuan pangan dari pemerintah, sehingga sebagian tukang dan pengrajin harus meminjam uang pada juragan yang memiliki usaha kerajingan tangan. Satu dua di antara mereka mencoba menyelamatkan hasil kerajinan tangan yang mungkin masih dapat dijual.

Ditanya apakah mereka sudah melaporkan tidak adanya dana bantuan pemerintah untuk kawasan Kasongan, para tukang itu hanya mengangkat bahu sambil melanjutkan kerjanya. Tampaknya, mereka sudah bosan menunggu bantuan dari luar dan bertekad untuk bangkit sendiri dari puing-puing yang ditinggalkan gempa Yogyakarta.