1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Terorisme

Selandia Baru Larang Senjata Otomatis dan Semi-Otomatis

21 Maret 2019

Seminggu setelah peristiwa penembakan masjid di Christchurch, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern hari Kamis (21/3) mengumumkan pelarangan senjata otomatis dan semi-otomatis, yang selama ini bisa diperdagangkan.

https://p.dw.com/p/3FQ5x
Waffe AR-15 halbautomatisches Sturmgewehr
Foto: AP

Senjata api otomatis dan semi-otomatis seperti yang digunakan dalam serangan berdarah terhadap dua masjid di Christchurch 15 Maret lalu tidak boleh diperdagangkan lagi di Selandia Baru. PM Selandia Baru Jacinda Ardern menegaskan pelarangan itu hari Kamis (21/3).

Larangan itu akan berlaku untuk semua senjata semi-automatis MSSA dan senapan serbu gaya militer, termasuk juga perlengkapan-perlengkapan yang dapat digunakan untuk mengubah senjata api biasa menjadi semi-otomatis dan magasin peluru.

Jacinda Ardern menambahkan, UU baru tersebut akan mulai diberlakukan mulai 11 April mendatang. Selain itu pemerintah sekarang sedang menyusun rencana pembelian kembali senjata api dari pemiliknya dalam skala besar-besaran.

Pelaku penembakan di Christchurch diketahui membeli senjata-senjatanya secara legal dengan menggunakan lisensi kepemilikan senjata api standar. Dia kemudian memodifikasi senjata-senjata api itu untuk meningkatkan kapasitas tembak dengan magasin berisi 30 peluru. Ini "dilakukan dengan mudah melalui pembelian online yang sederhana," kata Jacinda Ardern.

Neuseeland Wellington Parlament Rede Ardern Waffengesetze
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda ArdernFoto: Getty Images/M. Tantrum

Polisi hingga kini belum merilis rincian senjata apa saja yang digunakan pelaku, tetapi rekaman-rekaman video menunjukkan setidaknya salah satu senjata api itu adalah senapan semi-otomatis mirip tipe AR-15 (foto artikel) yang telah banyak tersedia di Selandia Baru.

PM Jacinsa Ardern sebelumnya telah berjanji akan memperketat undang-undang pemilikan senjata api di negaranya setelah serangan di Christchurch. Kabinet searang sedang membahas kemungkinan pengecualian, misalnya bagi petani dan peternak yang perlu memusnahkan hama.

Pelarangan senjata disambut luas

Selandia Baru berpenduduk kurang dari 5 juta orang dan diperkirakan memiliki 1,2 juta hingga 1,5 juta senjata api, sekitar 13.500 senjata merupakan senjata tipe MSSA.

Sebagian besar petani dan peternak memiliki senjata, yang mereka gunakan untuk membunuh hama dan menembak mati hewan yang cidera berat. Kegiatan berburu juga merupakan kegiatan yang cukup populer.

Sementara itu, persiapan sedang dilakukan untuk acara pemakaman massal dan layanan doa pada hari Jumat (22/3) yang rencananya akan dipimpin oleh imam dari salah satu dari dua masjid yang mengalami teror penembakan.

Imam Gamal Fouda mengatakan dia mengharapkan 3.000 hingga 4.000 orang akan datang melakukan shalat Jumat, termasuk keluarga korban yang banyak datang dari luar negeri.

Acara hari Jumat akan akan berlangsung di Hagley Park, di seberang masjid Al Noor yang menjadi sasaran penembakan, selain masjid Linwood.

hp/as (rtr, afp, ap)