1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Semenanjung Korea Masih Tegang

25 November 2010

Korea Selatan bertekad akan menaikkan pertahanannya secara dramatis terhadap Korea Utara. Sementara tetangga terdekatnya itu mengancam akan menyerang lagi jika menghadapi provokasi militer yang semborno.

https://p.dw.com/p/QHsf
Gambar simbol ketegangan antara Kora Selatan dan UtaraFoto: DW/radoman - Fotolia.com

Peringatan terbaru Pyongyang muncul setelah pesawat pengangkut militer Amerika Serikat dikirim ke semenanjung yang dilanda ketegangan itu untuk mengikuti latihan militer dengan Korea Selatan. Latihan itu kini dimaksudkan sebagai unjuk kekuatan terhadap rejim komunis Pyongyang, namun membuat berang sekutu utamanya, Beijing.

Perdana Menteri Cina Wen Jiabao memperingatkan agar tidak melakukan aksi-aksi provokatif di Semenanjung Korea dan menghimbau semua pihak agar menahan diri. Demikian disebutkan dalam pernyataan yang dikeluarkan Kementrian Luar Negeri Cina Kamis ini (25/11). Namun tidak jelas apakan PM Wen merujuk pada baku tembak Korea Utara dan Selatan, ataukah rencana latihan militer AS-Korea Selatan.

AS dan Korea Selatan merencanakan empat hari pamer kekuatan di laut terhadap Korea Utara. Keduanya juga menghimbau Beijing agar menggunakan pengaruhnya untuk mengekang sekutunya yang sering tak patuh itu.

Hari Selasa (23/11), Korea Utara secara mengejutkan menghujani sebuah pulau berpenduduk milik Korea Selatan dengan peluru artileri. Dua tentara dan dua warga sipil tewas, 18 lainnya luka-luka. Semua korban berasal dari Korea Selatan.

Korea Utara menyatakan serangan itu adalah balasan, setelah Korea Selatan melanggar perbatasan lautnya dalam latihan militer Selasa itu (23/11). Untuk menguatkan dalih ini, pemerintah di Pyongyang menyiarkan pernyataan warganya, antara lain di televisi Jepang.

Korea Selatan serta merta membantah bahwa militernya melanggar perbatasan laut, sebelah barat semenanjung, yang dipersengketakan kedua negara. Menurut Seoul, militer Korea Selatan baru balas menembak, 13 menit setelah hujan artileri pertama dari Korea Utara yang kemudian membalas lagi dengan semburan artileri Utara dan dijawab kembali oleh Selatan.

Di dalam negeri, militer Korea Selatan dikritik bereaksi terlalu lamban. Kamis (25/11), Menteri Pertahanan Kim Tae Yung mengajukan pengunduran diri, yang diterima oleh Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak.

Sementara itu, di Seoul, warga dilanda kecemasan. Ibukota Korea Selatan itu hanya berjarak 80 km dari perbatasan ke Korea Utara. Seorang perempuan mengatakan, "Saya sangat kuatir jika situasi meluas jadi perang. Kalau itu terjadi, banyak teman saya yang harus ikut wajib militer."

Sementara ini situasi agak tenang. Perekonomian Korea Selatan tampaknya juga tidak terlalu lama terkesan pada ketegangan terbaru dengan Korea Utara. Kerugian besar di pasar bursa tidak muncul dan modal investasi sampai saat ini tidak ditarik.

Renata Permadi/Reuters

Editor: Yuniman Farid