1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Senjata untuk Abbas

29 Desember 2006

Menurut harian Haaretz, pemerintah Israel menutup mata terhadap kiriman senjata dari Mesir untuk pasukan keamanan Mahmud Abbas.

https://p.dw.com/p/CPA9
Anggota milisi Fatah di Jalur Gaza
Anggota milisi Fatah di Jalur GazaFoto: AP

Pengiriman senjata dilakukan di perbatasan Karni, satu-satunya jalur lalu-lintas perdagangan antara Israel dan Jalur Gaza. Senjata itu kali ini tidak diselundupkan melalui terowongan-terowongan rahasia di wilayah perbatasan. Mesir menyerahkan dua ribu pucuk senapan dan dua juta peluru kepada pasukan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas. Dengan begitu Presiden wilayah otonomi Palestina ini juga memiliki senjata bila terpaksa berhadapan dengan pihak pejuang Hamas. Padahal, saat ini berlangsung gencatan senjata resmi antara kelompok Fatah dan Hamas di Palestina. Paling tidak, itulah yang terdengar masyarakat.

Kamis pagi, surat kabar Israel „Haaretz“ memberitakan mengenai perdagangan senjata yang selama ini disangkal oleh Kantor Presiden Palestina. Kantor Presiden itu menyebutkan, dalam kardus kiriman itu hanya terdapat peralatan kantor dan peralatan Rontgen atau sinar x. Sementara itu di Israel, tak satupun orang yang meragukan pemberitaan surat kabar Haaretz. Bahkan kepada Radio Israel, Amos Gilad, Kepala Bagian Politik di Kementerian Pertahanan mengatakan, senjata itu bertujuan mendukung kekuatan-kekuatan pro perdamaian di wilayah itu.

„Di sini berlangsung perang antara kelompok Hamas atau Hisbulah, yang dipimpin oleh kaum ekstremis Shiah dan Sunni dan didanai oleh Iran. Ini merupakan perang antara kekuatan yang bisa mempengaruhi situasi di Timur Tengah secara positif dengan kekuatan yang tindakannya berdampak negatif.“

Walaupun begitu Israel mengaku, tidak berurusan dengan perdagangan senjata itu dan tidak mempersenjatai kelompok manapun. Sementara itu, pemerintahan Palestina menuntut diluncurkannya investigasi untuk membongkar masalah ini. Seorang jurubicara Perdana Menteri Ismael Haniyeh mengatakan, bahwa desas desus dipersenjatakannya satu pihak dalam konflik internal Palestina telah menambah ketegangan. Menurut Haniyeh, konflik internal itu tidak bersifat militer, tapi harus diselesaikan dengan dialog. Kilah Palestina tidak dipercayai oleh Menteri Meier Shirit dari Israel.

„Kami tidak ingin kedua pihak itu memiliki roket. Tapi memiliki senjata ringan guna membela diri itu logis. Oleh sebab itu menurut saya ya logis saja, bila kami mendukung Abu Mazen dan Fatah untuk melawan Hamas. Kan Hamas ingin menghancurkan Israel, jadi ya logis dong bila kita menukung lawannya. Selain itu, mau apa bila Hamas menentang itu? Hamas ingin meniadakan kami. Masakan saya justru harus memikirkan kekhawatiran mereka?”

Sebagian besar orang Israel beranggapan, bahwa perseteruan untuk kekuasaan di Palestina dalam waktu dekat akan kembali meledak. Dua minggu lalu Presiden Palesinta Abbas mengumumkan penyelenggaraan pemilihan umum baru, setelah gagalnya upaya membangun pemerintahan koalisi. Disebutkan, dalam konflik yang meledak akibat pengumuman itu, pejuang Fatah tak mampu mengatasi pasukan Hamas yang terorganisasi dan berdisiplin tinggi itu. Sementara Raja Abdallah dari Yordan telah menawarkan diri sebagai penengah, dan mengundang Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Perdana Menteri Palestina Ismael Haniyeh ke Mesir.