1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penembak Tak Asing bagi Dinas Rahasia

19 Maret 2015

Dinas rahasia sudah mengenal salah seorang penembak, yang menewaskan sedikitnya 20 wisatawan. Kata PM Tunisia, tapi ia tidak dikaitkan dengan kelompok teroris tertentu.

https://p.dw.com/p/1Et7B
Tunesien Tunis Angriff auf das Nationalmuseum in Bardo
Wisatawan dan pengunjung dievakuasi dari Museum Bardo ketika serangan terjadi (18/03)Foto: picture-alliance/AP/H. Dridi

Serangan berdarah yang terjadi di Museum Nasional Bardo Rabu (18/03) adalah serangan terburuk dalam beberapa tahun terakhir di Tunisia. Itu juga jadi pukulan terbesar bagi demokrasi yang masih muda dan labil. Selain itu, serangan itu merupakan ancaman baru bagi sektor turisme Tunisia. Negara itu tiap tahunnya didatangi turis dalam jumlah besar, terutama ke daerah pantainya yang berlokasi di Laut Tengah, juga oase di gurun pasir dan reruntuhan kota tua Romawi. Pariwisata negeri itu baru kembali pulih setelah lumpuh beberapa tahun.

Dalam wawancara dengan radio Perancis RTL, PM Habib Essid mengatakan, negaranya bekerjasama dengan negara-negara lain untuk mengungkap lebih banyak lagi tentang pelaku serangan, yang sudah teridentifikasi sebagai Yassine Laabidi and Hatem Khachnaoui. Keduanya ditewaskan penjaga keamanan museum, setelah melaksanakan serangan.

Tidak asing bagi dinas rahasia

Ia mengatakan, Laabidi tidak asing lagi bagi dinas rahasia. Tunisia sudah beberapa kali mengalami serangan ekstrimis Islam. Sebuah akun jejaring sosial Twitter yang berasosiasi dengan kelompok teroris Islamic State (IS) yang berpusat di Suriah dan Irak memuji serangan Rabu lalu.

Tunesien Tunis Premierminister Habib Essid Statement Terroranschlag
PM Tunisia, Habib EssidFoto: Getty Images/AFP//F. Belaid

Aparat keamanan menjaga semua jalanan penting Kamis (19/03), sementara pemerintah mengejar dua atau tiga oknum yang diduga terlibat dalam serangan tersebut. Dua kapal pesiar yang penumpangnya juga termasuk korban serangan meninggalkan pelabuhan Tunis Kamis dini hari.

Wisatawan ada yang dinyatakan hilang

Perusahaan perjalanan MSC Cruises menyatakan, sembilan penumpang dari kapal pesiar Splendida tewas dalam serangan, 12 cedera dan enam tidak diketahui rimbanya, ketika kapal kembali ke Laut Tengah dini hari. Kapal lainnya, Costa Fascinosa, melaporkan, 13 penumpang tidak berada di kapal, ketika kapal meninggalkan pelabuhan Rabu malam.

17 wisatawan yang tewas antara lain berasal dari Jepang, Italia, Kolumbia, Spanyol, Australia, Polandia dan Perancis. Essid mengatakan, dua warga Tunisia juga tewas dalam serangan oleh militan. Sedikitnya 44 orang cedera, termasuk turis dari Italia, Perancis, Jepang, Afrika Selatan, Polandia, Belgia dan Rusia. Demikian dinyatakan PM Essid dan beberapa dokter dari rumah sakit Charles Nicolle.

Juru bicara perusahaan Best1cruise, Takao Ogawa membenarkan laporan bahwa dua dari tiga korban tewas asal Jepang termasuk dalam kelompok 23 turis yang ikut perjalanan dengan MSC Excursions. Namun ia menolak untuk mempublikasikan identitas kedua korban itu. Tur dari Jepang tersebut bergabung dengan perjalanan kapal pesiar dari Genova dan akan lanjut ke Paris. Menurutnya sekarang belum jelas, apakah kelompok turis itu akan melanjutkan perjalanan.

Menyasar turis asing

Para penyerang yang mengenakan seragam bergaya militer dan menggunakan senapan, tiba-tiba keluar dari sebuah kendaraan dan segera mulai menembaki turis yang keluar dari beberapa bus. Penyerang kemudian bergerak ke bagian dalam gedung dan mulai mengambil sandera sebelum ditembak mati aparat keamanan.

Berkaitan dengan serangan, Presiden Beji Caid Essebsi yang baru saja terpilih menyatakan kepada rakyatnya, "Saya ingin rakyat Tunisia mengerti, bahwa kita sedang berperang melawan teror. Dan serangan biadab dari sekelompok kecil orang ini tidak akan menggentarkan kita". Ia menekankan, "Perjuangan melawan teroris akan terus berlanjut sampai mereka punah."

Rakyat Tunisia menggulingkan diktator tahun 2011 lalu, dan menandai dimulainya Musim Semi Arab, yang kemudian menjalar ke negara-negara tetangganya. Bersamaan dengan upaya pembentukan demokrasi, negara itu juga berjuang melawan masalah ekonomi serta serangan teroris.

ml/vlz (ap, afp)