1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan Bunuh Diri di Baghdad

17 Agustus 2010

Penarikan tentara AS dari Irak 30 Agustus mendatang akan goyahkan kestabilan, begitu pengamat. Sekarang serangan atas instansi militer bertambah. Selasa (17/08) sedikitnya 60 tewas akibat serangan bunuh diri di Baghdad.

https://p.dw.com/p/Opk3
Foto: AP

Pelaku serangan bunuh diri rupanya ikut berdiri dalam antrian di depan kantor perekrutan tentara di daerah Baab el Muatham, di pusat ibukota Baghdad. Ia kemudian meledakkan bom yang ditempatkan di badannya. Sekarang harus diselidiki, bagaimana cara teroris itu melalui penjagaan keamanan tanpa diketahui.

Menurut perkiraan, pelaku serangan mengenakan seragam militer. Kepala keamanan Baghdad, Qassem Atta mengatakan dalam wawancara televisi Al Arabiya, metode serangan menunjukkan Al Qaida adalah dalangnya. Atta juga menambahkan, pelakunya bukan warga Irak.

Hangatkan Diskusi

Irak Anschlag auf Rekruten in Bagdad Mann im Krankenhaus
Seorang pria yang terluka akibat ledakan bom dirawat ibunya di rumah sakit (17/08).Foto: AP

Tidak masalah, apakah penyebabnya kurangnya perhatian atau kesalahan teknis. Yang jelas insiden ini akan menghangatkan diskusi tentang kemampuan aparat keamanan Irak untuk menjalankan tugas. Apalagi setelah adanya keterangan saksi mata, bahwa sejumlah tentara melepaskan tembakan ke udara secara buta segera setelah ledakan terjadi, dan itu menyebabkan panik yang lebih besar lagi.

Sejak berbulan-bulan lalu, banyak pakar baik di Irak maupun di negara lain sudah memperingatkan, bahwa aparat keamanan Irak belum punya kemampuan yang memadai untuk menjaga keamanan. Itu bertolak belakang dari pandangan pemerintah AS dan juga banyak politisi Irak sendiri.

Beberapa waktu lalu pemimpin staf jenderal Irak menyatakan, tentara AS masih harus berada di negara itu 10 tahun lagi. Jika tidak, anarki akan merajalela di Irak. Pemerintah di Baghdad meremehkan peringatan itu. Penasehat pemerintah Saad Mutalabi mengatakan ketika itu, "Situasi yang dipaparkan oleh jenderal itu hanyalah pandangan pribadi. Itu tidak menunjukkan sikap institusi militer Irak.“

AS Berpegang pada Rencana

Christopher Hill USA Nordkorea Atomprogramm
Christopher HillFoto: AP

Dengan dukungan seperti itu dari politisi Irak, pemerintah AS dengan yakin bertahan pada rencana penarikan tentaranya. Christopher Hill, Duta Besar AS di Irak yang masa tugasnya baru saja berakhir bersikeras, Irak telah mencapai kemajuan dalam mengurangi jumlah kekerasan tahun lalu. Dalam konferensi pers di Washington ia menekankan, bahwa situasi di Irak semakin stabil dan bergerak ke arah yang benar.

Menurut kantor berita AP, Gedung Putih menyatakan serangan bunuh diri tersebut tidak akan menghentikan peralihan Irak menuju demokrasi. Akhir bulan ini, tanggal 30 Agustus, satuan tempur terakhir AS akan meninggalkan Irak. 50.000 tentara yang tetap berada di negara itu akan menjadi pelatih militer, dan hanya sampai Desember 2011.

Kekosongan Politik di Irak

Irak Parlamentswahlen 2010
PM Nouri al Maliki ketika memberikan suara dalam pemilu Maret lalu.Foto: AP

Apakah tanggal penarikan pasukan tempur AS, yang sudah semakin dekat, menjadi provokasi bagi berbagai kelompok radikal untuk melakukan serangan sebanyak mungkin, agar nanti dapat tampil sebagai pejuang yang mengalahkan penyerbu? Setidaknya jumlah korban serangan bulan Juli lalu sama tingginya seperti di awal tahun 2008. Tetapi mungkin juga penyebabnya adalah kekosongan politik yang terjadi di Irak saat ini.

Sejak pemilu parlemen bulan Maret lalu, rakyat Irak sampai sekarang masih menunggu terbentuknya pemerintahan baru. Tetapi baru Senin lalu (16/08) perundingan koalisi kembali gagal, antara dua partai yang mendapat suara hampir sama banyak dalam pemilu. Krisis politik ini ternyata juga mengakibatkan kelompok-kelompok teror sejenis Al Qaida mendapat kesempatan baru, seperti dikatakan di Irak.

Karena, pemerintahan yang masih berkuasa lalai membayar gaji milisi Sunni, Al Sahwa, yang beranggotakan kira-kira 100.000 orang, yang sudah lama menjadi tumpuan harapan aparat keamanan AS dan Irak dalam perang melawan Al Qaida. Tampaknya sekarang Irak mengalami krisis terbesar, sejak tentara AS menginjakkan kaki di negara itu tahun 2003 lalu.

Björn Blaschke/ap/dpa/Marjory Linardy

Editor: Christa Saloh