1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Setahun Pembunuhan Jamal Khashoggi, Kasusnya Masih Gelap

2 Oktober 2019

Tokoh utama di belakang pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi belum terungkap, apalagi diadili. Yang jelas adalah keterlibatan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Tapi, tidak ada negara Barat yang berani menjatuhkan sanksi.

https://p.dw.com/p/3Qcvq
dw freedom Jamal Khashoggi

Rincian aksi pembunuhan Jamal Khashoggi yang mengerikan 2 Oktober 2018 sebenarnya sudah cukup terungkap, melalui penyelidikan intelijen Turki. Banyak indikasi menunjukkan keterlibatan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS). Tapi di banyak negara dia dianggap sebagai tokoh modernisasi, dan tidak banyak pihak yang ingin bertikai dengan Arab Saudi, salah satu negara penghasil minyak terkaya.

Setelah mendapat sorotan media dan tekanan internasional, MbS akhirnya tampil di media hari Minggu (29/9) dan menyatakan, dia menerima "tanggung jawab penuh" atas pembunuhan keji Jamal Khashoggi, namun dia membantah "telah memerintahkan" pembunuhan itu. Arab Saudi sendiri secara resmi menyebut bahwa pembunuhan itu adalah "operasi jahat" yang dilakukan beberapa pejabat Saudi atas inisiatif mereka sendiri.

TIME's Person of the Year 2018 | Jamal Khashoggi
Majalah Time menjadikan Jamal Khashoggi "Person of the Year" 2018Foto: Reuters/Time Magazine

Sedangkan para penyelidik PBB yang juga memeriksa kasus itu langsung di Turki menyimpulkan, pembunuhan Jamal Khashoggi "direncanakan dan dilakukan oleh para pejabat negara Arab Saudi". Investigasi oleh dinas rahasia AS, CIA, menyatakan bahwa ada satu tim yang terdiri dari 15 warga Saudi dengan status diplomatik, termasuk seorang ahli forensik yang membawa gergaji tulang, terbang ke Istanbul untuk mencegat Khashoggi dan membunuh Khashoggi, yang diketahui akan memasuki gedung konsulat untuk mengurus berkas yang dia perlukan.

Pembunuhan keji

Kejadian itu pertama-tama diungkap oleh media Turki dengan sumber-sumber dari intelijen. Pihak Turki ternyata memiliki rekaman audio dari kejadian mengerikan itu. Dari rekaman audio bisa diketahui bahwa Khashoggi disekap dalam sebuah ruangan di gedung konsulat dan disuntik dengan obat penenang. Setelah itu dia dicekik, kemudian tubuhnya dan dipotong-potong oleh ahli forensik, agar bisa dibawa keluar gedung konsulat tanpa ketahuan.

Begitu berita itu tersebar, konsul Arab Saudi segera meninggalkan Turki. Arab Saudi akhirnya mengijinkan para penyelidik Turki masuk ke gedung konsulat, namun lokasi pembunuhan sudah dibersihkan "secara forensik", kata Turki. ingga kini, para penyelidik belum menemukan jenazah atau sisa-sisa tubuh Khashoggi. Beberapa teori mengatakan, tubuh Khashoggi kemungkinan dimusnahkan dengan menggunakan zat asam keras.

Pihak Turki juga memiliki rekaman telepon antara konsulat di Istanbul dan Arab Saudi. Dinas Intelijen AS, CIA, bahkan memiliki rekaman panggilan telepon antara MbS dan Saud al-Qahtani, asisten dan pengawal khusus MbS dan anggota pasukan elit yang diduga menjadi koordinator pembunuhan Khashoggi.

Pengadilan Saudi

Setelah berita pembunuhan Khashoggi makin gencar, Arab Saudi terpaksa menggelar "penyidikan khusus". Jaksa kemudian menetapkan 11 tersangka yang diadili dalam persidangan tertutup.

Jaksa Saudi mengatakan, tangan kanan al-Qahtani, Ahmed al-Asiri, yang memimpin operasi dengan tujuan membawa Khashoggi pulang ke Arab Saudi, bukan untuk membunuhnya. Namun secara tidak sengaja "terjadi perseteruan" yang mengakibatnya meninggalnya Khashoggi.

Tapi tokoh-tokoh kunci seperti al-Qahtani luput dari penyelidikan karena tidak masuk daftar tersangka. Intelijen Turki mengatakan, al-Qahtani terhubung via Skype dengan tim di konsulat Istanbul, ketika Khashoggi diinterogasi dan akhirnya tubuhnya dipotong-potong. Al Qahtani terdengar mencaci-maki Khashoggi, yang bekerja di Washington dan sering membuat laporan kritis tentang keluarga kerajaan Arab Saudi.

Donald Trump ingin jaga hubungan baik dengan Arab Saudi

Presiden AS Donald Trump beberapa kali membela Mohammed bin Salman dan menyatakan, dia tidak percaya pimpinan Arab Saudi terlibat pembunuhan keji seorang jurnalis. Trump bahkan meragukan keterangan inlijen AS, CIA, dan mengisyaratkan, dia lebih percaya pada MbS daripada CIA. Apalagi sekarang, Arab Saudi makin dibutuhkan AS sebagai mitra bisnis dan pendukung penting di bidang politik dan diplomasi.

Donald Trump, Mohammed Bin Salman
Mitra politik dan bisnis erat: Presiden AS Donald Trump dan Pangeran Mahkota Mohammed bin SalmanFoto: Reuters/Courtesy of Saudi Royal Court/B. Algaloud

Negara-negara lain, termasuk Indonesia, juga ingin menjaga hubungan baik dengan Arab Saudi. Presiden Joko Widodo memberi sambutan hangat kepada Mohammed bin Salman ketika berkunjung ke Arab Saudi April lalu, karena Putera Mahkota Arab Saudi itu menjanjikan "investasi besar" di Indonesia, Jokowi bahkan membuat vlog bersama Mohammed bin Salman.

Jerman sempat memberlakukan embargo senjata dan memperpanjang pembekuan penjualan senjata ke Saudi karena kasus pembunuhan Khashoggi. Namun Jerman juga mengumumkan akan memulai kembali pelatihan bersama polisi. Jerman Inggris dan Prancis baru-baru ini dalam menyatakan "solidaritas penuh" dengan Arab Saudi sehubungan dengan serangan terhadap kilang minyaknya, yang disebut-sebut dilakukan oleh Iran.

hp/vlz (rtr, afp, ap, dpa)