1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Setelah Serangan Mematikan di Aleksandria

3 Januari 2011

Serangan terhadap gereja di Aleksandria, Mesir di malam Tahun Baru menelan 21 korban dan sebabkan keterkejutan serta kecaman dari seluruh dunia. Sementara itu situasi di kota itu tetap tegang.

https://p.dw.com/p/zsjB
Seorang warga Kristen Koptik menyerukan protes di depan aparat keamanan (01/01)Foto: picture alliance / dpa

"Dengan jiwa dan darah kami, kami mengorbankan diri bagi salib!“ Dengan seruan ini warga Kristen Koptik menyerukan tekad mereka. Setelah pertumpahan darah malam Tahun Baru lalu, ketenangan belum kembali ke kota Aleksandria. Warga Kristen, yang menjadi 10% bagian rakyat Mesir merasa tidak dihiraukan pemerintah. Seorang perempuan mengatakan, "Tidak ada seorangpun yang puas, tidak seorangpun. Ini kesalahan pemerintah.“

Ketika upacara pemakaman 21 korban serangan teror sedang berjalan, sekitar 5.000 orang yang hadir menghentikan jalannya upacara, yaitu saat uskup hendak membacakan pernyataan belasungkawa dari Presiden Hosni Mubarak. Dengan marah mereka berseru, "tidak, tidak, tidak“ dan "Mubarak, darah kami mendidih“.

NO FLASH Ägypten Bombenanschlag auf koptische Christen Demonstration
Protes di distrik Shobra, Kairo, menentang serangan teror atas gereja Koptik di Alexandria (01/01)Foto: picture-alliance/dpa

Bentrokan dengan Polisi

Sore tanggal 1 Januari lalu, terjadi bentrokan antara sekelompok remaja Kristen dengan polisi. Remaja Kristen itu melemparkan botol dan batu, juga menyerang pejalan kaki muslim. Polisi menyemprotkan gas air mata dan menembakkan peluru karet.

Profesor di bidang hukum dan politik Abdullah Alshaal mengatakan dalam wawancara dengan televisi Al Jasira, "Ketegangan yang kita alami sekarang masih moderat dibanding yang akan kita alami di masa depan. Kemarahan sekarang ditujukan kepada pemerintah dan aparat keamanan. Mereka tidak mengambil cukup tindakan untuk melindungi gereja. Aparat keamanan menjaga politisi, bukan institusi normal seperti gereja-gereja.“

Sebuah stasiun televisi kini memutar rekaman jalannya misa di gereja yang bernama All Saints Church, yang terhenti akibat ledakan yang terjadi di depan gerbangnya. Setelah ledakan seorang pastur berusaha untuk menenangkan umat yang berlarian keluar dari gereja karena panik.

Tekad Bulat

Protest Bombenanschlag Kopten Ägypten
Peti jenasah korban ledakanFoto: picture alliance/dpa

Minggu, 2 Januari kemarin, warga Kristen Koptik Aleksandria kembali berkumpul untuk mengadakan misa bersama di gereja tersebut. Juga perayaan Natal yang baru akan diadakan akhir pekan ini akan dijalankan sesuai rencana.

Sementara itu, pemerintah terus mencari dalang serangan bunuh diri tersebut. Presiden Mubarak menyatakan janji, "Saya mengatakannya dengan yakin, bahwa kami akan mencari dan mengejar orang-orang yang merencanakan serangan dan menyusup ke negara ini.“ Pemerintah menduga, orang-orang dari luar Mesir bertanggungjawab atas serangan tersebut, kemungkinan jaringan teror Al Qaida. Tetapi sejauh ini tidak ada orang yang menyatakan diri bertanggungjawab.

Reaksi Internasional

Ägypten Bombenanschlag auf koptische Christen
Polisi anti huru-hara menjaga di depan gereja lokasi serangan, sementara petugas kebersihan menyingkirkan puing-puing dari jalanan (01/01)Foto: AP

Di ibukota Mesir, Kairo sekarang sejumlah besar pernyataan belasungkawa berdatangan dari seluruh penjuru dunia. Pemimpin negara dan pemerintahan dari negara-negara Arab lainnya menyatakan kutukan atas serangan teror tersebut. Presiden AS, Barack Obama menilai serangan itu tidak dapat dimaafkan dan menuntut, agar pelaku serangan dihadapkan ke pengadilan karena tindakannya yang menjijikkan tersebut.

Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle menyatakan: "Saya mengutuk dengan tajam tindakan brutal terhadap orang-orang yang sedang mengikuti misa untuk memasuki tahun yang baru." Tindakan sinis pelaku serangan menunjukkan bagaimana pentingnya langkah nyata untuk menghadapi terorisme dan sikap tidak toleran antar umat beragama.

Linda Staude / Marjory Linardy
Editor: Rizki Nugraha