1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sidang Pertama Parlemen Itali Digelarkan

28 April 2006

Sidang pertama parlemen baru Itali yang berlangsung Jumat kemarin skenarionya seperti berikut: Romano Prodi yang telah memenangkan pemilihan, harus membuktikan bahwa koalisinya memenangkan kendali kedua majelis di parlemen.

https://p.dw.com/p/CJdM
Pemenang Pemilu Itali Romano Prodi
Pemenang Pemilu Itali Romano ProdiFoto: AP

Dengan demikian, presiden Carlo Azeglio Ciampi akan memberikan mandat kepada Prodi untuk membentuk pemerintahan. Jika Prodi hanya memperoleh kendali di satu majelis saja, maka lawannya Silvio Berlusconi yang kalah tipis dari Prodi bakal menjadi pemenang.

Jumat itu Prodi memasuki ronde yang menegangkan dan tidak menentu. Selain koalisinya memenangkan kendali Majelis Rendah dengan perbedaan yang sangat tipis, yaitu dengan hanya dua suara lebih banyak daripada partainya Berlusconi Forza Italia, tujuh anggota tetap senat - yang cukup menentukan siapa pemenangnya - belum memutuskan bakal memberikan suaranya untuk kubu yang mana.

Dalam sidang itu, Silvio Berlusconi yang belum mau mengakui kekalahannya dalam pemilu, mengikuti sidang parlemen sebagai anggota parlemen biasa. Sejumlah media Itali menulis, sesuai keterangan rekan-rekan dekatnya, Berlusconi tetap kekeh agar dilancarkan penghitungan suara ulang. Namun, secara resmi Berlusconi belum memberikan keterangan lebih lanjut mengenainya. Sementara rekan satu partainya yakni Sandro Bondi menilai, hasil pemilu tidak sah dan mengritik, koalisi Prodi sudah mengklaim telah memperoleh jabatan kepresidenan untuk kedua majelis, padahal untuk Majelis Tinggi masih diadakan penghitungan.

“Kita dihadapkan sebuah koalisi berhaluan kiri, yang memenangkan pemilihan dan memperoleh suara mayoritas secara tidak sah. Dengan mengacaukan kelembagaan Itali saja sudah terlihat, koalisi itu merupakan ancaman bagi Itali.”

Prodi yakin, cobaan ini pun akan diatasi oleh koalisinya, walaupun Kamis lalu diskusi hebat mengenai serangan terhadap tentara Itali di Irak sempat mengguncang koalisi perserikatan itu yang terdiri dari Komunis, Katolik dan Partai Liberal.