1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sidang Tahunan MPR, Jokowi Singgung Media dan Demokrasi

14 Agustus 2020

Dalam pidatonya, Jokowi tekankan pentingnya memanfaatkan momentum krisis untuk melakukan lompatan kemajuan. Selain itu, ia angkat bicara ihwal demokrasi bahkan menyinggung perilaku media di tanah air.

https://p.dw.com/p/3gwYC
Presiden RI - Joko Widodo
Presiden RI - Joko Widodo Foto: Indonesian Presidential Office/Muchlis Jr

Dengan mengenakan pakaian adat khas Sabu, Nusa Tenggara Timur, Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato pada Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2020 dan Pidato Kenegaraan dalam rangka HUT ke-75 Kemerdekaan RI yang digelar dalam Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Jumat (14/08). 

Dalam pidatonya, Presiden Joko Widodo menggarisbawahi beberapa hal, di antaranya bagaimana pandemi COVID-19 telah merongrong perekonomian dunia, dan mengubah pola pikir dan etos kerja. Berikut beberapa poin pernyataan penting yang telah DW rangkum dari pidato Presiden Joko Widodo. 

Krisis perekonomian terparah dalam sejarah 

Jokowi menyebut bahwa semua negara, baik negara miskin, negara berkembang, termasuk negara maju, semuanya mengalami kemunduran karena terpapar COVID-19. Di kuartal pertama 2020, pertumbuhan ekonomi di Indonesia ia sebut masih berada di angka plus 2,97%, namun di kuartal kedua telah menjadi minus 5,32%. Ekonomi negara-negara maju bahkan minus belasan persen, sampai minus 17-20 persen, kata Jokowi.  

“Ibarat komputer, perekonomian semua negara saat ini sedang macet, sedang hang. Semua negara harus menjalani proses mati komputer sesaat, harus melakukan re-start, harus melakukan re-booting. Dan semua negara mempunyai kesempatan men-setting ulang semua sistemnya,” tambahnya. 

Momentum krisis ini menurut Jokowi harus dimanfaatkan untuk melakukan lompatan-lompatan besar. “Jangan sia-siakan pelajaran yang diberikan oleh krisis. Jangan biarkan krisis membuahkan kemunduran,” pungkasnya. 

Reformasi fundamental di sektor kesehatan 

Dalam pidatonya Jokowi mengatakan bahwa dengan persitiwa pandemi yang saat ini terjadi, reformasi di sektor kesehatan harus dipercepat.  

“Orientasi pada pencegahan penyakit dan pola hidup sehat harus diutamakan. Penguatan kapasitas SDM, pengembangan rumah sakit dan balai kesehatan, serta industri obat dan alat kesehatan harus diprioritaskan. Ketahanan dan kapasitas pelayanan kesehatan harus kita tingkatkan secara besar-besaran,” katanya. 

Kemandirian energi 

Jokowi juga menyinggung terkait upaya yang telah dilakukan untuk membangun kemandirian energi di tanah air. Menurutnya, tahun 2019, Indonesia sudah berhasil memproduksi dan menggunakan B20. Dan untuk tahun ini, Indonesia akan mulai dengan B30. “Sehingga kita mampu menekan nilai impor minyak kita di tahun 2019,” ujarnya. 

Selain itu, hilirisasi bahan mentah yang lain juga terus dilakukan secara besar-besaran, kata Jokowi. Seperti pengolahan batu bara menjadi methanol dan gas, dan pengolahan biji nikel menjadi ferro nikel, stainless steel slab, lembaran baja, untuk dikembangkan menjadi bahan utama untuk baterai lithium. 

“Hal ini akan memperbaiki defisit transaksi berjalan kita, meningkatkan peluang kerja, dan mulai mengurangi dominasi energi fosil. Hal ini akan membuat posisi Indonesia menjadi sangat strategis dalam pengembangan baterai lithium, mobil listrik dunia, dan produsen teknologi di masa depan,” pungkas Jokowi. 

Presiden RI - Joko Widodo
Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian adat khas Sabu, Nusa Tenggara Timur dalam Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2020.Foto: Indonesian Presidential Office/Muchlis Jr

Kritik terhadap perilaku media 

Di momen yang sama, Jokowi menginginkan semua platform teknologi harus mendukung transformasi kemajuan bangsa. Peran media-digital yang saat ini sangat besar menurutnya harus diarahkan untuk membangun nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan. 

“Semestinya, perilaku media tidak dikendalikan untuk mendulang click dan menumpuk jumlah like, tapi seharusnya didorong untuk menumpuk kontribusi bagi kemanusiaan dan kepentingan bangsa,” ujarnya sambil diiringi tepuk tangan oleh peserta sidang. 

Demokrasi yang menjamin kebebasan namun menghargai hak orang lain

Jokowi menekankan bahwa demokrasi sejatinya menjamin kebebasan, namun kebebasan yang menghargai hak orang lain. Ia menegaskan agar tidak ada orang yang merasa paling benar sendiri dan memaksakan kehendak.

“Jangan ada yang merasa paling benar sendiri, dan yang lain dipersalahkan. Jangan ada yang merasa paling agamis sendiri. Jangan ada yang merasa paling Pancasilais sendiri. Semua yang merasa paling benar dan memaksakan kehendak, itu hal yang biasanya tidak benar,” ujar Jokowi. 

Mimpi besar 100 tahun kemerdekaan 

Jokowi mengakui bahwa masih banyak langkah-langkah besar yang harus dilakukan. Menurutnya masih tersedia waktu 25 tahun lagi bagi negara untuk menyiapkan seabad Indonesia merdeka, untuk membangun Indonesia yang dicita-citakan. 

“Kita harus bajak momentum krisis ini. Kita harus serentak dan serempak memanfaatkan momentum ini. Menjadikan Indonesia setara dengan negara-negara maju. Menjadikan Indonesia Maju yang kita cita-citakan,” ujarnya. (gtp/ha)