1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Simpang Siur Jumlah Korban Filipina

15 November 2013

Perhitungan jumlah korban tewas akibat topan super yang menyapu Filipina tengah, naik dua kali lipat hanya dalam semalam – ketidakjelasan berkembang mengenai jumlah korban sebenarnya.

https://p.dw.com/p/1AI9x
Foto: Noel Celis/AFP/Getty Images

Perhitungan jumlah korban tewas akibat topan super yang menyapu Filipina tengah, naik dua kali lipat hanya dalam semalam – ketidakjelasan berkembang mengenai jumlah korban sebenarnya..

Presiden Benigno Aquino, yang terjebak oleh pernyataannya sendiri mengenai skala bencana, dikritik karena lambatnya distribusi bantuan dan perkiraan yang tidak jelas mengenai jumlah korban, khususnya di Tacloban, ibukota provinsi Leyte yang paling parah terkena badai Haiyan.

Papan pengumuman di Balai kota Tacloban memperkirakan jumlah korban tewas di kota itu saja, mencapai 4.000 pada hari Jum'at, naik dari 2.000 jiwa sehari sebelumnya. Beberapa jam kemudian, Alfred Romualdez meminta maaf dan mengatakan jumlah korban itu adalah untuk seluruh wilayah tengah Filipina yang terkena badai.

Jumlah korban, yang ditulis di papan pengumuman, dikumpulkan oleh para pejabat yang melakukan penguburan massal pada hari Kamis.

Romualdez mengatakan sejumlah korban mungkin telah tersapu ke laut dan tubuh mereka hilang setelah air laut seperti tsunami menyapu wilayah pesisir. Wilayah tetangga dengan populasi antara 10.000 hingga 12.000 jiwa sekarang kosong, kata dia.

Jumlah korban yang dicatat di balai kota itu adalah pengakuan publik pertama bahwa jumlah korban tewas kelihatannya jauh melebihi perkiraan yang diberikan awal pekan ini oleh Presiden Aquino, yang mengatakan bahwa jumlah nyawa yang hilang akibat topan Haiyan adalah kurang lebih 2.000 atau 2.500 jiwa.

Saat itu, Aquino mengatakan bahwa perkiraan jumlah korban tewas mencapai 10.000 adalah berlebihan“ dan lebih disebabkan oleh “trauma emosi“. Elmer Soria, kepala polisi wilayah yang membuat perkiraan itu, dicopot dari jabatannya pada hari Kamis,

Bantuan AS

Warga yang selamat atau penyintas di Tacloban mengatakan jumlah korban bisa mencapai ribuan. ”Ada banyak mayat di jalan di sekitar lingkungan kami,” kata Aiza Umpacan, 27 tahun, warga wilayah San Jose, yang paling parah tersapu topan.

“Masih ada banyak banyak jalan yang belum disentuh oleh operasi bantuan bencana. Mereka hanya melalui jalan raya, tidak ke jalan-jalan kecil,” kata dia. ”Bau busuk semakin memburuk…”

Jumlah sementara orang yang dinyatakan masih hilang pada Jumat, menurut Palang Merah naik dari 22.000 sehari sebelumnya, menjadi 25.000.

Kapal induk bertenaga nuklir USS George Washington yang membawa pesawat dan didampingi konvoi kapal, tiba di provinsi timur Samar pada Kamis malam, membawa 5.000 kru dan lebih dari 80 pesawat.

Sebuah kapal milik Norwegia tiba di Tacloban pada hari Jumat membawa berbagai barang bantuan dari PBB, termasuk 40 ton beras, peralatan medis dan 6.200 kantung mayat.

Berbagai kotak bantuan diturunkan di bandara Tacloban yang rusak parah, di mana lebih dari seribu orang mengantri berjam-jam bahkan berhari-hari berharap diterbangkan meninggalkan kota itu. Tiga pesawat pengangkut besar milik militer Korea Selatan bergabung dengan pesawat dan helikopter milik angkatan laut Amerika yang mengangkut barang bantuan.

Trauma

Ratusan orang, yang menjadi bagian dari hampir sejuta orang yang terpaksa mengungsi karena badai, berbaris mengantri makanan dan air bersih di sebuah pusat evakuasi di Pangkalan Udara Mactan di Cebu, kota terbesar kedua di negara tersebut.

Di salah satu ruangan, anak-anak meringkuk di lantai berlumpur menonton kartun dari sebuah televisi kecil.

Di dekatnya, Gerardo Alvarez, 53, yang duduk di kursi roda bertetiak-teriak: “Air akan datang! Aku akan mati!“.

Laki-laki itu mengalami trauma setelah lolos dari badai karena bertahan di jendela lantai dua rumahnya di Tacloban, sementara adik perempuan dan ibunya yang sedang berdoa di lantai bawah, tenggelam.

ab/hp (afp,ap,rtr)