1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Singapura Ingin Mengurangi 'Singlish'

cp/rzn (rtr, ap)2 Juni 2014

Singapura berusaha memberikan pelajaran tatabahasa pada warganya untuk mendorong penggunaan bahasa Inggris yang baik dan benar. Uniknya, alat bantu yang digunakan adalah seorang pelawak waria.

https://p.dw.com/p/1C9Sb
Foto: Reuters

Singapura khawatir melemahnya kemampuan warga berbahasa Inggris yang baik dan benar akan mencoreng reputasi negeri itu sebagai pusat bisnis.

Warga asing yang mengunjungi negara pulau Asia Tenggara itu terkadang kebingungan di tengah perbincangan dengan warga setempat, banyak diantaranya yang berbicara campur aduk bahasa Inggris yang tidak benar, dialek Cina dan Melayu, yang populer dengan nama 'Singlish.'

Meski negara telah berkampanye selama 15 tahun untuk memperbaiki penggunaan bahasa Inggris, mayoritas populasi negara kota yang berjumlah 5,4 juta jiwa ini justru melawan apa yang mereka pandang sebagai upaya mengekang elemen integral dalam budaya mereka.

Guru luar biasa

Pekan ini 'Speak Good English Movement' meluncurkan sebuah kampanye yang mendorong penggunaan bahasa Inggris yang lebih baik, dengan meminta bantuan pelawak Kumar untuk akting sebagai 'Ratunya Tatabahasa' dalam rangkaian video yang mencaci maki penggunaan bahasa Inggris yang salah.

"Kami bisa berbahasa Inggris lebih baik dari negara-negara tetangga, itu satu alasan mengapa orang mau datang ke sini. Tapi kami sudah terlalu percaya diri dengan posisi kami," ujar Adrian Tan, seorang pengacara dan anggota komisi 'Speak Good English Movement.'

"Suatu hari warga Cina akan bisa berbahasa Inggris lebih baik dari kami, barulah kami bermasalah," lanjutnya.

Asal usul Singlish

Singlish berkembang dari tuturan beragam kelompok etnis yang menyusun Singapura modern dan kerap dipandang sebagai logat daerah yang menyatukan warga.

Ciri khasnya adalah penggunaan 'lah' atau 'leh' untuk memberi penekanan pada akhir kalimat, sementara kalau ingin menegur seseorang karena dianggap tidak masuk akal, warga Singapura akan mengatakan "Why you so like that?"

Penutur Singlish yang menjadi karakter utama dalam serial televisi tahun 90-an, seperti 'Phua Chu Kang' atau 'Under One Roof,' berubah menjadi ikon-ikon nasional. Acara-acara televisi semacam ini kemudian dihujat pemerintah Singapura karena mempromosikan bahasa Inggris yang tidak benar.

Identitas negeri

Sementara warga Singapura di distrik bisnis pusat umumnya berbicara bahasa Inggris standar agar bisa dimengerti oleh warga asing, Singlish tetap menjadi dialek utama yang digunakan di berbagai sudut kota lainnya, dan banyak warga yang berkeberatan dikasih tahu cara berbicara.

Akuntan Joseph Ho, contohnya, mengakui bahwa warga Singapura seharusnya menggunakan bahasa Inggris yang benar dalam kondisi formal, namun Singlish menurutnya tetap menjadi bagian penting dari identitas warga.

"Kalau pemerintah begitu prihatin dengan membangun sebuah identitas nasional, lalu mengapa Singlish tidak bisa menjadi bagian dari identitas itu juga?" tanyanya.

cp/rzn (rtr, ap)