1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Singapura Selidiki Ancaman Serangan Teror

19 Mei 2010

Pemerintah Singapura hari Rabu (19/5) mengumumkan telah mengirimkan sebuah tim ke Jakarta untuk membahas penemuan Kepolisian Indonesia mengenai kemungkinan Negeri Singa Putih sebagai target serangan teroris.

https://p.dw.com/p/NRkq
Pemandangan kota SingapuraFoto: picture-alliance / dpa


Tim dari Departemen Pertahanan Dalam Negeri Singapura secara spesifik membahas peta jaringan kereta Singapura yang ditemukan di kediaman Ahmad Sayid Maulana (36), tersangka teroris yang tewas pekan lalu dalam sergapan polisi.

Surat kabar The Straits Times menyebutkan stasiun kereta bawah tanah Orchard Road yang menjadi tujuan utama turis dan warga Singapura telah dilingkari di dalam peta. Rencananya para tersangka teroris akan memasuki Singapura melalui Malaysia.

“Kami telah mengetahui barang-barang apa saja yang ditemukan dan spekulasi serta kemungkinan serangan terhadap Singapura yang akan dilancarkan para tersangka teroris, dan kami tengah menyelidiki", kata seorang Juru bicara Kementerian Urusan Dalam Negeri Singapura. "Kami juga sadar bahwa Singapura telah dan tetap menjadi target teroris. Kami akan selalu waspada.“

Peta bandar udara di kota General Santos di Pulau Mindanao Filipina Selatan juga termasuk di dalam daftar barang yang ditemui di kediaman Maulana.

Nama Maulana tertera di dalam laporan International Crisis Grup sebagai tersangka teroris yang merencanakan serangan terhadap markas polisi di Jakarta dan sejumlah kamp pelatihan militer di berbagai penjuru Indonesia. Ia ditembak mati oleh pasukan elit Detasemen Khusus 88 dalam penggerebekan di Jakarta Timur 12 Mei lalu.

Analis keamanan John Harrison berkomentar dalam wawancara dengan kantor berita AFP: “Singapura menjadi target utama karena merupakan sekutu negara-negara Barat. Tak diragukan lagi Singapura menjadi sasaran tetap bagi Jamaah Islamiyah karena posisinya sebagai sekutu Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya.“

Lebih lanjut Harrison menyebut sejumlah perusahaan multinasional yang bermarkas di Singapura sebagai konsentrasi kepentingan Barat di Asia Tenggara.

Kerjasama Indonesia dan Singapura dalam memerangi terorisme semakin erat pasca kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Singapura awal pekan ini. Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Lee Hsien Loong, kedua negara menyepakati pembentukan kelompok kerja untuk meningkatkan koordinasi dalam kerjasama melawan terorisme di Asia Tenggara.

Presiden Yudhoyono mengumumkan bahwa kelompok kerja sudah mulai aktif, yang kemudian ditegaskan oleh Perdana Menteri Lee: “Presiden Yudhoyono menyarankan dan saya menyetujui, bahwa kedua negara membentuk kelompok kerja untuk mengawasi kerjasama memerangi terorisme. Selama ini kerjasama telah berjalan dengan baik. Kelompok kerja ini akan membantu kami bekerja lebih baik dan mendalam.“

Selama ini Indonesia dan Singapura telah melaksanakan latihan militer bersama, program pertukaran pejabat militer, pertukaran informasi intelijen dan patroli bersama di Selat Malaka. Sebelum berangkat ke Singapura, Presiden Yudhoyono juga menghimbau warga Indonesia untuk tetap waspada terhadap serangan teroris: “Meski tokoh-tokoh utama yang menyebabkan masalah di negeri ini selama 10 tahun terakhir telah dilumpuhkan, mereka tetap melancarkan aksi-aksi terorisme setelah keluar dari penjara. Dahulu mereka menargetkan orang asing, sekarang target mereka adalah bangsa ini, negara ini dan pemerintahannya.“ Kepolisian Indonesia telah menangkap 58 tersangka teroris dan 13 lainnya tewas dalam berbagai operasi anti teror sejak Februari.

Carissa Paramita
Editor: Hendra Pasuhuk