1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sistem Peringatan Dini Tsunami Perlu Dipercepat

5 Agustus 2006

Pentingnya membangun sistem peringatan tsunami secepat mungkin, disadari kelompok koordinasi inter-regional untuk pembangunan sistem peringatan tsunami.

https://p.dw.com/p/CPUO
Komponen sistem peringatan dini tsunami yang sedang diuji coba
Komponen sistem peringatan dini tsunami yang sedang diuji cobaFoto: DW-TV

Memberikan peringatan tidak bisa tanpa pertimbangan. Kekeliruan bisa membuat masyarakat tidak percaya lagi bila di kemudian hari diserukan peringatan lain. Berkaitan dengan tsunami yang menerpa pesisir Selatan Jawa, 17 Juli lalu, Kementerian Riset dan Teknologi memilih untuk tidak memberikan peringatan. Akibatnya tragis. Namun menurut Reinhard Ollig, pimpinan delegasi Jerman dari Kementrian Penelitian Jerman, menyalahkan orang sangat mudah. Padahal seringkali sulit untuk memprediksi apakah suatu gempa akan menyebabkan tsunami. Reinhard Ollig mengatakan:

Reinhard Ollig: „Gempa bumi itu memang berada dalam batasan, dimana peringatan dapat dikeluarkan. Ini merupakan kesepakatan internasional mengenai gempa bumi istimewa. Gempa bumi yang terjadi itu termasuk salah satu diantaranya. Namun, karena berada dalam batasan itu, orang menjadi tidak yakin perlu tidaknya dikeluarkan peringatan. Kasus ini juga diperngaruhi belum sempurnanya instalasi jaringan peringatan. Tentu saja mudah mempersalahkan orang, terutama di Indonesia. Kami tidak melakukannya dan hanya menawarkan bantuan.“

Pemerintah Indonesia ragu melakukan evakuasi di wilayah yang terancam itu. Antara lain karena infrastruktur komunikasi, seperti saluran telefon dan sirene peringatan belum berfungsi penuh. Juga, karena pada saat itu belum 100 persen pasti bahwa gempa tersebut akan menyebabkan tsunami. Menurut Dr Goel ketua kelompok koordinasi inter-regional, peringatan yang keliru merupakan masalah besar pada sistim peringatan dini.

Di Indonesia, kemungkinan dikeluarkannya peringatan yang keliru sangat tinggi, karea masa pra-perigatan itu sangat singkat. Lempeng benua yang patah dan bergeser menyebabkan gempa tektonis itu sangat dekat dengan pantai. Sehingga waktunya terlalu singkat untuk secara persis mengevaluasi besarnya ancaman. Demikin ungkap peneliti Lautan dan Kutub Institut Alfred Wegener, Jörn Behrens:

Jörn Behrens: „Di Samudra Pasifik sudah terpasang perangkat jaringan sistem peringatan. Selain itu di Jepang, Amerika Serikat, khususnya Hawaii dan pantai barat Amerika Serikat wilayah gempanya lebih jauh dari pantai sehingga ada sekitar 6 sampai 8 jam, kadang bahkan lebih banyak waktu untuk peringatan dini itu. Gempa bumi di perairan Jepang biasanya jauh lebih dekat ke pesisir. Namun walaupun terjadi 10 peringatan yang keliru dalam satu tahun, masyarakat Jepang Jepang akan megungsi dan bereaksi secara tepat bila peringatan diumumkan. Ada perkiraan, bahwa karena perbedaan budaya, masyarakat Indonesia akan bertindak beda juga.“

Di konferensi tsunami di Bali yang baru lalu, Indonesia mengumumkan rencana instalasi sistim peringatan dini untuk secepat mungkin.