1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sistem Peringatan Dini Tsunami

29 Maret 2011

Sejumlah peralatan pemantau gempa dan tsunami telah dimiliki Indonesia. Diantaranya diperoleh dari Jerman. Ini melengkapi sistem lain yang telah ada.

https://p.dw.com/p/10jfD
Dua teknisi Jerman mempersiapkan sebuah seismograf yang akan diturunkan ke perairan Indonesia 15 November 2005Foto: AP

Tahun lalu, pemerintah Jerman menyerahkan kepada pemerintah Indonesia berbagai peralatan pemantau gempa dan tsunami melangkapi sistem peringatan dini yang sudah terdapat di perairan Indonesia, InaTEWS (Indonesian Tsunami Early Warning System). Sistem peringatan dini yang dikembangkan bersama Jerman, kini menjadi tanggung jawab Indonesia, papar pejabat tinggi Kementerian Pendidikan dan Riset Jerman, Thomas Rachel.

Setelah gempa berkekuatan 9 pada skala Richter dan tsunami mengguncang Aceh 2004, Jerman adalah negara pertama yang menyatakan membantu Indonesia sekaligus memberikan sumbangan terbesar. Meristek RI serta Menteri Pendidikan dan Riset Jerman 14 Maret 2005 di Jakarta menandatangani sebuah proyek kerja-sama German Indonesia TEWS (GITEWS), mengembangkan sebuah jaringan peringatan dini gempa dan tsunami. Sistemnya sendiri baru dioperasikan 2008 dan sampai sekarang masih dikembangkan terus dengan penemuan dan perlengkapan baru.

Pejabat tinggi Thomas Rachel mewakili pemerintah Jerman di Jakarta menjelaskan, dengan penyerahan sistem peringatan dini kepada Indonesia, pemerintahnya turut membantu melindungi warga Indonesia di kawasan pesisir. Ia menambahkan, Jerman bersama Indonesia berhasil mengembangkan sebuah sistem peringatan dini yang berfungsi dengan handal untuk jangka panjang. Proyek tersebut didanai oleh pemerintah Jerman senilai 55 juta Euro. Walau sistemnya tidak dapat menghindari terjadinya gempa dan tsunami, alat itu mampu mengurangi jumlah korban serta kerusakan.

Tsunami Frühwarnsystem geht in Betrieb
Pelampung dengan pengukur tinggi air di kawasan perairan IndonesiaFoto: AP

Sejak dioperasikan sistem itu memberi peringatan dini tsunami sebanyak sepuluh kali. Mengingat letak geografisnya dan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, pertemuan tiga lempeng bumi membuat Indonesia rentan gempa dan gelombang pasang. Jaringan peringatan itu yang dibangun Indonesia bersama Jerman mampu memberikan peringatan dini tsunami dalam waktu lima menit setelah gempa terjadi di wilayah Indonesia.

Sistem itu menghimpun informasi dari seismograf, stasiun GPS dan pelampung yang mengukur tingginya air. Dari 160 seismograf dalam sistem InaTEWS, 21 diantaranya merupakan bantuan pemerintah Jerman, 15 dari Jepang, 10 dari Cina dan enam milik organisasi PBB CTBT, Traktat Pelarangan Uji Ledak Nuklir. Setelah data-data itu dihimpun dalam sebuah program, kemudian dilengkapi dengan sebuah peta bahaya daerah pantai yang terancam tsunami, sistem peringatan dini itu dapat memperkirakan waktu tiba dan ketinggian tsunami. Sehingga polisi, pemadam kebakaran dan kantor pemerintah setempat dapat memberikan peringatan kepada penduduk.

Meskipun seluruh peralatan diserahkan kepada Indonesia, Jerman masih akan melanjutkan transfer teknologi dengan pendidikan, pelatihan dan peningkatan kapasitas hingga tiga tahun ke depan.

AN/afpd/dpa/bmbf
Editor: Pasuhuk