1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Situasi di Kirgistan Kian Memburuk

15 Juni 2010

Setelah sejumlah besar pengungsi mengalir dari Kirgistan ke Uzbekistan, pemerintah Uzbekistan memutuskan penutupan perbatasan. Sementara itu kerusuhan semakin meluas.

https://p.dw.com/p/Nql1
Seorang pria tengah memandang mobil yang terbakar dalam kerusuhan di OshFoto: AP

Akibat kerusuhan di Kirgistan puluhan ribu orang melarikan diri menuju perbatasan dengan negara tetangga Uzbekistan. Tidak jauh dari perbatasan tampak kepulan asap. Ini menunjukkan di Kirgistan selatan masih ada pertempuran. Terutama dari Jalal Abad dilaporkan adanya tembak-menembak, juga dari Osh dan daerah sekitarnya.

Departemen dalam negeri menyediakan sejumlah bus untuk membawa warga Kirgistan keturunan Uzbekistan ke daerah perbatasan. Saat ini, Uzbekistan diperkirakan telah menampung 100.000 pengungsi dari negara tetangga, yang terdiri dari warga etnis Uzbek dan Tajik.

Penutupan Perbatasan

Kirgistan Kirgisien Trauer in Bischkek
Seorang anak Kirgis menutup wajahnya dengan bendera negara itu.Foto: AP

Senin (14/06) pemerintah Usbekistan memerintahkan penutupan perbatasannya, walaupun lembaga bantuan dan PBB memohon agar perbatasan tetap dibuka. Wakil Perdana Menteri Abdullah Aripov mengatakan, langkah itu terpaksa diambil, karena mereka tidak mempunyai tempat lagi untuk menampung lebih banyak pengungsi dan mengurus mereka. Badan urusan pengungsi PBB, UNHCR menyatakan sedang mempersiapkan pengiriman bantuan bagi 75.000 pengungsi.

Menurut keterangan para saksi mata, sejumlah orang etnis Kirgis mengejar warga minoritas Uzbek. Dikatakan juga, gerombolan itu telah membunuh sampai 700 orang. Tetapi menurut keterangan resmi pemerintah, jumlah korban tewas hanya sekitar 120 orang, dan 1.685 luka-luka.

Karte Kirgisistan mit Bischkek und Osch ENGLISCH
Peta Kirgistan yang menunjukkan letak ibukota Bishkek dan kota OshFoto: DW

Penanganan Korban Cedera

Sebagian besar wilayah Osh, kota kedua terbesar di Kirgistan, dihanguskan api, yang sengaja disulut. Orang-orang yang cedera di kota itu dapat diterbangkan dengan helikopter ke ibukota Bishkek di bagian utara Kirgistan. Saat ini, hanya cara inilah yang dapat ditempuh.

Sabyr Jumavekov yang bekerja di rumah sakit di Bishkek mengatakan, semua jalan terlalu tidak aman untuk dilalui. Banyak terjadi baku tembak dan operasi militer. Menurutnya hampir tidak ada seorangpun yang dapat meninggalkan kota Osh. Orang-orang yang cedera mendapat pertolongan pertama di Osh, kemudian rumah sakit di Bishkek akan melanjutkan pengobatan, sesegera mungkin. Sementara itu, kepala Komite Palang Merah Internasional untuk Asia Tengah dan Eropa Timur, Pascale Meige Wagner memperingatkan, krisis ini belum akan berakhir.

Bentrokan Antar Etnis

Usbeken im südlichen Kirgisien Gewalt Dossierbild 3
Warga etnis Uzbek berkumpul di dekat perbatasan untuk mencari perlindungan di negara tetangga.Foto: AP

Di Osh kelompok-kelompok warga ketururan Uzbek dan Kirgis berkeliaran dengan membawa apapun yang dapat dijadikan senjata. Di samping dibakarnya sejumlah rumah, pasar swalayan dan toko-toko juga dijarah. Warga kedua kelompok etnis itu marah dan putus asa.

Misalnya seorang perempuan Kirgis yang mengutuk warga Uzbek, "Pemerintah tidak mengurus kami sama sekali. Ini adalah tanah air saya, Kirgistan. Ini kota kelahiran saya, Osh. Mengapa saya harus pindah dari sini? Dan harus ke mana? Mengapa orang Uzbek begitu tidak tahu diri? Merekalah yang harus ke Usbekistan. Mengapa mereka membakar rumah saya?"

Upaya Perdamaian

Kirgistan Kirgisien Trauer in Bischkek
Warga Kirgistan berkumpul dalam upacara duka bagi korban tewas dalam kerusuhan April lalu.Foto: AP

Beberapa orang keturunan Uzbek dan beberapa warga Kirgis ingin menunjukkan protes terhadap kekerasan yang terus meluas. Mereka adalah wakil dari kedua kelompok etnis tersebut, yang bertemu untuk mengadakan perundingan. Tetapi mereka sampai sekarang belum berhasil menghentikan huru-hara.

Kerusuhan berdarah meletus di Osh Jumat lalu (11/06), ketika segerombolan penjahat Kirgis mulai menyerang toko-toko dan rumah-rumah warga Uzbek. Tindakan itu menyulut ketegangan antar kedua kelompok etnis terbesar di Kirgistan selatan, yang sudah mulai membara satu generasi lalu.

Marjory Linardy/dw/afp/ap

Editor: Ging Ginanjar