1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Situs Internet Bantu TKW Tinggalkan Majikan Kejam

18 Juni 2018

Sebuah situs di internet menawarkan peluang bagi tenaga kerja perempuan untuk mencari majikan yang baik. Jasa tanpa biaya itu memberikan ruang bagi komunikasi langsung antara calon majikan dan buruh migran.

https://p.dw.com/p/2zlJi
TKW asal Indonesia berdemonstrasi di hari Buruh Sedunia di Hong Kong, 2013
TKW asal Indonesia berdemonstrasi di hari Buruh Sedunia di Hong Kong, 2013Foto: Getty Images/AFP/P. Lopez

Dengan perasaan kosong dan tubuh yang letih Genelie Millan menyeret dirinya kembali ke kamar, mengambil ponsel dan sibuk mengetik dengan jari jemarinya di atas layar. Dia mencari cara melarikan diri dari majikan yang gemar menganiaya. Beruntung tenaga kerja perempuan asal Filipina itu menemukan sebuah situs internet yang kelak mengubah nasibnya.

HelperChoice adalah satu dari segelintir layanan nirlaba yang memangkas peran perantara dalam bisnis buruh migran. Situs tersebut membantu buruh migran keluar dari jerat utang majikan yang kejam.

Sejak meninggalkan anaknya yang berusia 11 tahun untuk bekerja di Hong Kong 2010 silam, Millan dipaksa tidur di atas sofa dalam kondisi yang mengenaskan. Bersama HelperChoice dia bisa memilih majikannya sendiri. "Mereka memperlakukan saya seperti keluarga. Mereka banyak mempercayai saya," kata perempuan berusia 39 tahun itu kepada Reuters.

HelperChoice menyediakan ruang komunikasi bagi majikan dan tenaga kerja migran. Situs tersebut berjanji membantu kedua pihak menemukan "pasangan yang sempurna dengan cara yang etis."

Calon majikan cuma harus membayar US$ 45 untuk mengakses data dan informasi buruh migran yang mencari kerja. Mereka juga bisa membayar layanan ekstra agar tidak perlu mengurus dokumen dan surat perjalanan tenaga kerja. "Situasinya saling menguntungkan," kata Direktur Eksekutif HelperChoice, Alexandra Golovanow.

Situs yang mulai aktif pada 2012 silam itu saat ini telah sukses menyalurkan 8.000 tenaga kerja di Hong Kong. Golovanow mengklaim jasa perantara yang ia tawarkan kian populer lantaran buruh migran semakin sadar akan situasi kerja yang mereka alami.

Pemerintah Hong Kong sebenarnya melarang agen memungut biaya perantara lebih dari 10% gaji bulan pertama tenaga kerja. Namun sebuah studi oleh lembaga advokasi buruh migran, Rights Exposure, mengungkap tenaga kerja perempuan sering diminta biaya perantara 25 kali lipat lebih tinggi ketimbang yang diizinkan pemerintah.

"Bisnis ini adalah perbudakan modern. Para buruh kerap tidak punya alternatif," ujar Golovanow.

Namun meski ada upaya membersihkan industri buruh migran dari praktik perbudakan, aktivis HAM mengeluhkan bisnis perantara buruh asing yang bernilai jutaan Dollar akan tetap bertahan. Sebab itu pemerintah Hong Kong diminta menindak agen-agen nakal.

Dari sekitar 3.000 agen perantara tenaga kerja di Hong Kong, 42 di antaranya pernah diseret ke meja hijau antara 2012 hingga 2017 lantaran melanggar UU Ketenagakerjaan. "Hukum akan ditegakkan secara maksimal terhadap agen yang melanggar," tutur jurubicara Kementerian Ketenagakerjaan melalui pesan Email.

Tahun ini pemerintah mengamandemen UU Tenaga Kerja dengan menetapkan denda yang lebih besar dan ancaman tiga tahun penjara buat perantara yang memungut biaya besar pada tenaga kerja.

HelperChoice tidak hanya aktif di Hong Kong. TKW asal Filipina lain, Sheryl Cruz yang tinggal di Qatar misalnya menemukan sebuah keluarga Pakistan melalui situs tersebut setelah melarikan diri dari majikan lama. "Anda bisa membaca informasi tentang semua majikan dan menghubungi mereka secara langsung," kata perempuan 31 tahun tersebut.

Cruz yang sudah 12 tahun bekerja sebagai buruh rumah tangga untuk pertamakalinya merasa mandiri dalam menentukan masa depan. Ia bahkan bisa menegosiasikan kontrak dan gaji. "Saya merasa senang bisa menetapkan gaji sendiri," imbuhnya.

rzn/hp (Reuters)