1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Skandal Media di Inggris Belum Berakhir

11 Juli 2011

Setelah terbongkarnya skandal penyadapan, harian Inggris "News of the World" tidak akan terbit lagi. Tetapi banyak pertanyaan yang sampai sekarang masih terbuka.

https://p.dw.com/p/11tBy
Edisi terakhir harian "News of the World"
Edisi terakhir harian "News of the World"Foto: picture-alliance/dpa

Penutupan Harian Inggris “News of the World“ sebagai konsekuensi atas skandal penyadapan menjadi sorotan berbagai harian internasional. Harian konservatif Inggris The Times menulis: Siapa yang berharap, bahwa penutupan harian ini juga berarti akhir dari sebuah skandal, akan sangat kecewa. Mantan pemimpin redaksi harian “News of the World” Rebekah Brooks sempat mengatakan kepada karyawannya, bahwa dalam waktu dekat akan terlihat jelas, kenapa harian ini harus ditutup. Jika perusahaannya saja mengakui, bahwa mereka telah melakukan hal yang buruk, maka jelas lah, bahwa belum semuanya diketahui publik. Penting bahwa realitasnya terkuak. Masih banyak pertanyaan yang perlu dijawab. Salah satunya terkait kecerobohan polisi dalam penyelidikan dan uang bayaran kepada polisi untuk berbagai liputan. Sebuah harian ditutup ditengah-tengah sebuah skandal hebat, tetapi skandalnya jalan terus.

Tema yang sama juga dikomentari oleh Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung. Harian yang terbit di Jenewa ini menulis: Setelah eskalasi skandal media di Inggris, penerbit asal Australia Rupert Murdoch semakin mendapat penentangan untuk memperluas imperiumnya. Sementara PM Cameron terlambat dalam berbagai peristiwa, perdebatan mengenai masa depan pers di Inggris menjadi semakin marak. Banyak pihak yang mengakui, bahwa politik pemerintah terkait dunia pers tidak bisa diterima lagi. Tetapi belum ada yang tahu apa yang bisa menggantikan sistem regulasi lamanya. Ada suara yang memperingatkan, bahwa politik bisa mengambil tindakan drastis terkait kebebasan pers. Terlepas dari situasi saat ini, harian “News of the World“ yang tidak boleh terbit lagi ini tetap merupakan perintis dalam bidang investigasi journalistik.

Harian Swedia Svenska Dagbladet juga berkomentar mengenai Harian Inggris “News of the World”, yang terbit untuk terakhir kalinya hari Minggu lalu. Harian yang terbit di Stockholm ini menulis: Konsep bisnis mereka adalah seruan atas sisi-sisi terburuk manusia. Sekarang sudah datang akhirnya. “News of the World” terbit untuk terakhir kalinya. Ini merupakan pertanda yang sehat, bahwa warga Inggris akhirnya sudah muak. Di minggu-minggu terakhir banyak seruan untuk memboikot harian ini. Banyak pemasang iklan menarik ordernya kembali. Harian seperti “News of the World” bukanlah pembela demokrasi. Mereka adalah musuh terburuk dari kebebasan pers.

Lelaki dengan bendera Sudan Selatan
Sudan Selatan akhirnya berpisah dari Sudan UtaraFoto: dapd

Tema lain yang juga dikomentari oleh berbagai harian internasional adalah kedaulatan negara Sudan Selatan pada tanggal 9 Juli 2011. Harian konservatif Austria Die Presse menulis: Sudan Selatan berada dalam situasi awal. Apa yang mereka punya tidak bisa disebut infrastruktur dan kata sistem kesehatan merupakan sebuah eufimisme. Bahkan jika ada lebih banyak sekolah, mereka tetap akan kekurangan guru. Di ibukota Juba memang menteri-menteri bermunculan begitu saja, tetapi hampir tidak ada orang yang benar-benar mampu membangun sebuah negara. Tanpa masalah perbatasan di utara pun, tanpa kelompok-kelompok pemberontak yang menuntut bagiannya dan menginginkan posisi yang menguntungkan pun, tantangan yang dihadapi oleh pemerintah Sudan Selatan merupakan tantangan kelas Herkules.

Sementara itu, mengenai Sudan Selatan, Harian Swiss Der Tages-Anzeiger berkomentar: Republik Sudan Selatan akhirnya berpisah dari Republik Sudan Utara. Memang warga Sudan Selatan berhak bersorak sorai atas kedaulatannya. Mereka sudah berjuang selama 50 tahun untuk itu. Bagi Dunia Barat, terutama mantan penguasa-penguasa kolonial Eropa, adalah sebuah kewajiban historis untuk membantu negara termuda ini, misalnya dengan mengirim prajurit helm biru PBB atau dengan memberikan keringanan hutang. Tetapi negara-negara barat memang sudah pasti akan membantu – karena mereka ingin cadangan minyak mentah. Semoga Sudan Selatan mulai sekarang akan mempunyai pengalaman yang lebih baik dengan negara-negara penguasa ini dibandingkan dulu di masa penjajahan.

Anggatira Gollmer/afp/dpa
Editor: Hendra Pasuhuk