1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Soal Kebebasan Pers, Indonesia Kalah dari Timor Leste

20 April 2016

Posisi Indonesia membaik dalam Indeks Kebebasan Pers 2016. Tapi pembatasan akses jurnalis di Papua dinilai masih mengganjal. Sebaliknya Timor Leste untuk pertamakalinya tembus peringkat 100 besar

https://p.dw.com/p/1IYsV
Indonesische Tageszeitungen
Foto: Getty Images/R. Pudyanto

Adalah Papua yang membebani posisi Indonesia dalam Indeks Kebebasan Pers yang disusun Reporters Without Borders. Lantaran pembatasan akses jurnalis, provinsi di ufuk timur Indonesia itu didaulat sebagai "lubang hitam informasi," oleh organisasi yang bermarkas di Paris tersebut.

RWB terutama menyoroti kasus pengadilan terhadap dua jurnalis Inggris, Rebecca Prosser dan Neil Bonner, serta nasib wartawan Perancis Cyril Payen yang dilarang masuk ke Indonesia.

Kendati secara umum membaik, Indonesia tahun ini masih bertengger di peringkat 130 dari 180 negara. Dari semua negara ASEAN, cuma Kamboja yang berada di posisi lebih baik, yakni 128. Sementara Timor Leste mampu menembus daftar 100 besar dengan bercokol di peringkat 99.

Tahun ini Reporters Without Borders secara umum mencatat kemunduran dalam kebebasan pers di seluruh dunia. "Semua indikator menunjukkan kemunduran. Ada banyak otoritas yang berusaha mengontrol pemberitaan dan takut terhadap debat publik terbuka," kata Chirstophe Deloire, Sekretaris Jendral RWB.

RWB mencatat dunia jurnalisme sedang memasuki era baru propaganda penguasa. "Saat ini penguasa semakin mudah berkomunikasi langsung kepada publik lewat teknologi baru. Jadi derajat kekerasan terhadap mereka yang mewakili informasi bebas semakin meningkat," pungkasnya.

Menurut indeks yang baru dirilis RWB itu Afrika (36.9) mencatat nilai lebih baik ketimbang Amerika (37.1), Asia (43.8) atau Eropa Timur dan Asia Tengah (48.4). Adapun Timur Tengah dan Afrika Utara berada di urutan buncit (50.8) dengan serangkaian catatan kekerasan dan pembatasan akses terhadap awak media.

rzn/yf (afp,rwb)