1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

121211 Interview Walesa Kriegsrecht D

12 Desember 2011

30 tahun silam di Polandia, Dewan Militer mengambil alih pemerintahan dan memberlakukan situasi darurat perang. Rakyat Polandia terpuruk. Rakyat Jerman menunjukkan solidaritas, tapi di tingkat politik menahan diri.

https://p.dw.com/p/13RNq
Foto: Oriana & Wolfgang Stock

Malam menjelang 13 Desember 1981, militer Polandia melakukan kudeta dan mengambil alih kekuasaan. Pagi harinya melalui televisi nasional, Jendral Jaruzelski mengumumkan situasi darurat perang. Tujuannya, menghindari kerusuhan di dalam negeri dan membatasi perluasan pengaruh serikat buruh independen Solidarnosc dan pemimpinnya Lech Walesa.

Berubahnya Citra Jerman

Rakyat Jerman menunjukkan solidaritas besar kepada rakyat Polandia.

Seperti yang diceritakan Maria Jarmoszuk, "Saya ingat betul, meja makan kami kosong, meskipun ada pohon Natal di pojok ruangan. Keadaannya betul-betul menyedihkan. Lalu tiba-tiba bel pintu berdering dan ada orang yang menyerahkan paket. Di dalamnya ada jeruk dan berbagai kacang-kacangan. Saya tidak akan melupakan harum yang ditebar paket jeruk itu. Wanginya mengisi seluruh ruangan.“

Walter Matt
Foto: DW

Bagi Maria Jarmoszuk yang ketika itu berusia 15 tahun, perayaan Natal 1982 tidak akan terlupakan. Kudeta militer sudah berlangsung satu tahun. Ketika itu tercatat, 5000 orang ditangkap dan sedikitnya 50 orang tewas dibunuh. Pun ibunya ditangkap pada tahun itu. Ayahnya di luar negeri. Ketiga kakak beradik itu terhindar dari panti asuhan, karena yang tertua sudah menginjak usia dewasa.

Paket yang mereka terima datang dari keluarga Mayer di München, yang menolong secara spontan ketika mendengar tentang kesulitan ketiga dara Polandia itu. Seluruhnya, lebih dari 30 juta paket yang dikirimkan oleh warga Jerman ke Polandia selama masa kekuasaan militer. Isi paket itu beragam, kebutuhan sehari-hari dari makanan bayi hingga obat-obatan.

„Bagi generasi masa lalu, solidaritas warga Jerman memiliki makna khusus. Terutama bagi yang mengalami perang dunia. Bayangannya tentang orang Jerman dulu terbatas pada citra buruk Nazi dan propaganda Soviet. Dari buruk, gambaran itu berganti positif!“, begitu tutur Maria Jarmoszuk .

Peran Politik Negara Asing

Bantuan luar negeri tak hanya datang dari Jerman. Rakyat AS dan Jepang juga mengirimkan paket-paket bantuan. Pemimpin serikat Buruh Lech Wałęsa tercatat mengakui bahwa perjuangan Solidarność tidak akan membawa hasil, tanpa bantuan luar negeri. Di pihak lain ia juga mengingatkan, bahwa politik Jerman sangat menahan diri. Hal yang menyebabkan pemerintah Rusia merasa aman.

Polenhilfe Als Schmuggler unterwegs
Lech WalesaFoto: Oriana & Wolfgang Stock

Lech Walesa menilai itulah landasan sikap pemerintah Jerman. Paparnya, "Tindakan Jerman tepat, tapi saya kira tidak direncanakan sebelumnya. Mereka netral, karena separo dari politisinya mendukung kami, dan sisanya menentang. Mungkin karena takut pada Uni Soviet. Sikap ini membantu saya juga. Saat lawan menguat, saya bersikap lemah. Saat komunisme melemah, sayapun maju. Itulah seni berpolitik masa itu.“

Menurut Walesa, seandainya Jerman menunjukkan dukungan lebih besar, bisa jadi Uni Soviet akan terprovokasi dan melakukan intervensi yang melemahkan Solidarnosc. Di pihak lain, bila dukungan Jerman terlalu kecil, maka kepercayaan diri Rusia bisa melambung dan gerakannya dilikuidasi.

Dalam perjuangannya Lech Walesa dan Solidarnosc berusaha menghindari konfrontasi keras yang dapat meluas ke seluruh Eropa, dan aksi mogok panjang yang digelarnya merupakan jalan menuju kemerdekaan dari penindasan. Pemenang hadiah Nobel Perdamaian, Lech Walesa merupakan presiden Polandia pertama setelah jatuhnya komunisme.

Rozalia Romaniec/Friedel Taube/ Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk