1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Solo Jadi Pusat Gerakan dan Kaderisasi Militan pro ISIS?

26 Agustus 2016

Petugas antiteror Indonesia khawatir, Surakarta (Solo) sudah menjadi pusat gerakan dan kaderisasi jihadis pro ISIS di Indonesia. Hampir semua pelaku terorisme atas nama Islam punya kaitan dengan Solo.

https://p.dw.com/p/1Jq9R
Indonesien Selbstmordanschlag in Solo
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Surya

Selama baku tembak pada Mei 2011, seorang pemimpin sel militan Sigit Qurdowi tewas. Dia diduga berada di balik serangkaian upaya bom yang gagal di sekitar kota Solo di Jawa Tengah. Sigit adlah pendiri sel teror "Tim Hisbah".

Tewasnya pentolan militan Islam itu membuat kelompoknya terpencar. Ada yang membentuk sel teror baru, yang lain bergabung dibawah kelompok pimpinan Bahrun Naim, yang disebut-sebut sebagai koordinator ISIS untuk kawasan Asia Tenggara dan sekarang ada di Suriah. Sekarang, lima tahun kemudian, kelompok Bahrun Naim dianggap sel yang punya kapasitas paling canggih untuk melancarkan serangan teror.

Solo memang punya sejarah panjang dengan gerakan Islam radikal. Kota itu menjadi salah satu pusat perekrutan relawan-relawan militan. Banyak pemimpin gerakan ini berasal dari pecahan Tim Hisbach, kata seorang pejabat antiteror kepada kantor berita Reuters.

Kota Solo dulu sempat disebut-sebut sebagai pusat gerakan militan Islam, dengan ideolognya Abu Bakar Ba'asyir, yang memimpin pondok pesantren Al Ngruki dan ikut mendirikan kelompok teror Jemaah Islamiyah. Sebagian pelaku teror bom Bali tahun 2012 berasal dari pesantren ini. Ba'asyir sendiri berulangkali menyatakan simpatinya kepada gembong teroris Osama bin Ladin dan jaringan Al Qaida.

Upaya pemerintah Indonesia memukul mundur gerakan Jemaah Islamiyah dan Al Qaida di Indonesia termasuk cukup berhasil. Banyak pimpinan kelompok dan anggotanya yang tewas atau tertangtakp dalam operasi satuan Antiteror Densus 88. Selama bertahun-tahun, Jemaah Islamiyah dan Al Qaida terlihat lumpuh.

Indonesien Selbstmordanschlag in Solo
Polisi membawa jenazah Nur Rohman yang meledakkan diri di Mapolresta Solo, awal Juli 2016Foto: Reuters/Antara Foto/M. Surya

Tapi munculnya ISIS di Irak dan Suriah menghidupkan kembali gerakan militan Islam di Indonesia yang tadinya terpecah-pecah. ISIS dan Bahrun Naim menyebarkan gagasan mereka lebih canggih lagi dan sempat melancarkan rangkaian aksi teror di Asia Tenggara.

Pejabat kontra-terorisme Indonesia menyatakan, sejak 2014 hingga kini sekitar 800.000 dolar AS sudah dtransfer dari luar negeri untuk mendanai kelompok-kelompok Islam radikal di Indonesia. Dari jumlah itu, memang belum jelas berapa uang yang datang dari Bahrun Naim.

Kantor berita Reuters pernah menghubungi seorang pria yang diidentifikasi sebagai Bahrun Naim November lalu lewat aplikasi Telegram, menggunakan data-data yang diberikan oleh salah satu kenalannya. Dalam percakapan itu, Naim mengatakan ISIS punya "cukup orang di Indonesia untuk melaksanakan aksi, dukungan ada lebih dari cukup. Tinggal menunggu pemicu yang tepat." Identitas orang itu dan pernyataannya memang tidak bisa diverifikasi secara langsung dan independen oleh Reuters.

Indonesien Selbstmordanschlag in Jakarta
Polisi berjaga-jaga di Mapolresta Solo setelah aksi bom bunuh diri yang melukai satu anggota kepolisian (Juli 2016)Foto: picture-alliance/dpa/A. Lutfi

Booming Gerakan Jihadis

Amir Mahmud, mantan mujahidin Afghanistan, membentuk Forum Pendukung ISIS di Solo bulan Juli 2014. Tujuannya "mengakomodasi pengembangan" gerakan jihad di Indonesia, kata dia. Sekitar 2.000 orang muncul pada pertemuan pertama di Masjid Makmur Baitul, tambahnya.

"Ini adalah panggilan spiritual spontan," kata Mahmud, yang juga seorang dosen sebuah universitas Islam. "ISIS adalah gerakan yang sedang booming."

Mahmud menceritakan, dua putranya meninggalkan Indonesia untuk berjuang bersama ISIS di Timur Tengah. Satu orang anak sejak itu telah tewas. Indonesia memang tidak melarang warganya mendukung kelompok teror seperti ISIS, atau pergi ke laur negeri untuk bergabung dengan kelompok teror itu.

Polisi mengatakan, mereka hanya dapat menangkap tersangka terorisme kalau sudah melakukan kejahatan di bumi Indonesia.

"Kalau ada orang menyatakan dukungan untuk ISIS, itu menjadi bukti awal bagi polisi untuk menyelidiki apakah mereka terlibat dalam suatu kelompok atau kegiatan teroris," kata Freddy Haris, Direktur Jendral bidang hukum di Kementerian Kehakiman kepada Reuters. "Jika ada bukti mereka terlibat, maka kita lanjutkan dengan tindakan (hukum)."

Amir Mahmud mengatakan, tidak sulit menghubungi Bahrun Naim secara online. "Bahrun Naim membuat sebuah situs web, dan orang-orang bisa mengakses," katanya ketika bertemz dengan Reuters di sebuah restoran kecil dekat Istana Sultan Solo.

Belakangan, pemerintah mulai memblokir blog dan website yang terkait dengan Bahrun Naim. Tapi para pejabat keamanan mengakui, Naim bisa terus berkomunikasi dan melakuklan perekrutan dengan aplikasi media sosial.

Edi Lukito, pemimpin Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) mengatakan dia tahu Bahrun Naim mengirim uang secara reguler, setidaknya kepada satu kader militan Islam di Solo.

"Generasi muda sekarang punya semangat yang luar biasa untuk jihad, dan mereka ingin cepat membawa senjata," kata Lukito, yang menegaskan dia bukan pendukung ISIS.

"Populasi kelompok radikal di Solo sudah sangat tinggi, sehingga mereka seperti bahan baku yang siap jadi radikal," kata Solahudin, pengamat ekstrimisme Islam di Indonesia. "Lebih mudah merekrut orang di Solo daripada di tempat lain," pungkasnyanya.

Ada puluhan pemuda radikal yang sering beroperasi di kota Solo dan bertindak seperti polisi Syariah, seperti Tim Hisbah dan LUIS, yang melakukan razia terhadap cafe-cafe, tempat judi dan pelacuran.

Mereka menjadi sangat menonjol setelah jatuhnya akhir kuat Presiden Suharto di Indonesia pada tahun 1998, yang telah kejam ditekan tanda-tanda perlawanan dari kelompok-kelompok Islam garis keras.

Indonesien Muhammad Bahrun Naim mutmasslicher Mastermind der Angriffe von Jakarta
Bahrun Naim, yang disebut-sebut sebagai koordinator ISIS di Asia TenggaraFoto: Reuters/Antara Foto/D. Prasetya

Tapi Agus Junaedi, yang mengambil alih kelompok garis keras Tim Hisbah setelah kematian pendirinya Sigit Qurdowi pada 2011, menegaskan kelompok hanya melakukan antisipasi. " Tidak lebih dari itu," jelasnya.

"Setiap kali ada penangkapan yang melibatkan teroris, itu selalu dikaitkan dengan Tim Hisbah di Solo," keluhnya. Dia punya toko kecil dan berjualan obat-obatan herbal dan Quran.

Pengikut Bahrun Naim masih berlum mampu melaksanakan serangan besar, kata Amir Mahmud dari Forum Pendukung ISIS.

"Mereka tidak bisa mendapatkan bahan-bahan seperti pada bom Bali," kata dia. "Dulu itu mudah didapat, tapi sekarang semuanya sudah diperketat."

Tapi minggu lalu, satuan Antiteror Densus 88 menangkap seorang tersangka militan di Pulau Batam, yang diduga punya hubungan dengan Bahrun Naim. Polisi mengatakan kelompok itu merencanakan serangan besar di Bali.

Mereka menyiapkan bahan peledak jenis yang sama dengan yang digunakan dalam serangan ISIS di Paris November tahun lalu dan di Brussels Maret tahun ini. Polisi menyita 150 gram bahan peledak berbasis peroksida TATP (triacetone triperoxide), yang di kalangan militan disebut "The mother of Satan" (Ibu dari Setandi kalangan militan).

hp/ap (rtr)