1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Invasi Kepiting Raja Juga Menguntungkan

Gunnar Köhne
1 Mei 2021

Kepiting raja merajalela di kawasan panti utara Norwegia. Ini mendatangkan kemakmuran bagi banyak nelayan dan desa-desa tepi pantai, tetapi ancam ekosistem.

https://p.dw.com/p/3sTd1
gambar menunjukkan tiga ekor kepiting berukuran besar
Keiting Raja yang berukuran lebih besar dari kepiting lainFoto: DW

Dirk Heidschwager mencintai Samudra Arktik. Pria Jerman itu sudah 12 tahun tinggal di bagian utara Norwegia. Ia kerap mengantar wisatawan melihat-lihat kawasan sepanjang pantai di dekat perbatasan Norwegia dengan Rusia. 

Malam sebelumnya ia biasanya sudah menempatkan perangkap di kedalaman 180 meter. Di hari ia mengantar turis, ia akan mengeluarkan perangkap dari dalam laut dan menunjukkan hasil tangkapannya.  

Tapi sehari sudah cukup lama untuk menangkap banyak kepiting raja. Dagingnya disukai di seluruh dunia. Tapi kepiting-kepiting itu juga jadi masalah ekologi yang semakin serius.

Kepiting bawa kemakmuran

Jenis kepiting ini berkembangbiak sama cepatnya seperti kelinci. Pemandu wisata Dirk Heidschwager harus memperingatkan wisatawan untuk tidak turun ke air sama sekali, karena kepiting ada di mana-mana.

Menangkap kepiting raja membawa kemakmuran bagi bagian utara Norwegia yang situasi ekonominya pas-pasan.  

Menanggapi Invasi Kepiting Raja

Termasuk juga bagi desa nelayan Bugøynes. Warganya di tahun 1989 memasang iklan, menawarkan desa untuk dibeli. Generasi muda meninggalkan desa karena tidak ada pekerjaan. Sekarang desa sudah dihidupkan kembali, lengkap dengan "bed and breakfast" dan rumah makan kecil. Itu semua berkat kepiting raja.  

Kepiting pendatang yang invasif

Nelayan Leif Ingelæ adalah salah seorang dari yang pertama menemukan kepiting yang bukan asli daerah Bugøynes. Peneliti asal Uni Sovyet melepaskan kepiting-kepiting itu di kawasan Laut Barents di tahun 1950-an. Tapi Ingelæ tidak mengetahui asal-usul kepiting itu ketika ia menemukannya.  

"Kepiting pertama yang kami tangkap bobotnya antara 10-12 kg. Kami sangat terkejut," tutur Ingelæ. Tapi ia menambahkan, jika kepiting itu tidak muncul, kami tidak akan punya pabrik pengolahan daging ikan. "Juga tidak ada perahu penangkap ikan. Atau mungkin hanya dua atau tiga. Tapi sekarang, kami punya 15 atau 16.”

Penyebaran jenis kepiting invasif ini jadi anugerah bagi para nelayan. Tapi pakar lingkungan dan ilmuwan Norwegia mulai khawatir. Pasalnya kepiting itu memangsa hampir segalanya, dan jadi ancaman bagi ekosistem aslinya. Hewan ini semakin menyebar ke selatan.  

Hewan pemusnah

Jan Sundet dari Institut Penelitian Laut Norwegia mengungkap, mereka menemukan, kepiting ini bisa beradaptasi di air yang suhunya 18°C. Artinya, hewan ini juga bisa hidup di kawasan Laut Tengah, jelasya. "Di manapun jenis kepiting ini hidup, mereka punya dampak memusnahkan bagi mahluk laut lain di dasar laut. Spesies seperti kerang dan bintang laut sudah musnah sepenuhnya.”

Kepiting raja, atau juga dikenal dengan sebutan kepiting monster tidak punya musuh alamiah. Jawatan perikanan kini sudah menetapkan kuota penangkapan sebagai upaya menahan perkembangan populasinya.  

Yang disajikan Dirk Heidschwager kepada para tamunya biasanya hanya bisa disantap di restoran-restoran mewah Eropa dan Asia. Norwegia per tahunnya mengekspor lebih dari 2.000 ton daging kepiting ke seluruh dunia.  

Warga lokal dan wisatasan suka daging kepiting. Sementara pemerintah Norwegia harus menjaga keseimbangan antara perekonomian di kawasan itu dan mencegahledakan populasi kepiting.

Warga di kawasan utara Norwegia berharap, sumber penghasilan lukratif ini masih tetap ada lebih lama lagi. Mereka sudah membuat monumen bagi kepiting raja (ml/yp).