1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Spitsbergen, Gudang Benih Menyambut Kiamat Iklim

Ludger Schadomsky
10 November 2023

Jauh di bawah lapisan permafrost di Pulau Spitsbergen tersimpan semua bibit tanaman bermanfaat dari seluruh dunia. Namun bank benih di Norwegia itu kian terancam, oleh pemanasan global dan krisis geopolitik.

https://p.dw.com/p/4Yez0
DW Deportage | Saatguttresor Svalbard/Spitzbergen und Klimawandel Arktis
Foto: Ludger Schadomsky/DW

Pagi yang membeku mengiringi rutinitas Asmund Asdal di bandar udara Kota Longyearbyen, tak lebih dari 1.500 kilometer dari Kutub Utara. "Hari ini kami mendapat 60 kotak berisikan benih dari seluruh dunia," kata dia.

Sejak 15 tahun terakhir dia menjaga gudang benih dunia yang menyimpan benih dari 12.000 tanaman terpenting dalam peradaban manusia, sedalam 130 meter di dalam Pulau Spitsbergen, Norwegia. Tanaman yang dipiluh untuk disimpan antara lain benih jagung, beras, sorgum atau gandum.

Gudang benih di Spitsbergen
Gudang benih dunia terletak di kedalaman 130 meter di Pulau Spitsbergen, NorwegiaFoto: DW/Irene Quaile

Pagi itu, Asdal ditemani dua ahli Biologi dari Nigeria, Mayowa Olubiyi, dan Sambia, Graybill Munkombwe. Keduanya berada di Lingkar Arktika untuk memandu pengiriman benih dari negara masing-masing. "Tanaman yang digunakan oleh petani kami secara turun temurun, tidak cuma buat bahan pangan, tetapi juga untuk keperluan medis dan kebudayaan," kata Munkombwe.

Bagi keduanya, mengitipkan benih di Spitsbergen "berarti menjaga warisan nasioal kami," imbuhnya. "Jika terjadi bencana di tanah air, kami masih bisa memanfaatkan duplikat benih yang disimpan di sini."

Tempat teraman di dunia?

Gudang benih yang dulunya bekas tambang batu bara itu didirikan sebagai persiapan menyambut kiamat iklim. Lokasinya yang terpencil dan suhu yang berkisar konstan di angka minus 18 derajat Celcius membuatnya ideal bagi penyimpanan benih tanaman. "Kita tidak bisa mengambil risiko punahnya keragaman genetika di Bumi," kata Stefan Schimtz, Direktur Eksekutif Crop Trust, dana keragaman hayati di Bonn, Jerman.

Namun krisis iklim juga berlaku bagi tempat teraman di dunia. Peda ntahun 2016 silam, sebuah hujan ekstrem memicu banjir di pintu masuk gudang benih. Sejak itu, pemerintah Norwegia membangun pengamanan tambahan. "Brankas ini sekarang lebih aman ketimbang sebelumnya," kata Asmund Asdal.

Bukan cuma krisis iklim, prahara geopolitik turut menjadi ancaman bagi kelangsungan gudang benih di Spitsbergen. Kuldeep Singh, saintis di Pusat Penelitian Tanaman India, ICRISAT, meyakini "ketidakstabilan politik merongrong keragaman hayati," kata dia saat menjenguk bank benih.

"Israel misalnya, memiliki gudang benih yang lengkap. Jika di sana terjadi sesuatu, kita bisa kehilangan koleksi berharga ini," imbuhnya.

Bank Bibit Koleksi Varietas Asli Tanaman Pangan

Pandangan tersebut diamini Stefan Schmitz. Menurutnya, "meningkatnya konflik di dunia, juga di Afrika, mendesakkan kesadaran kolektif bahwa kita harus segera bertindak."

Ancaman di utara

Bagi Norwegia, Rusia menjadi sumber ancaman yang terbukti dalam invasi di Ukraina. Perang ikut berimbas pada kehidupan sosial. Hampir separuh dari sekitar 400 tenaga kerja Rusia di Spitsbergen terpaksa angkat kaki, antara lain karena asosiasi pariwisata Norwegia memboikot produk dan jasa milik orang Rusia.

Sejak lama, negara-negara lain di Lingkar Arktika, Norwegia, Denmark, Kanada dan Amerika Serikat, memantau ekspansi agresif eksploitasi sumber daya mineral oleh Rusia. Namun demikian, kekhawatiran itu ditepis oleh Gubernur Spitsbergen, Lars Fause. "Kami tidak melihat adanya ancaman geopolitik terhadap brankas benih di Spitsbergen," kata dia.

Namun keyakinan Fause tidak dibagi utusan pemerintah, Greteh Evjen, yang bertugas mengurus gudang benih. "Saat ini, kami memantau situasinya dengan seksama. Kita tidak lagi tahu apa yang akan terjadi di dunia," imbuhnya.

rzn/hp