1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sri Lanka Gelar Pemilu

25 Januari 2010

Selasa (26/01) ini, pemilu pertama pasca perang akan berlangsung di Sri Lanka. Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse memperiapkan diri menghadapi kandidat saingannya mantan pimpinan militer.

https://p.dw.com/p/LgL6
Mahinda RajapaksaFoto: AP

Lebih dari 68 ribu polisi dan 250 ribu petugas akan dikerahkan untuk menyukseskan pemilu yang berlangsung hari ini di Sri Lanka. Dalam pemilu pertama pasca perang saudara tersebut, Presiden Sri Lanka, Mahinda Rajapakse akan berhadapan dengan mantan pimpinan militer Sri Lanka, Sarath Fonseka. Keduanya sebelumnya merupakan sekutu dalam kemenangan di medan pertempuran menghadapi pemberontak Macan Tamil. Rajapakse bulan Mei tahun lalu memerintahkan serangan militer terhadap pemberontak Tamil, yang akhirnya mengakhiri perang saudara setelah 37 tahun. Sementara Fonseka memimpin pasukan dalam pertempuran itu.

Kini kedua kandidat itu menjanjikan perdamaian dan kemakmuran ekonomi. Menurut pengamat politik dari Dewan Perdamaian Nasional, Jehan Perara :„saat ini tipe pemimpin yang dicari adalah seseorang yang melakukan apa yang diungkapkan, untuk kemudian melaksanakannya di bawah undang-undang.“

Sementara bagaimana kans keduanya? Kembali Perara:„Rajapakse memperoleh poin dari memenangkan peperangan. Pemerintah mengalahkan pemberontak Tamil Eelam. Dengan demikian tidak ada lagi teror, tak ada lagi perang dan bom-bom. Pencapaian yang cukup hebat, meski dengan harga tinggi.“

Dalam kampanye akhir pekan lalu, rombongan biksu mendukung pencalonan kembali Rajapakse.

Sri Lanka Wahl Mönche
Biksu mendukung RajapakseFoto: AP

Sementara Fonseka mendapat dukungan dari Partai Persatuan Nasional UNP, sebagaimana partai kiri JVP Front Pembebasan Rakyat.

Sehari sebelum pemilu, Rajapakse mengingatkan petugas untuk melaksanakan pemilu dengan bebas dan adil. Pernyataan itu disampaikan sebagai jawaban atas tudingan bahwa ia akan tetap mengangkangi kekuasaan apabila kalah dalam penghitungan suara. Sementara oposisi Sri Lanka memperingatkan kemungkinan terjadinya kecurangan, kandidat oposisi Sarath Fonseka memperkirakan, bahwa partai berkuasa, yang dipimpin oleh Presiden Mahinda Rajapakse, akan menggunakan aksi kekerasan untuk mengintimidasi para pendukungnya pada pemungutan suara.

Sebelumnya dalam kampanye presiden, baik oposisi dan pemerintah saling tuding. Misalnya pemerintah menuding adanya campur tangan negara asing yang mendukung Fonseka. Kampanye pun berlangsung kisruh, sedikitnya lima orang terbunuh selama kampanye sementara ratusan lainnya cidera.

Para pengamat menilai, saat ini yang paling penting bagi siapapun yang memenangkan pertarungan, dapat memelihara kondisi damai. Minoritas Tamil di uatara harus terintegrasi baik secara politik maupun ekonomi. Dalam perang sudara yang berkecamuk selama 37 tahun, lebih dari 80 ribu orang terenggut nyawanya,

(AP/HP/afp/rtr)