1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Strategi Indonesia Menekan Pemanasan Global

Wesley Rahn
14 Desember 2018

Dalam wawancara dengan DW, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro, menjabarkan strategi Indonesia menekan pemanasan global. Ia hadir di Konferensi Perubahan Iklim COP24 di Katowitze, Polandia.

https://p.dw.com/p/3A60w
USA Bambang Brodjonegoro in Washington
Foto: Getty Images/AFP/M. Riley

Bersama 200 negara lainnya, Indonesia turut merumuskan pedoman penurunan gas rumah kaca yang rencananya terumus dalam Katowice Rulebook. Lantas apa strategi Indonesia dalam pencegahan pemanasan global?

Metode pembangunan rendah karbon disebut sebagai kunci utama. Pembangunan yang berbasis analisis lingkungan yang komprehensif dan strategis ini, dirintis melalui kerjasama pemerintah dengan lembaga penelitian, pengembang, organisasi internasional, dan sektor swasta.

Berikut wawancara DW di sela-sela KTT Iklim COP24 di Katowice dengan Bambang Brodjonegoro mengenai peran, strategi dan harapan Indonesia dalam kebijakan iklim.

 

DW: Bagaimana kebijakan pembangunan rendah karbon 2020-2024 menunjang pembangunan ekonomi hingga 5% kedepannya?

Bambang Brodjonegoro: Sering ditemukan perdebatan: jika kita mengejar perkembangan ekonomi berarti kita tidak memperhatikan lingkungan. Esensi dari pembangunan rendah karbon bukanlah memilih antara perkembangan ekonomi atau perlindungan lingkungan.

Inisiatif pembangunan rendah karbon kita akan membuat pembangunan yang berkelanjutan tanpa menurunkan kualitas lingkungan. Bahkan melaluinya kita bahkan akan memiliki perkembangan ekonomi yang lebih tinggi. Hasil simulasi menunjukkan bahwa perlindungan terhadap lingkungan membuat ekonomi kita lebih baik. 

Indonesien Borneo Bulldozer im Regenwald
Pembukaan lahan di Borneo 2014Foto: Imago/Mint Images

Apa yang bisa dibuat Indonesia sebagai mitigasi perubahan iklim?

Tentunya Indonesia masih fokus dalam tujuan Paris Agreement dimana pada tahun 2020 diharapkan kita bisa mengurangi emisi sampai 26% dan tahun 2030 mencapai 29% atau bahkan hingga 41% apabila didukung oleh internasional. Nah untuk mendorong penurunan emisi tersebut kita fokus pada tiga aspek yang mempengaruhi emisi tersebut.

Pertama Hutan, kita harus menjaga supaya tidak terjadi lagi pengurangan dari area hutan atau deforestasi dan sebaliknya kita sudah mulai harus fokus untuk meremajakan hutan itu kembali.

Kedua adalah pada penggunaan energi terbarukan dimana porsi energi terbarukan masih relatif kecil dalam bauran energi kita, hanya 7% dari total dan tentunya kita menginginkan pada tahun 2025 bisa ditingkatkan sampai 20%.

Satu lagi adalah tentunya sumbangan dari sektor transportasi dimana kita harus berupaya memperbaiki kualitas dari lingkungan, terutama udara dalam hal ini dan memastikan bagaimana transportasi itu bisa lebih efisien.

Hasil apa yang diharapkan Indonesia dari COP24?

Dari prespektif kami selaku otoritas perencanaan pembangunan di Indonesia, tentu kita berharap rencana pembangunan rendah karbon kita sudah sesuai atau sudah in line dengan apa yang menjadi harapan dari dunia dalam konteks mitigasi perubahan iklim.

Kedua, untuk implementasi program rendah karbon, yang paling penting adalah mengenai pembiayaan. Kita harapkan pembiayaan ini bisa menjadi arus utama dalam COP kali ini sehingga tidak ada lagi keraguan diantara negara negara berkembang terutama untuk lebih agresif dalam menjalankan target kesepakatan Paris.

Polen | COP 24 United Nations Climate Conference
COP24 di Katowice, Polandia Foto: picture-alliance/dpa/ZUMAPRESS

Bagaimana pemerintah Indonesia menyiapkan kebijakan terkait pembangunan berkelanjutan?

Untuk mencapai sustainable development goal 2030, kami menyiapkan pembangunan rendah karbon yang berdasar pada empat pilar utama. Pertama, mencegah deforestasi dan melakukan reforestasi atau penanaman kembali hutan. Kedua, memperbaiki kualitas lingkungan baik air maupun udara. Ketiga, memperbaiki produktifitas pertanian tanpa harus memperluas lahan. Keempat adalah mendorong energi terbarukan dan konservasi energi.

Tiga tahun terakhir ini praktis tidak ada kebakaran hutan yang serius seperti yang kami alami di tahun 2015. Untuk energi terbarukan porsinya memang 7%. Tapi kini minat dari investor swasta untuk masuk ke energi terbarukan makin tinggi dan dukungan pembiayaan internasional juga makin besar. Kita harapkan ini akan bisa mempercepat upaya kita meningkatkan pemakaian energi terbarukan.(sc/hp)