1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Stress Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

John Blau21 September 2012

Stress di tempat kerja dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Tapi para peneliti Inggris menambahkan, kebiasaan merokok dan kurang olahraga merupakan ancaman terbesar serangan jantung.

https://p.dw.com/p/16CPI
Foto: Fotolia/lichtmeister

Tim peneliti di University College London, yang dipimpin professor Mika Kivimäki melaporkan, stress di tempat kerja meningkatkan risiko terkena serangan infark jantung sebesar 23 persen.

Stress antara lain dipicu tuntutan yang terlalu tinggi, tetapi pekerja tidak memiliki kendali, menyangkut bagaimana dan kapan mereka harus mengerjakan tugas bersangkutan.

Kivimäki menegaskan, dalam riset terbaru ditunjukkan, bekerja dalam profesi apapun dapat memicu stress. Akan tetapi risiko terkena stress lebih sering terjadi di lapangan kerja dengan tuntutan keahlian rendah.

Produktion des offiziellen WM-Balls
Pekerja dengan skill rendah miliki risiko lebih tinggi terkena stress.Foto: picture-alliance/dpa

"Dalam pekerjaan semacam itu, jika dibebani volume kerja tinggi, pekerja tidak lagi memiliki kontrol atas tugasnya, karena posisinya yang rendah dan terkait bagaimana bisnisnya dijalankan", ujar Kivimäki lebih lanjut.

Terdapat banyak hal yang saling bertentangan, dengan dampak memicu stress di tempat kerja dan risiko serangan jantung. Kivimäki menyebutkan, hasil penelitiannya menguatkan hasil riset sebelumnya terkait korelasi antara stress dengan penyakit jantung.

Tim peneliti di London itu menganalisa lebih dari 12 penelitian sebelumnya, yang mencakup 200.000 responden dalam kisaran waktu rata-rata 7,5 tahun.

Tuntutan kerja

Semua responden yang berpartisipasi, dari awal riset ditanya secara rinci, untuk mengetahui tuntutan kerja, beban kerja, tingkat tuntutan tekanan waktu serta kebebasan untuk membuat keputusan.

Diketahui, terjadi 2,356 kasus serangan jantung atau kasus penyakit jantung koroner lainnya selama dilakukannya penelitian. Terutama para pekerja dengan tuntutuan kerja amat tinggi tapi nyaris tidak memiliki kemampun mengontrol pembuatan keputusan, memiliki risiko 23 persen lebih tinggi terkena serangan jantung koroner.

Kivimäki juga menjelaskan, hasil penelitian itu menegaskan adanya kaitan antara tekanan di tempat kerja dengan kenaikan risiko penyakit jantung. Akan tetapi tidak membuktikan bahwa stress kerja secara langsung menyebabkan penyakit jantung.

Gesundheit Ernährung Übergewicht Frau dicker Bauch mit Jeans
Stress sebabkan malas berolahraga dan makan berlebihan yang memicu naiknya risiko penyakit jantung.Foto: Fotolia/dreambigphotos

"Tekanan pekerjaan dapat menyebabkan pekerja merokok lebih banyak, makan berlebihan atau lebih jarang berolahraga. Inilah gaya hidup yang meningkatkan risiko penyakit jantung, ketimbang stress-nya secara langsung", tambahnya.

Faktor risiko tambahan

Hampir semua dokter yang spesialisasinya mencegah penyakit jantung menyepakati, stress merupakan salah satu tema penting.

"Stress dipastikan merupakan sebuah faktor risiko penting", kata Martin Halle, professor kardiologi dan kedokteran olah raga di Universitas Teknik München sekaligus jurubicara Perhimpunan Kardiologi Eropa.

Namun dia juga memperingatkan, jangan terlalu berlebihan atau merendahkan faktor-faktor risiko lainnya. "Faktor risiko yang paling penting dengan efek langsung setelah enam bulan, adalah kebiasaan merokok", kata Halle.