1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

“Suarasama“ Tampilkan Musik Dunia di Hamburg

19 September 2017

Di panggung Pasar Hamburg 2017 awal September, kelompok musik Suarasama asal Medan memukau penonton dengan kombinasi musik etnik dunia.

https://p.dw.com/p/2kHr2
Indonesisches Kulturfestival Pasar Hamburg 2017
Foto: DW/H.Pasuhuk

Musik sajian Suarasama memang terdengar lain. Petikan gitar dan tabuhan gondang diimbangi suara lirih vokalis dan pendirinya, Rithaony Hutajulu, yang berpadu harmonis. Iramanya terdengar meditatif, seperti ritme musik-musik spiritual. Penonton segera terbawa suasana dan mendengar dengan khusuk.

Konsep kelompok asal Medan ini memang menyatukan musik-musik tradisional dari seluruh dunia, termasuk bunyi-bunyian dari instrumen musik tradisional. Gaya musik yang mulai melejit tahun 1990-an, terutama di Amerika Serikat, lazim disebut sebagai genre "World Music”.

Suarasama memang didirikan oleh pemusik yang juga peneliti musik berbagai bangsa. Pendirinya, pasangan Irwansyah Harahap dan Rithaony Hutajulu belajar etnomusikologi di University of Washington (1990-1995).

Deutschland - Indonesisches Kulturfestival Pasar Hamburg 2017
Pendiri "Suarasama" Rithaony Hutajulu (kiri) dan Irwansyah Harahap (tengah) adalah dosen etnomusikologi di Universitas Sumatera Utara, MedanFoto: DW/H. Pasuhuk

Tidak hanya belajar teori, mereka juga belajar praktek musik dari para musisi World Music yang sudah mendunia, seperti Nusrat Fateh, pemusik sufi dari Pakistan, Dariush Tala (pemusik Iran), Sujath Khan (pemain sitar India), Sam-ang Sam (pemusik Kamboja).

"Kami memang punya latar belakang studi etnomusikologi, yang mempelajari estetika dan idiom dari berbagai tradisi musik dunia,” kata Rithaony dalam wawancara dengan DW.

Nama Suarasama memang menjadi agenda sekaligus program filosofisnya. Kata Sansekerta "Svara" berarti melodi, bisa juga berarti pendapat. Kata "Sama" dalam bahasa Arab juga berarti "dengar".

Bagi kelompok ini, gagasan musikal dari berbagai tradisi dunia punya nilai setara. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, semuanya sama. Bagi Suarasama, musik punya makna lebih luas, sebagai jembatan untuk melatih kesadaran melalui mendengar.

Indonesisches Kulturfestival Pasar Hamburg 2017
Penonton konser musik di Pasar HamburgFoto: DW/H.Pasuhuk

"Kita harus bisa saling mendengar dan didengar," kata Rithaony. Musik karya Suarasama memang sering bertemakan harmoni, perdamaian, kemanusiaan dan alam. Instrumen yang digunakan dan komposisi musik memang mencerminkan filosofinya: ada saz-gitar dan tabuhan sruti box dari India, gambus yang umum digunakan di Timur Tengah, dengan elemen-elemen musik tradisional oriental dan musik Sufi.

Sejak didirikan tahun 1995, Suarasama sudah menghasilkan empat album: Fajar di Atas Awan (1998), Rites of Passages (2002), Lebah (2008) dan Timeline (2013). Mereka juga sudah tampil di berbagai negara dan mendapat sorotan jurnal-jurnal musik dunia seperti di majalah Uncutmagazines, Pitchpork dan Global Rhythm.

Di akhir konser musik Suarasama, penonton biasanya masih hanyut dalam irama musiknya dan suasana jadi hening, sesaat kemudian baru terdengar tepukan riuh dan sambutan meriah penonton.