1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sudah Benar Hentikan Bisnis Senjata Dengan Arab Saudi

24 Oktober 2018

Jerman memang sebaiknya menghentikan bisnis senjata dengan Arab Saudi. Tetapi bukan hanya karena pembunuhan Jamal Kashoggi, melainkan karena perang di Yaman. Opini editor DW Mathhias von Hein.

https://p.dw.com/p/374k3
Saudi-Arabien Mekka Kampffahrzeug mit Soldaten
Foto: picture-alliance/dpa/A. Pain

Bisakah kita percaya alasan dan keterangan dari Arab Saudi dalam kasus pembunuhan Jamal Khashoggi? Ketika Kanselir Jerman Angela Merkel hari Minggu lalu menerangkan, bahwa ekspor senjata dari Jerman ke Arab Saudi "tidak bisa dilaksanakan, dalam situasi saat ini", pemerintah di Riyadh baru saja merilis versi kedua ceritanya, bahwa Khashoggi memang tewas di gedung konsulatnya di Istanbul. Kemudian muncul laporan bahwa keluarga kerajaan telah mengucapkan bela sungkawa yang dalam kepada keluarga jurnalis yang sering mengritik kebijakan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.

Keputusan terbaru Angela Merkel menghentikan bisnis senjata dengan Arab Saudi sudah benar. Tetapi, sebagaimana sering terjadi dalam politik, hal yang benar dilakukan dengan alasan yang salah. Dalam perjanjian koalisi pembentukan pemerintahkan sudah jelas tertera: Penjualan senjata dari Jerman tidak akan dilakukan lagi dengan negara-negara yang terlibat perang di Yaman.

DW Kommentarbild Matthias von Hein
Matthias von Hein

Dalam perang ini, Arab Saudi adalah salah satu pelaku aktif. Namun tetap saja bisnis senjata Jerman dengan Arab Saudi berlangsung marak. Selama kuartal pertama 2018, izin ekspor senjata ke Arab Saudi naik hampir empat kali lipat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, mencapai  omset160 juta euro. Bahkan pemerintah Jerman bulan September lalu masih mengizinkan ekspor empat sistem deteksi artileri ke Arab Saudi.

Senjata dari Jerman untuk pihak yang berperang

Tewasnya ribuan warga Yaman, ternyata tidak punya dampak seperti tewasnya satu jurnalis Arab Saudi. Kelaparan dan kesengsaraan jutaan manusia di Yaman karena blokade laut yang dilakukan Arab Saudi ternyata tidak terlalu mengganggu bisnis Jerman. Selama tiga tahun perang Yaman berlangsung, tidak ada yang peduli. Barulah kasus pembunuhan Jamal Khashoggi tiba-tiba menjadi titik balik.

Terdengarnya sinis.Tetapi pemerintahan di negara-negara industri barat memang tidak punya masalah dengan rejim yang otoriter. Yang tidak mereka sukai adalah penguasa yang sulit ditebak. Apa yang terjadi pada Jamal Khashoggi hanyalah adegan terakhir dari drama panjang yang berkaitan dengan kekuasaan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, sosok yang sering digambarkan sebagai "impulsiv", walaupun istilah itu masih terlalu ramah untuk menggambarkan sepak terjangnya.

Di samping intervensi militer ke Yaman tahun 2015, Arab Saudi juga melakukan blokade perdagangan ke Katar sejak tahun lalu. Jangan dilupakan peristiwa aneh November tahun lalu, ketika Perdana Menteri Libanon Saad Hariri mengumumkan pengunduran dirinya dari satu hotel di Arab Saudi. Ada spekulasi bahwa dia diculik ke Arab Saudi dan dipaksa mengumumkan pengunduran diri. (hp/as)