1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sudan Selatan Akan Jadi Negara Baru

8 Februari 2011

Sudan selatan akan berpisah dari Sudan utara dan menjadi negara baru. Banyak masalah belum selesai dibahas. Kedua negara nantinya akan saling membutuhkan.

https://p.dw.com/p/10DNX
Presiden Sudan Omar Al BashirFoto: DW/AP

Harian Jerman Tagesspiegel menyoroti situasi politik di Sudan:

Presiden Sudan Omar Al Bashir menepati janji dan mengakui hasil referendum. Tanggal 9 Juli mendatang, Sudan selatan akan menjadi negara baru. Hasil referendum sangat jelas. Hampir 99 persen pemilih setuju dengan opsi kemerdekaan. Bagi Sudan Utara, sulit membantah hasil referendum ini. Bagi Presiden Bashir, masalahnya mulai muncul sekarang. Akhir Januari, sekitar 100 remaja menggelar aksi protes menentang rejimnya, meniru gerakan protes di Tunisia dan Mesir. Dengan menerima keputusan pemisahan diri Sudan selatan, Bashir akan punya lebih banyak musuh lagi. Yang penting sekarang adalah, membahas berbagai masalah antara utara dan selatan yang sampai sekarang masih belum diatur.

Harian Austria der Standard menanggapi keinginan Sudan selatan untuk merdeka:

Presiden Bashir mendapat tekanan di dalam negeri. Karena ia juga dianggap bertanggung jawab, jika pemasukan dari bisnis minyak nantinya makin kecil. Sebab ladang minyak yang paling menguntungkan terletak di kawasan selatan. Yang jelas, Sudan utara dan selatan nantinya akan punya kedaulatan penuh. Namun keduanya juga akan saling tergantung satu sama lain. Ini bisa memperkecil potensi konflik. Di lain pihak, bisnis minyak berkaitan dengan uang dalam jumlah besar. Sudan selatan belum memiliki kapasitas administratif dan infratruktur yang memadai untuk mengelola sumber alamnya dengan baik. Transformasi dari kawasan pasca perang menuju sebuah negara yang berfungsi hanya bisa berhasil, jika penduduknya ikut menikmati keuntungan dari bisnis minyak. Misalnya melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Tema lain yang masih tetap jadi sorotan pers adalah perkembangan politik di Mesir. Harian Italia La Stampa menyoroti posisi kelompok Ikhwanul Muslimin:

Kelompok Ikhwanul Muslimin digambarkan punya dua peran, yaitu sebagai gerakan Islam dan sebagai pembela kebebasan demokrasi. Pada kenyataannya, masih ada perbedaan pandangan yang besar tentang kelompok ini, terutama mengenai cita-cita maupun strategi mereka. Banyak kalangan khawatir, kelompok ini menggunakan isu demokrasi hanya sebagai strategi saja, seperti gerakan-gerakan radikal lain yang berhasil melewati masa transformasi. Masih terlalu dini, untuk mengetahui situasi sebenarnya. Sejarah baru Mesir, baru saja dimulai.

Harian Norwegia Aftenposten mengamati perkembangan harga bahan pangan dunia:

Harga bahan pangan di pasar dunia terus naik. Sebab utamanya adalah pertumbuhan penduduk dunia, gangguan cuaca dan perubahan pola makan. Kecenderungan ini akan menjadi pola perkembangan di masa depan, yang merupakan dampak dari kenaikan harga dan kelangkaan bahan pangan. Naiknya harga pangan akhirnya bisa menyulut aksi protes luas seperti di Tunisia dan Mesir. Tidak ada petunjuk, bahwa situasinya akan jadi lebih baik. Perkembangan seperti ini bisa menjadi masalah keamanan utama pada era masa kini. Sudah saatnya, menanggapi perkembangan ini dengan serius.

Hendra Pasuhuk/dpa/afp
Editor: Kostermans