1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SejarahJerman

Witold Pilecki, Galang Perlawanan di Kamp Kematian Auschwitz

19 September 2020

Witold Pilecki sukarela masuk ke kamp kematian Auschwitz. Dari sana, ia galang perlawanan sesama penghuni, siarkan kondisi kamp dengan radio rakitan ke dunia internasional.

https://p.dw.com/p/3icmE
Witold Pilecki dari Polandia
Witold Pilecki dari PolandiaFoto: Gemeinfrei

Berbicara tentang kamp konsentrasi terbesar Nazi yaitu kamp Auschwitz di Polandia, mungkin tidak banyak yang ingat akan seorang tentara asal Polandia yaitu Witold Pilecki. Padahal, jasa Pilecki tidak bisa diremehkan. Ia termasuk yang pertama kali melaporkan secara terperinci tentang segala kengerian yang terjadi di sana.

Hari itu tanggal 19 September tepat 80 tahun lalu, tentara Nazi Jerman yang telah memasuki Polandia mengumpulkan dan menangkap sekitar 2.000-an warga sipil. Di antara ribuan orang itu, terselip seorang petugas intelijen militer Polandia, Witold Pilecki. Ia menyamar dan secara sukarela ditahan Jerman untuk dikirim ke kamp kematian terbesar yaitu Auschwitz. Pilecki tampaknya punya serangkaian rencana. Namun saat itu ia mengira Auschwitz hanya penjara biasa, hanya saja jauh lebih besar.

Pilecki (dibaca dengan pengucapan: Piletski) lahir tahun 1901 dari kalangan keluarga aristokrat di sebuah tanah pertanian di Polandia. Jiwanya sedari muda memang tidak betah melihat kesewenangan. Semasa muda, ia ikut berjuang dalam perang Polandia-Soviet antara tahun 1919 hingga 1920. 

Setelah perang usai, Pilecki yang memperoleh penghargaan atas keberaniannya itu memutuskan hidup damai di tanah keluarganya. Ia menikahi pujaan hati yang bernama Maria Ostrowska dan memiliki dua orang anak. 

Dicuplik dari buku berjudul Freiwillig nach Auschwitz, die geheimen Aufzeichnungen des Häftlings Witold Pilecki, yang kurang lebih artinya “Sukarela Masuk Auschwitz, Catatan Rahasia Narapidana Witold Pilecki”, dituliskan bahwa ia sebenarnya sempat kuliah di jurusan seni di Universitas Stefan Batory di Vilnius, kini masuk wilayah Lithuania. Namun karena kurang biaya, tahun 1921 ia terpaksa putus kuliah. Lagi pula, nasib dan kondisi saat itu menggariskan jalan lain bagi hidupnya. 

Sukarela pergi ke Auschwitz

Pada awal Perang Dunia II, ketika Nazi menginvasi Polandia pada tahun 1939 Pilecki dipanggil kembali ke dinas militer. Tapi seperti dilaporkan oleh The Washington Post, Polandia jatuh dalam waktu kurang dari sebulan. Pilecki bersembunyi dan bergabung dengan perlawanan gerilya Polandia yang saat itu sedang berkembang.

Pilecki bersama anak dan istrinya di tahun 1935
Pilecki bersama anak dan istrinya di tahun 1935.Foto: Pilecki Institut, Archiv

Saat ini dunia telah mengetahui bahwa kamp Auschwitz yang terletak di kota Oswiecim di selatan Polandia adalah kamp kematian. Pada awal didirikannya, belum banyak yang tahu apa itu kamp Auschwitz. Namun demikian, dari kamp telah tersiar kabar bahwa tiap hari banyak orang meninggal dunia karena kelelahan, kelaparan, atau menderita sakit tipes.

Pilecki muda resah. Penasaran akan apa yang sebenarnya terjadi di kamp, ia lantas meminta kepada atasannya agar ditugaskan menyusup ke sana. Ia punya rencana mengumpulkan informasi intelijen dari dalam kamp dan mengatur perlawanan sesama narapidana di sana.

Atasannya setuju dan memberi Pilecki kartu identitas palsu atas nama Tomasz Serafinski. Maka pada pertengahan September tahun 1940, Pilecki alias Tomasz Serafinski bergabung dengan ribuan orang yang ditangkapi Nazi untuk dikirim ke Auschwitz.

Begitu tiba di kamp, Pilecki mendengar pengumuman seorang perwira penjaga kamp melalui pengeras suara yang bunyinya kurang lebih: "Tidak ada dari kalian yang bisa membayangkan keluar dari sini hidup-hidup. Kalian harus bertahan hidup selama enam minggu. Siapa pun yang bisa hidup lebih lama (dari enam minggu) pasti akan menjadi seorang pencuri, dan pencuri akan mendapatkan hukuman, dan mereka dijamin tidak akan hidup lama."

Bentuk jaringan pemberontak hingga siaran radio rakitan

Di Auschwitz, sambil bekerja keras sebagaimana semua orang di sana dan menderita pneumonia, Pilecki bekerja cepat membangun organisasi perlawanan bawah tanah yang kemudian dikenal dengan nama ZOW. Seiring waktu, organisasi rahasia ini memiliki lebih dari seribu anggota. Beberapa organisasi perlawanan lain yang sebelumnya telah terbentuk secara rahasia kemudian bergabung dengan ZOW. Organisasi ini berhasil menyusupi pos-pos di semua bagian kamp.

Lewat jasa kurir mata-mata, mereka berhasil menyelundupkan laporan tentang keadaan kamp. Dalam menyampaikan laporannya, Pilecki berprinsip untuk tidak berlebihan. Hal ini ia lakukan untuk menghormati para korban yang ia ketahui telah kehilangan nyawa, keluarga, serta harta benda mereka. Namun bahkan tanpa usaha pelaporan berlebihan pun, kondisi di Auschwitz memang berada jauh di luar ambang batas kemanusiaan. Semua itu ia laporkan apa adanya.

Mulai Oktober 1940, laporan Pilecki dikirim ke Warsawa, ibu kota Polandia. Laporannya bahkan sampai ke pemerintah Inggris di London tahun berikutnya. Namun tidak ada perubahan berarti. Bahkan tahun 1942, lewat sebuah radio rakitan yang dibuat oleh sesama rekan di kamp, ia menyiarkan dengan detil berapa jumlah orang yang datang dan berjumpa ajal mereka di Auschwitz. Tidak ada juga bantuan yang datang. Sementara rekan-rekannya mulai ditangkapi dan dieksekusi.

Laporannya dianggap berlebihan 

Pada 26 April 1943, setelah 947 hari berada di Auschwitz, Pilecki dan dua narapidana lainnya berhasil melakukan sesuatu yang mustahil. Mereka melarikan diri dari Auschwitz.

Rupa-rupanya, organisasi perlawanan yang ia dirikan memiliki jaringan yang solid, baik di dalam maupun di luar kamp. Organisasi tersebut memberinya informasi yang tepat tentang jadwal pergantian penjaga dan pos pemeriksaan. Mereka juga memberi dokumen palsu dan tempat persembunyian di Krakow, Polandia.

Selepas dari Auschwitz, ia segera menerbitkan laporan panjang dan terperinci tentang kamp itu. Ia menuliskan bagaimana setiap harinya ribuan orang tiba di kamp dengan menumpang kereta, kebanyakan dari mereka adalah orang Yahudi. 

Laporan itu bahkan dikabarkan sampai ke tangan Presiden Amerika Serikat saat itu, Franklin Delano Roosevelt. Namun tidak ada perubahan apa-apa.

Pertolongan tidak juga datang bagi orang-orang di Auschwitz. Masalahnya, tidak ada yang percaya akan betapa ngerinya kekejaman kemanusiaan yang berlangsung di sana. Ia bahkan dianggap telah melebih-lebihkan laporannya. Pada kenyataannya, Auschwitz memang baru dibebaskan oleh Uni Soviet pada tahun 1945 setelah ditinggalkan tentara Jerman.

“Lebih baik mati bergembira daripada ketakutan”

Setelah PD II selesai dan kamp Auschwitz dibebaskan oleh tentara Uni Soviet, Polandia pun berada di bawah kekuasaan negara komunis itu. Namun Pilecki, seperti umumnya warga Polandia, menolak harus tunduk dan beralih kepada sistem ateis komunis yang saat itu dianut Soviet. Ia percaya kepada sistem negara Polandia yang bebas dan berdemokrasi. Maka Pilecki kembali memberontak, kali ini ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati karena dianggap pengkhianat pada tahun 1948.

Setelah perang berlalu, Pilecki tidak terlalu sering menceritakan tentang pengalamannya di kamp Auschwitz. Pengalaman itu hanya ia bagikan ke beberapa teman dekatnya. Bahkan kepada istri dan anak-anaknya ia tidak pernah bercerita. Kisah Pilecki seolah tertelan masa.

Baru pada tahun 1990-an, anak-anak Pilecki yaitu Zofia dan Andrzej tahu bahwa ayah mereka adalah seorang pahlawan. Sebagai remaja yang tumbuh setelah perang, mereka diberitahu orang-orang sekitar bahwa sang ayah adalah pengkhianat negara. Bahkan menurut laporan The Washington Post, Zofia dan Andrzej pada tahun 1948 sempat mendengarkan laporan berita pengadilan dan eksekusi ayahnya lewat radio sekolah.

Kini setelah kisahnya kembali terungkap, puluhan tahun setelah kematiannya Pilecki dibanjiri berbagai penghargaan. Sebuah film dokumenter tentang Pilecki bahkan rencananya akan dirilis tahun ini.

Kisah hidup dan keberanian Pilecki memang terbilang luar biasa. Menurut sebuah surat kabar Polandia, sesaat menjelang ajal Pilecki sempat mengatakan "Saya telah mencoba untuk menjalani hidup, sehingga pada saat kematian saya, saya lebih suka merasakan gembira daripada takut."

ae/vlz (berbagai sumber)

Laporan tambahan oleh Jan Ludwig