1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Suleiman Harapan atau Fatamorgana Bagi Mesir?

10 Februari 2011

Sosok Omar Suleiman, mantan ketua dinas rahasia yang ditunjuk Husni Mubarak sebagai wakil presiden Mesir, dikomentari berbagai media cetak Eropa.

https://p.dw.com/p/10FG5
Poster yang dibakar dalam protes di MesirFoto: dapd

Harian Austria Presse menulis

"Siapa yang berpikir bahwa dengan Omar Suleiman, Mesir dapat berpeluang memulai awal baru, hari-hari belakangan ini tampaknya memetik pelajaran baru. Suleiman, sampai dua pekan lalu ketika Presiden Husni Mubarak menyebutnya sebagai wakilnya, menjabat kepala dinas rahasia Mukhabarat yang ditakuti, yang bisa dibilang panglima tertinggi pasukan penganiaya Mesir. Kredibilitasnya sebagai reformis dengan masa lalu ini, hanya sebatas fatamorgana."

Sementara harian Jerman Berliner Zeitung menyorot kerasnya keinginan Husni Mubarak

"Mubarak adalah seorang jenderal. Seperti dikatakan salah satu penasihatnya, ia memandang situasi dari sudut pandang militer. Dan dalam perang kapitulasi bukan pilihan baginya. Tentu saja ada keretakan dalam sistem. Tapi apakah Omar Suleiman dapat menjadi tokoh perubahan, keraguan gerakan demokrasi beralasan. Mantan kepala dinas rahasia yang terkenal akan kelihaiannya yang busuk itu, diduga turun tangan sendiri dalam menganiaya lawan-lawan rezim dan kini mengumumkan rakyat belum matang untuk demokrasi."

Harian Italia La Stampa mengomentari permohonan resmi kejaksaan Milan untuk proses persidangan terhadap Perdana Menteri Silvio Berlusconi yang kontroversial

"Siapa yang masih ingat hari-hari dramatis saat tergulingnya Berlusconi tahun 1994 lalu tidak akan dapat menghindari kesimpulan analogi mengerikan antara apa yang terjadi sekarang, dengan akhir apa yang disebut Republik Italia Pertama 17 tahun lalu. Tentu saja tidak dikatakan bahwa Republik kedua juga harus berakhir seperti yang pertama. Pihak kehakiman kali ini tidak menuding seluruh pemimpin kelas-kelas di Italia melainkan hanya tindakan kontroversial sang perdana menteri. Dan kali ini berbeda dengan masa lalu ia bersikeras menolak mundur. Meskipun demikian tampaknya skenarionya sama saja, kalau tidak jauh lebih buruk. Ini menyangkut perang terhadap institusi di segala tingkat. Dan kemana arah gejolak membingungkan ini, sekarang masih sulit dikatakan."

Dan terakhir harian Jerman Frankfurter Rundschau menulis

"Silvio Berlusconi dan pihak kehakiman, sebuah cerita tanpa akhir. Yang baru adalah poin-poin tuduhan. Seks dengan bayaran bersama gadis di bawah umur dan penyalahgunaan jabatan. Itu masih belum ada dalam daftar panjang tuduhan terhadap Berlusconi dan sejarah pasca Perang Dunia II Italia. Pemerintahan Kristen Demokrat dan Sosialis mungkin korup dan berbohong sedemikian rupa, tapi tidak pernah sedemikian kotor seperti pemerintahan Berlusconi yang semakin tua. Terlepas apakah Berlusconi didakwa secara formal, secara moral Perdana Menteri sebuah negara tua Eropa, yang termasuk negara pendiri Uni Eropa, sudah berada di muka pengadilan."

Dyan Kostermans/dpa/AFP

Editor: Hendra Pasuhuk