1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

210411 Syrien Proteste

21 April 2011

Presiden Suriah, Bashar Assad membubarkan pengadilan rahasia dan mengizinkan demonstrasi damai. Namun upayanya merebut simpati terbentur amarah penduduk yang kini cuma menginginkan satu hal, yaitu kejatuhan sang rejim

https://p.dw.com/p/112Aq
Der Screenshot eines über Youtube verbreiteten Videos zeigt syrische Demonstranten, die sich nach Urheberangaben am Mittwochabend (20.04.2011) auf dem zentralen Platz in der nordwest-syrischen Stadt Homs versammelt haben. Sicherheitskräfte hatten am frühen Dienstagmorgen in Homs das Feuer auf regimefeindliche Demonstranten eröffnet. Wie der arabische Nachrichtensender Al-Dschasira berichtete, soll es Verletzte gegeben haben. Die Menschen auf dem zentralen Platz in Homs hätten den Rücktritt von Präsident Baschar al-Assad gefordert. Die Streitkräfte hätten die Kontrolle übernommen. Foto: Youtube dpa (ACHTUNG Redaktionen: Eine hundertprozentige Überprüfung des Wahrheitsgehaltes der Fotos ist aufgrund der Quellenlage leider nicht möglich! - Bestmögliche Qualität) (AFP OUT)
Kerusuhan di Homs, Suriah, Kamis (21/4)Foto: Picture-Alliance/dpa

Sebuah salib di atas gereja di antara bulan sabit dan dua menara mesjid. Melalui simbol tersebut sekelompok orang di Facebook, yang menamai dirinya sebagai, "Revolusi Suriah 2011", menyerukan demonstrasi pada hari Jumat Agung di seluruh negeri. Sedikitnya 15 persen penduduk Suriah merupakan umat Nasrani.

"Satu hati, satu tangan, satu tujuan" - dengan mengusung moto ini mereka berencana berdemonstrasi menuntut kebebasan. Selama aparat yang berwenang masih bertindak semaunya dan pengadilan belum terbebaskan dari pengaruh politik, segala perubahan yang ditawarkan pemerintah Suriah tidak cukup buat kelompok oposisi.

Termasuk pencabutan hukum darurat yang telah berlaku selama hampir 50 tahun dan baru-baru ini secara resmi diumumkan oleh Presiden Bashar Assad. "Sebagian berpandangan, pencabutan darurat militer mengancam keamanan kita. Saya berpandangan lain. Dengan pencabutan itu negara ini akan lebih stabil dan hak azasi para penduduk bisa terjamin," katanya dalam pidato televisi.

Namun kenyataannya pandangan Assad itu hanya isapan jempol belaka. Lebih dari 200 korban tewas yang telah tercatat sejak awal gelombang protes di Suriah. Informasi yang lebih akurat mustahil didapat karena pemerintah memblokir arus informasi dari setiap aksi unjuk rasa penduduk.

Upaya Pemerintah Merebut Simpati Rakyat

Jumat ini pun ribuan penduduk di Daraa dan Homs diyakini kembali turun ke jalan. Aparat keamanan telah disiapkan di berbagai lokasi di pusat kota. Media-media pemerintah melaporkan, para serdadu itu hadir atas permintaan penduduk.

Langkah-langkah pemerintah seperti penunjukkan gubernur baru di Homs gagal menghentikan amarah penduduk. Pegiat Ham, Shia Saljundi yang kini hidup dalam pengasingan di London, menilai kebijakan tersebut hanya sandiwara.

Menurutnya dengan pemecatan tersebut, rejim Suriah hanya berusaha mengulur-ulur waktu untuk merebut "simpati rakyat." Itu hanya memperburuk situasi dan tidak menolong siapa pun."

Katanya rakyat Suriah punya pesan yang jelas. Mereka menginginkan reformasi politik. Kebebasan, demokrasi dan berakhirnya status darurat perang. Termasuk di antaranya pembebasan narapidana yang ditangkap dengan menggunakan Undang-undang darurat dan hak untuk berdemonstrasi tanpa harus meminta izin dari pemerintah, seperti yang sekarang direncanakan oleh rejim.

"Rejim menjawab dengan pembunuhan"

Sikap pemerintah yang cuma menawarkan kompromi kecil-kecilan sebagai jawaban atas aksi protes penduduk, semakin membakar semangat kelompok oposisi. "Awalnya demonstrasi menuntut reformasi. Tapi rejim ini menjawab dengan pembunuhan dan penangkapan. Sekarang penduduk ingin kejatuhan pemerintah. Tuntutannya semakin besar," kata Saljundi lagi.

Pemerintah Suriah sempat menuding elemen-elemen asing bertanggungjawab atas kerusuhan di negaranya. Mereka dinilai ingin menyulut konflik rasialis. Nyatanya nyaris semua lapisan masyarakat ikut serta dalam berbagai aksi demonstrasi menentang pemerintah, mulai dari muslim konservatif, ateis, mahasiswa, kelompok kiri, perwakilan suku-suku dan warga Kurdi.

Kesabaran penduduk tampak jelas mulai hilang. Situasinya kini terancam semakin meruncing, karena pemerintah Suriah tidak sedikitpun memberikan kesan akan menghentikan aksi penembak jitu, dinas intelejen dan satuan-satuan khusus yang kian hari kian brutal menindas rakyat sendiri.

Ulrich Leidholdt/Rizki Nugraha
Editor: Christa Saloh-Foester