1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialGlobal

Survei: Influencer Salip Jurnalis sebagai Sumber Berita

16 Juni 2023

Influencer dan selebritas di media sosial seperti TikTok dan Instagram semakin mengambil alih posisi jurnalis sebagai sumber utama berita bagi kaum muda, menurut survei Reuters Institute yang dirilis Rabu (14/06).

https://p.dw.com/p/4SbWS
Ilustrasi media sosial
Ilustrasi media sosialFoto: Sefa Karacan/AA/picture alliance

Survei menemukan bahwa 55 persen pengguna TikTok, Snapchat, dan 52 persen pengguna Instagram mendapatkan berita mereka dari para influencer dan selebritas. Hanya 33 sampai 42 persen yang mendapatkan berita dari media arus utama dan jurnalis di platform-platform tersebut, yang sangat populer di kalangan masyarakat muda.

Laporan tentang hasil survei itu dirilis pada hari Rabu (14/06). Angka tersebut didasarkan pada wawancara dengan sekitar 94.000 orang di 46 negara, yang dilakukan untuk Reuters Institute for the Study of Journalism, bagian dari Oxford University di Inggris.

"Sementara jurnalis arus utama sering memimpin percakapan seputar berita di Twitter dan Facebook, mereka berjuang untuk mendapatkan perhatian di jaringan yang lebih baru seperti Instagram, Snapchat, dan TikTok," kata laporan itu.

Penulis utama hasil survei itu, Nic Newman, menyoroti orang-orang seperti Matt Welland dari Inggris, yang membahas peristiwa terkini dan kehidupan sehari-hari di TikTok untuk 2,8 juta pelanggannya.

"Atau bisa jadi selebriti seperti pesepakbola membicarakan acara berita topikal," katanya kepada kantor berita AFP. Contohnya, kampanye pesepak bola Marcus Rashford tahun 2020 untuk mendapatkan makanan gratis di sekolah bagi anak-anak dari keluarga miskin.

Aplikasi TikTok
Media sosial berbasis video seperti TikTok dan Youtube sangat popukler di kalangan mudaFoto: Yui Mok/PA/picture alliance

Lebih banyak orang membaca berita dari media sosial

Bagi kaum muda, "berita" bukan hanya yang secara tradisional fokus pada politik dan hubungan internasional, melainkan "segala sesuatu yang baru yang terjadi di setiap lapisan masyarakat: olahraga, hiburan, gosip selebriti, peristiwa terkini, budaya, seni, teknologi..." kata Nic Newman.

Facebook tetap menjadi sumber berita utama di antara jejaring sosial di seluruh dunia, tetapi pengaruhnya menurun, dengan 28 persen mengatakan mereka menggunakannya untuk mendapatkan berita, dibandingkan dengan 42 persen pada 2016.

Ini kemungkinan mencerminkan pergeseran Facebook dari sarana berbagi berita ke fokus pada teman dan keluarga, serta preferensi anak muda pada banyak aplikasi berbasis video seperti TikTok dan YouTube.

TikTok sekarang menjangkau 44 persen pengguna dari usia 18-24 tahun, dan 20 persen mendapatkan berita dari aplikasi, naik lima persen dari tahun lalu.

Tantangan terbesar bagi outlet berita tradisional adalah menurunnya jumlah orang yang membuka langsung situs web mereka, hanya 22 persen, turun 10 poin sejak 2018. Kebanyakan pembaca sekarang mengandalkan tautan media sosial.

"Perubahan mendasar" industri berita

Direktur Institut Reuters, Rasmus Kleis Nielsen, dalam kata pengantarnya mengatakan, pergeseran ini menghadirkan "perubahan yang jauh lebih mendasar" bagi industri berita, bahkan lebih drastis dibanding peralihan dari cetak ke digital satu generasi yang lalu.

"Media lawas ... sekarang menghadapi transformasi digital yang berkelanjutan seiring bertambahnya usia generasi (pembaca mereka)" sedangkan generasi yang baru "memiliki lebih sedikit minat pada banyak tawaran media konvensional yang berorientasi pada kebiasaan, minat, dan nilai-nilai generasi yang lebih tua," katanya.

Audiens baru ini sadar akan risiko mengandalkan algoritma, dengan hanya 30 persen berpikir ini adalah cara yang baik untuk mendapatkan berita yang seimbang, tetapi itu masih dianggap lebih baik daripada mengandalkan laporan para jurnalis, yang hanya mendapat skor 27 persen.

Semua ini bukan kabar baik bagi perusahaan media konvensional yang bergantung pada pelanggan dan pendapatan iklan. Survei Reuters Institute menemukan, 39 persen pelanggan telah membatalkan atau menegosiasi ulang langganan, meskipun jumlah keseluruhan orang yang membayar berita di 20 negara yang disurvei tetap stabil, yaitu sebesar 17 persen.

hp/as (Reuters, AFP)