1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Swedia Tak Longgarkan Lockdown, Belanda Buka Sekolah 2 Juni

20 Mei 2020

Saat Eropa perlahan melonggarkan lockdown, Swedia justru imbau warganya untuk tetap bekerja dari rumah. Pemerintah Swedia yakin langkah ini mutakhir untuk jangka panjang. Sementara Belanda akan buka sekolah pada 2 Juni.

https://p.dw.com/p/3cUmW
Swedia di tengah virus corona
Foto: AFP/TT/A. Wiklund

Saat negara-negara Eropa perlahan melonggarkan aturan kuncian (lockdown), Swedia cenderung mengambil pendekatan lunak terkait pembatasan virus corona yang diberlakukan. Pemerintah Swedia bersikeras bahwa dengan strategi ini mereka akan menjadi pemenang dalam jangka panjang.

"Pertarungan melawan COVID-19 ini adalah maraton," ujar Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven, seraya menambahkan bahwa para pejabatnya "sangat percaya" langkah-langkah yang mereka tempuh layak dilakukan untuk jangka panjang.

Sementara orang-orang di negara-negara Eropa lainnya secara bertahap mulai kembali ke tempat kerja mereka, penduduk Swedia sangat disarankan untuk terus bekerja dari rumah. Mungkin bukan hanya untuk beberapa minggu ke depan, tetapi untuk beberapa bulan mendatang.

Uni Eropa telah mulai merencanakan untuk memulai kembali perjalanan secara bertahap pada musim panas ini, tetapi Swedia mengimbau penduduknya untuk “liburan” di rumah. Swedia juga masih memperpanjang aturan tentang imbauan perjalanan yang tidak penting hingga setidaknya 15 Juli mendatang.

Swedia sejatinya tidak pernah memberlakukan aturan lockdown total. Anak berusia di bawah 16 tahun masih terus bersekolah, dan pelanggan tidak dilarang pergi ke kafe, bar, dan restoran. Saat orang-orang di seluruh dunia didesak untuk membatasi kontak dan mempraktikkan jarak sosial (social distancing), di Swedia pembatasan itu bersifat nasihat.

"Tampaknya cukup mudah untuk memulai lockdown, tetapi menghentikannya jauh lebih sulit," kata ahli epidemiologi Swedia Anders Tegnell dari Badan Kesehatan Masyarakat kepada kantor berita AFP.

Menurutnya, sulit membuat orang mengikuti rekomendasi ketika "suatu hari Anda seharusnya melakukan ini dan hari berikutnya Anda seharusnya melakukan sesuatu yang lain".

Swedia model masa depan?

Beberapa menuduh Swedia memainkan “Russian roulette” dengan membiarkan virus beredar perlahan di masyarakat dan mempertaruhkan nyawa warga, untuk memastikan sistem layanan kesehatan publik tidak kewalahan.

Tingkat kematian akibat COVID-19 di Swedia mencapai 371 per 1 juta penduduk pada Selasa (19/5), angka ini sekitar delapan kali lipat angka di Norwegia dan Finlandia. Namun, rumah sakit di Swedia melaporkan mereka belum kewalahan, meski kondisinya sulit.

Pendekatan Swedia mungkin tidak mudah pada beberapa lapisan masyarakat, tetapi beberapa ahli melihatnya sebagai sebuah pandangan yang jauh ke depan. Terutama karena adanya satu laporan baru-baru ini dari University of Minnesota yang menyebut "aktivitas (penyebaran) COVID-19 yang signifikan" kemungkinan masih tetap ada setidaknya hingga dua tahun ke depan.

"Jika kita ingin kembali normal di mana kita tidak memiliki kuncian, maka masyarakat mungkin perlu beradaptasi untuk jangka waktu menengah atau berpotensi lebih lama," kata Direktur Eksekutif Program Kedaruratan WHO Michael Ryan, dalam konferensi pers pada akhir April, sembari menyatakan bahwa Swedia bisa menjadi "model masa depan".

Belanda buka kembali sekolah, kafe dan museum pada Juni

Sementara di Belanda, sekolah menengah atas akan dibuka kembali pada 2 Juni. Sekolah dasar akan kembali ke jadwal penuh pada 8 Juni. Langkah ini diambil menyusul menurunnya jumlah infeksi virus corona, menurut Perdana Menteri Belanda Mark Rutte pada Selasa (19/5).

"Kita layak mendapatkan pelonggaran karena kita tetap patuh pada pedoman," kata Rutte dalam siaran langsung televisi. "Kita harus tetap berpegang pada aturan karena kita tahu virus bisa menyala (menyebar) lagi."

Jumlah kasus baru COVID-19 di Belanda naik sebanyak 108 menjadi 44.249 pada Selasa (19/5), dengan 21 kematian baru dalam 24 jam terakhir. Otoritas kesehatan nasional mengatakan jumlah korban meninggal akibat COVID-19 mencapai 5.715 orang.

Rutte merinci aturan pemerintah dengan mengatakan bahwa kafe dan restoran akan diizinkan buka pada 1 Juni, dengan maksimal 30 tamu. Orang tetap harus menjaga jarak 1,5 meter antara satu dan yang lain, kecuali mereka anggota keluarga yang tinggal bersama. Museum juga akan dibuka kembali, tetapi tiket hanya akan dijual online terlebih dahulu untuk menghindari keramaian.

Panti jompo, di mana tingkat infeksi relatif tinggi, akan diperbolehkan menerima kunjungan lagi, sembari melakukan tes yang lebih luas untuk mengurangi risiko terinfeksi COVID-19.

Transportasi umum juga akan diperbolehkan beroperasi kembali dengan jadwal rutin, namun warga berusia di atas 13 tahun wajib memakai masker wajah non-medis. Hanya perjalanan penting yang akan diizinkan, sementara kursi yang boleh digunakan dalam trasnportasi umum hanya setengah dari kapasitas total kursi yang ada.

Pusat kebugaran dan tempat dansa akan tetap ditutup,dan acara olahraga besar dilarang, mungkin sampai 1 September. (pkp/gtp) (AFP, Reuters)