1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Swiss Tanggapi Seruan Jihad Khadafi dengan Tenang

27 Februari 2010

Seruan Jihad Presiden Libia Moamar Kadafi terhadap Swiss menimbulkan kebingungan di berbagai pihak. PBB mengkritik keras tetapi Swiss dan UE tampak tenang menghadapi pernyataan ini.

https://p.dw.com/p/MDq3
Presiden Libya Moamar Khadafi dalam pidatonya menyerukan jihad terhadap Swiss.Foto: AP

Pemimpin Libya Moamar Khadafi kembali menimbulkan kontroversi. Kali ini ia menyerukan jihad terhadap Swiss, yang ia sebut sebagai negara kafir. Serangan ini ia lancarkan sehubungan dengan larangan pembangunan menara mesjid yang berlaku sejak November tahun lalu. Keputusan ini diambil melalui sebuah referendum, dimana 57 persen warga Swiss mendukung larangan tersebut.

Kamis lalu (25/02) dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad di kota Benghazi, di timur Libya, pemimpin berusia 67 tahun ini mengatakan dalam pidatonya, “Swiss yang kafir dan menghancurkan mesjid harus dilawan dengan jalan jihad.” Demikian dikutip kantor berita pemerintah Libya, JANA. Lebih lanjut, Khadafi juga mengatakan, bahwa semua orang Islam yang bekerja sama dengan Swiss, terlepas dari tempat tinggalnya, merupakan orang kafir juga, yang berdosa terhadap agama Islam. Dengan ini Khadafi juga menyerukan kepada kaum Muslim di seluruh dunia untuk memboikot barang-barang asal Swiss dan menutup bandara udara serta pelabuhannya bagi negara ini.

Beberapa pengamat melihat seruan ini bukan saja sebuah reaksi atas larangan pembangunan menara mesjid, namun sebagai balasan atas ditangkapnya putera Khadafi, Hannibal, di Jenewa tahun 2008. Ia dan istrinya ditahan atas tuduhan menyiksa pembantu rumah tangga mereka. Menurut direktur pusat penelitian negara-negara Arab di Jenewa, Dr. Husni Ubaidi, ada alasan lain di balik seruan jihad Khadafi:

“Menurut saya, ketika Khadafi memimpin solat Jum'at di Benghazi dan mengeluarkan pernyataan ini, ia ingin memberikan dimensi baru bagi politiknya, seolah ia tidak lagi menjadi pemimpin Uni Afrika. Sekarang ia ingin memulai proyek baru, yaitu sebuah Uni Islam. Akibatnya ada seruan semacam itu. Harapan Khadafi adalah mendapatkan legitimasi yang ia cari di negara-negara Islam.”

Sekarang tampaknya reaksi atas seruan jihad ini terbelah dua. Kementerian luar negeri Swiss di Bernd masih belum memberikan pernyataan resmi dan ketua komisi urusan luar negeri di parlemen, Christa Markwalder, mengatakan tidak akan bereaksi atas pernyataan Khadafi.

Sementara itu PBB bereaksi keras mengenai seruan yang menurut Khadafi tidak bisa disamakan dengan aksi terorisme. Dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, direktur jendral PBB, Sergei Ordzhonikidse, mengatakan, bahwa pernyataan kepala negara semacam itu tidak dapat diterima dalam kaitannya dengan hubungan internasional. Sekjen PBB Ban Ki Moon menyesalkan seruan jihad ini dan mengatakan bahwa ini situasi yang sudah memanas. Ban juga percaya, bahwa perbedaan pendapat dapat dipecahkan dengan sebuah dialog. Demikian dikatakan juru bicara Ban, Martin Nesirky, di New York Jum'at (26/02) kemarin.

Utusan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, juga menyesalkan, bahwa sang pemimpin Libya mengeluarkan seruan jihad terhadap Swiss dalam saat yang tidak tepat. Juru bicara Ashton menjelaskan lebih lanjut, ini adalah sebuah pernyataan yang sangat tidak biasa dalam bahasa diplomasi. Namun Uni Eropa tidak memberikan kritik langsung terhadap Khadafi.

Reaksi dari Uni Eropa yang tampak berhati-hati ini dan kebisuan Swiss menunjukkan betapa hubungan dengan Libia masih tegang saat ini. Walaupun anak Khadafi, Hannibal, dibebaskan dan tuduhan penyiksaan dicabut, hubungan kedua negara tetap retak. Tripolis saat tahun lalu juga menahan selama seminggu dua pebisnis asal Swiss dengan tuduhan aktivitas tidak legal di Libia dan menarik diplomatnya dari Swiss. Selain itu Libia juga menghentikan pasokan minyak ke negara itu dan menarik semua uang yang ada di rekening bank-bank Swiss .

AFP/DPA/AG/VLZ