1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Tahun 2020 Jembatan Terpanjang di Indonesia Siap Dibangun

12 Juli 2019

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) siap membangun jembatan terpanjang di Indonesia sepanjang 7 km yang menghubungkan Batam dan Bintan tahun depan.

https://p.dw.com/p/3LyKW
Indonesien Batam Insel
Foto: Reuters/H. Gloystein

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah mengkaji persiapan pembangunan Jembatan Batam – Bintan (Babin) di Kepulauan Riau (Kepri). Nantinya jembatan yang akan terbentang sepanjang 7.035 meter tersebut akan menghubungkan Batam hingga Bintan dan dinobatkan sebagai jembatan terpanjang di Indonesia. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, mengatakan jembatan ini rencananya akan mulai dibangun tahun depan.

“Pembangunan Jembatan Babin, direncanakan untuk mulai dibangun pada tahun 2020, tentunya didasarkan kelayakan teknis dan ekonomisnya. Saya sempat bertanya Duta Besar Indonesia di Singapura saat datang ke sini, Singapura sedang membuat Terminal 5 Changi (Bandara International Changi) yang intermoda sampai ke Bintan, sehingga jembatan itu sangat mendukung sekali,” ujar Basuki dikutip dari laman Kementerian PUPR.

Pembangunan ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam memasarkan Batam, sebagai satu-satunya zona perdagangan bebas di Indonesia, kepada para investor yang ingin merelokasi pabrik-pabrik mereka di luar Cina akibat perang dagang yang kian memanas antara Amerika dan Cina.

Selain itu, pembangunan ini juga bertujuan meningkatkan konetivitas, mengurangi biaya logistik di Kepri, serta mendukung Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Sauh, dan pariwisata di Pulau Galang dan Pulau Bintan yang bersebelahan dengan Singapura. Pengamat Infrastruktur dari Universitas Hasanuddin, Suharman Hamzah, mengapresiasi rencana pemerintah tersebut.
“Kita mesti lihat peluang itu. Kalau orang cuma sampai Singapura tanggung, mesti kita menarik orang-orang itu ke Pulau Bintan, Pulau Galang, ya dengan konektivitas. Kalau tidak ada konektivitas, mana mau wisatawan ke situ,” jelas Suharman saat diwawancarai DW Indonesia.

“Kalau sekarang Singapura sedang bangun Terminal 5 Changi, terus itu bisa sampai intermoda ke Pulau Bintan, akan luar biasa ini. Jembatan ini sangat luar biasa untungnya,” Suharman menambahkan.

Saat ini Kementerian PUPR sedang melakukan survei lapangan  bertahap dengan meninjau landing point kaki Jembatan Babin di sisi Bintan yakni Tanjung Uban dan dilanjutkan susur landing point di sisi Kabil, yakni Pulau Tanjung Sauh, Pulau Ngenang, dan Tanjung Uban.

Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW), Hadi Sucahyono, mengatakan pembangunan Jembatan Babin membutuhkan perhatian semua pihak karena telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024 dan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sumatera.
“Diharapkan pembangunan Jembatan Batam Bintan ini semakin membuka peluang pengembangan kegiatan wisata yang bertumpu pada keindahan alam, sehingga dimensi daya dukung lingkungan termasuk penataan kawasan permukiman nelayan seyogyanya menjadi bagian yang tidak terpisahkan,” ujar Hadi.


Bekerja sama dengan badan usaha


Pembangunan jembatan ini diprediksi akan memakan waktu 3-4 tahun lamanya dengan estimasi biaya sebesar US$284.35 juta atau setara dengan 4 triliun rupiah. Hitungan tersebut akan bergantung pada hasil Detail Engineering Desain (DED) yang rencananya akan rampung pada akhir tahun 2019 ini. Sebelumnya, Gubernur Provinsi Kepulauan Riau, Nurdin Basirun, mengungkapkan proyek pembangunan Jembatan Babin sudah diusulkan dalam APBN 2020. 

"Kemarin Menteri PUPR langsung telepon ke saya. Beliau sampaikan anggaran itu diupayakan masuk pada APBN tahun depan," ujar Nurdin di Tanjungpinang (02/07) dilansir dari Tempo.co.

Pemerintah nantinya akan membuka peluang kerja sama dengan KPBU dalam pembiayaan pembangunan jembatan terpanjang kedua di Asia Tenggara ini. Suharman pun menilai kerjasama tersebut mutlak diperlukan.

“Saya termasuk yang selalu meng-endorse pemerintah untuk menggunakan KPBU. Negara kita luas, ngga bisa semuanya hanya dengan dana pemerintah. Pembangunan tol salah satu bukti KPBU berjalan, pemerintah harus punya banyak rencana untuk ini,” jelas Suharman saat diwawancarai DW Indonesia.

Akademisi Universitas Hasanuddin ini juga menghimbau agar pemerintah teliti dalam mengkaji rencana pembangunan Jembatan Babin tersebut. “Ini memang sangat harus hati-hati, karena proyek ini sifatnya multiyears, kalau multiyears hitungannya harus betul-betul, agar KPBU tertarik masuk tapi dia tidak merugi,” Suharman menegaskan.

Sebelumnya, wacana pembangunan Jembatan Babin pertama kali muncul pada tahun 2005 silam. Nantinya pembangunan jembatan ini dibagi menjadi tiga trase. Trase pertama menghubungkan Pulau Batam ke Pulau Tanjung Sauh sepanjang 2.124 meter, trase kedua Pulau Tanjung Sauh ke Pulau Buau sepanjang 4.056 meter, dan trase ketiga Pulau Buau ke Pulau Bintan sepanjang 855 meter.

rap/ap (dari berbagai sumber)