1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Apakah di AS Sikap Anti Islam Meningkat?

10 September 2010

Rencana pembakaran Al Quran serta aksi penolakan terhadap rencana pembangunan Pusat Kebudayaan Islam di New York terlihat seperti hal yang mengkhawatirkan. Tapi tidak ada alasan untuk mendramtisasikannya.

https://p.dw.com/p/P97H
Ground Zero, lokasi serangan 11 SeptemberFoto: AP

Apakah Amerika memusuhi Islam? Pertanyaan ini tengah menggugah bukan hanya AS tetapi juga seluruh dunia. Aksi bakar Al Quran yang direncanakan pengkhotbah penyebar kebencian di Florida sudah menjadi alasan bagi protes menentang Amerika di sejumlah negara Muslim. Kekuatiran akan tidak adanya toleransi beragama di tanah air kebebasan beragama, membayangi peringatan serangan teror 11 September 2001.

Apa yang terjadi di AS sejak peristiwa itu? Apakah negara, yang dulu menjamin sikap bijaksana terhadap Muslim, berubah secara radikal? Apakah negara itu meninggalkan jejak integrasinya yang tampak begitu sukses? Belum lama ini bermunculan protes terhadap rencana pembangunan pusat kebudayaan Islam di New York, dekat lokasi serangan 11 September. Perwakilan umat Muslim, Kristen dan Yahudi mengingatkan toleransi beragama dan berbicara tentang meningkatnya gelombang ketakutan dan sikap tidak toleran. Pejabat tinggi negara, seperti Menlu Clinton, mengecam dengan kata-kata keras rencana aksi bakar Al Quran.

Begitu buruk semua ini, namun tak ada alasan untuk mendramatisisasi keadaan. Pengikut fanatik agama sejak dulu ada di Amerika Serikat. Awal abad ke 19 mereka mengarahkan kebencian pada umat Katolik dari Irlandia, yang hingga hari ini tetap terintegrasi menjadi bagian masyarakat AS. Di abad 20, sampai sekarang, kaum liberal yang mendukung hak perempuan untuk melakukan aborsi, harus mentolerir fanatisme umat Kristen yang fundamentalis.

Dan tentu saja ada juga kekuatan di AS yang tidak melihat Muslim sebagai umat beragama dengan hak sama, melainkan sebuah konspirasi politik melawan dunia Barat. Kekuatan ini mendapat daya dorong dari serangan 11 September, kini sudah 9 tahun. Dua perang yang sejak itu dilancarkan Amerika di negara Islam, tidak mempermudah kondisi umat muslim di AS.

Dan meski demikian, adalah keliru jika orang menganggap AS anti-Islam. Dalam pidatonya di Kairo yang terkenal, Presiden Obama memuji Islam dan mengulurkan tangan pada Muslim di seluruh dunia. Jumlah aksi kekerasan bermotif agama di AS sama sekali tidak naik, angkanya tetap. Sejumlah besar komunitas Islam di AS memanfaatkan akhir bulan Ramadhan, yang tahun ini berdekatan dengan peringatan 11 September, untuk menghadiri acara mengenang para korban. Ini juga realita Amerika masa kini.

Islam berarti damai, kata mantan Presiden George W. Bush di sebuah mesjid, beberapa pekan setelah serangan teror 11 September. Kelompok konservatif Amerika mematuhi ia, ketika itu. Kini, di AS yang dipimpin oleh Obama, kelompok kanan keras semakin lantang berbicara. Ide-ide anti-Islam sayangnya termasuk dalam daftar pertunjukan mereka yang paling populer.

Daniel Scheschkewitz/Renata Permadi

Editor: Hendra Pasuhuk