1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Kekerasan Sektarian Bayangi Demokrasi Asia

Rizki Nugraha29 Maret 2013

Kekerasan sektarian di tingkat komunal di Myanmar, Indonesia dan Sri Lanka membayangi proses demokratisasi yang baru seumur jagung. Ketiganya memiliki sejumlah kesamaan, mayoritas yang diam dan pemerintah yang abai

https://p.dw.com/p/186yO
Foto: Getty Images

Asia Tenggara dan jiran di Selatan sedang memasuki babak paling menyedihkan dalam proses demokratisasi. Keterbukaan dan kebebasan yang ada justru menjadi ladang subur bagi tumbuhnya kebencian rasial dan konflik keagamaan.

Di Sri Lanka dan Myanmar, mayoritas Buddha melakukan presekusi massal atas kelompok minoritas muslim. Sebaliknya di Indonesia, kelompok radikal Islam memaksakan penutupan gereja, menekan bahkan menyerang kelompok minoritas.

Konflik horizontal dan kekerasan sektarian seakan menjadi kutukan bagi demokrasi yang baru seumur jagung di negara-negara ini. Kasus Rakhine di Myanmar, Pepiliyana di Sri Lanka, Bogor, Bekasi, Cikeusik atau Sampang memiliki banyak kesamaan, diantaranya adalah mayoritas yang diam dan pemerintah yang abai.

Gelombang kekerasan dan intoleransi yang bisa ditemui pada lingkup masyarakat komunal di Indonesia, Sri Lanka dan Myanmar bersumber pada sejumlah penyakit lama.

Minimnya pendidikan dan perspektif masa depan, himpitan ekonomi dan absennya negara hukum adalah sebagian masalah yang kasat mata. Terlebih agama, dalam bentuk apapun, rentan disalahgunakan oleh sebagian pihak untuk menguapkan kebencian dan amarah terhadap kelompok lain.

Ini adalah ironi mengingat nyaris semua agama justru mengajarkan rasa kasih sayang terhadap sesama manusia.

Dialog adalah salah satu jalan keluar yang menjamin solusi berkepanjangan. Kebencian yang berujung pada pembunuhan, cuma akan menuai kebencian lain. Belasan konflik di dunia tidak pernah berakhir lantaran dendam yang tidak berkesudahan.

Di Indonesia gelagatnya sudah bisa dilihat, penutupan sejumlah Gereja di Jawa Barat dan Jakarta disambut dengan larangan pembangunan masjid di Tapanuli Utara.

Selambatnya kini masyarakat Indonesia sudah harus mulai menyadari, intoleransi dan kebencian terhadap minoritas tidak akan membawa Indonesia ke masa depan yang lebih baik.