1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Suriah di Titik Nadir Kemanusiaan

Rizki Nugraha20 Juli 2012

Perang saudara di Suriah mulai menghadapi detik-detik penghabisan. Kekuasaan rejim Assad tergerus seiring tewasnya sejumlah figur utama di pemerintahan. Namun tragedi kemanusiaan dikhawatirkan belum akan berakhir´.

https://p.dw.com/p/15cEz
In this citizen journalist image, smoke billows over Damascus, Syria, Wednesday, July 18, 2012. A bomb ripped through a high-level security meeting Wednesday in Damascus, killing three top regime officials — including President Bashar Assad's brother-in-law — in the harshest blow to Syria's ruling family dynasty and the rebels' boldest attack in the country's civil war. Syrian state-run TV said the blast came during a meeting of Cabinet ministers and senior security officials in Damascus, which has seen four straight days of clashes between rebels and government troops. (Foto:AP/dapd)
Ledakan di Damaskus. Suriah, Selasa (18/7)Foto: dapd

Era rejim Bashir Assad di Suriah semakin mendekati penghabisan. Peristiwa yang terjadi sejak beberapa pekan terakhir memperkuat asumsi tersebut. Saat ini Assad sudah kehilangan sejumlah figur utama di pemerintahannya. Hisyam Bakhtiar, Kepala Dinas Intelejen tewas beberapa hari lalu akibat serangan bom. Menteri Dalam Negeri Muhammad Ibrahim Al-Syaar saat ini berada dalam kondisi kritis di rumah sakit.

Faktanya setelah pertumpahan darah yang memakan lebih dari tujuhbelas ribu korban jiwa selama 16 bulan terakhir ini, pasukan pemberontak mulai menggedor gerbang Istana kepresidenan di Damaskus. Ribuan serdadu pemerintah telah membelot. Keyakinan yang dulu menjadi pondasi pemerintah bahwa kekuasaan Assad tidak tergoyahkan, mulai runtuh seiring eskalasi pertempuran di ibukota. Sebagian penduduk bahkan mulai merayakan keruntuhan pemerintah.

Tapi justru disinilah kekhawatiran bermunculan, bahwa Suriah sedang mengarah pada titik nadirnya. Perang saudara ini sudah mengakibatkan begitu banyak penderitaan. Hampir semua keluarga kehilangan salah seorang anggotanya, sebagian pulang dalam keadaan cacat akibat penyiksaan sadis oleh aparat pemerintah.

Hanya beberapa jam setelah peristiwa ledakan di Damaskus, milisi Syabiha milik Partai Baath yang berkuasa, meluapkan amarahnya kepada penduduk lokal. Puluhan penduduk di kawasan yang diduga dijadikan markas pemberontak tewas atau menghilang.

Tidak butuh waktu lama sampai tiba saatnya pembalasan dendam. Ketika kekuasaan pemerintah mulai timpang dan gelap mulai surut, Suriah yang terpecah-pecah ke dalam belasan fraksi agama yang saling bermusuhan, dikhawatirkan belum akan menyambut terang, melainkan berhadapan dengan konflik berdarah selanjutnya.