1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Taliban Afrika?

10 Agustus 2006

Sebuah negara yang stabil tidak akan tercapai, Somalia terancam tenggelam dalam kekacauan. Dengan dampak yang tidak terprediksi bagi kawasan di tanduk Afrika dan merupakan sesuatu yang penting dalam arsitektur keamanan Eropa dan Amerika Serikat.

https://p.dw.com/p/CPCj
Somalia di ambang kehancuran
Somalia di ambang kehancuranFoto: AP

Sebuah gagasan yang indah tapi tidak memenuhi syarat dan sejarah awal negara itu gagal. Dengan memandang upaya perdamaian di negara yang jauh lebih lemah, seperti Republik Demokrasi Kongo, hal itu harus menjadi pertimbangan. Negara-negara dimana demokrasi belum pernah ada, yang batas negaranya selalu saja berubah akibat perang, dimana penduduknya hanya mengenal kemiskinan dan penderitaan, negara demokrasi dan hukum tidak akan segera terwujud.

Dalam kasus Somalia, investasi masyarakat internasional sudah besar. Tapi juga seperti kasus lainnya, terjadi: Segera setelah bantuan internasional dan upaya perundingan dari luar perlahan-lahan berkurang, fondasi negara yang rapuh menjadi ambruk. Bukan hal mudah bagi Somalia untuk membentuk pemerintahan transisi, dan tidak adanya dukungan masyarakat di belakangnya. Atas dasar keamanan, mereka tidak dapat bermukim di ibukota. Sejak saat itu dukungan berasal dari pasukan Dewan Pengadilan Islam: Kelompok milisi terlupakan, yang sejak bertahun-tahun melakukan teror terhadap masyarakat dan diperkirakan telah membunuh sekitar 300 ribu orang, menghilang. Setelah 15 tahun perang saudara, penduduk di negara itu mengharap ketenangan dan perdamaian, dengan bantuan kelompok Islam.

Juga bagi Somalia berlaku: tanpa kekuatan dari luar yang memicu perang, eskalasi tidak akan pecah. Senjata dan dana dari negara tetangga yang bermusuhan, Ethiopia dan Eritrea, juga sudah barang tentu bantuan keuangan dan logistik negara-negara Arab untuk kelompok Islam di Mogadishu, yang sekarang menuntut kekuasaan memberi santapan bagi anarki dan kekerasan. Juga Somalia merupakan ajang perang asimetri, yang memicu kelompok radikal di dunia.

Selain itu, Somalia juga merupakan contoh usulan peta yang gagal untuk pembentukan sebuah negara. Dengan pembiayaan koalisi anti teror dari berbagai panglima perang yang bersasaran memerangi Dewan Pengadilan Islam, Amerika Serikat tanpa disadari menyulut kekerasan dan kerusuhan di negara tersebut dan mendorong penduduk Somalia jatuh ke tangan penguasa baru.

Oleh sebab itu gagalnya gagasan negara hukum dan demokrasi di Somalia juga merupakan kekalahan bagi strategi keamanan di seluruh dunia. Karena kelompok Islam radikal di bawah pimpinan Syeikh Hassan Dahir Aweys di Mogadishu tidak akan sulit menemukan pengikut lain di Afrika Timur. Somalia dapat menjadi faktor penentu radikalisasi di kawasan tersebut, karena sang Syeikh diduga memiliki hubungan dekat dengan jaringan teror Al Qaeda. Kawasan itu masih dianggap sebagai daerah persembunyian bagi teroris Al Qaeda. Afrika dengan keadaan yang menyedihkan, terkucil dari perkembangan internasional, dapat menjadi ruang gerak berikutnya bagi perekrutan dan tempat persembunyian fundamentalis Islam dan kelompok teror. Untuk itu Somalia merupakan contoh terbaik.