1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Titik Balik di Irak

Peter Philipp21 Februari 2007

Blair akan tarik pasukan Inggris dari Irak selatan. Kommentar

https://p.dw.com/p/CP8g

Lain dari Presiden AS George W. Bush, Perdana Menteri Inggris Tony Blair merencanakan penarikan pasukannya dari Irak. Sebelumnya, Ketua Partai “Labour” tersebut selalu mengatakan, pasukan Inggris yang berjumlah sekitara 7. 000 personel akan tetap berada di Irak, selama pemerintah Irak memerlukan kehadirannya dalam perang melawan teror. Jadi apa yang menyebabkan Blair kini mengeluarkan keputusan untuk menarik pasukan Inggris dari Irak?

Jika orang tidak dapat mempengaruhi situasi di Irak, maka isu ini setidaknya dapat digunakan untuk kepentingan politik dalam negeri. Begitulah kesimpulan yang dapat ditarik dari laporan yang menyatakan bahwa Perdana Menteri Inggris Tony Blair akan menarik separoh dari jumlah pasukannya di Irak akhir tahun ini. Tentara Inggris ditugaskan dalam pasukan koalisi bersama Amerika Serikat di Irak. 3. 000 dari sekitar 7. 000 tentara akan dipulangkan. Ini bukanlah sesuatu yang kebetulan. Inggris tidak lama lagi menghadapi pemilihan regional dan Blair akan mengundurkan diri, sebagaimana yang telah diumumkannya.

Perdana Menteri Inggris kini mencoba memainkan peranan yang sulit. Sebelumnya dia tampil sebagai sekutu Amerika Serikat yang paling setia. Dan sekarang dia keluar dari persekutuan itu dengan meninggalkan George W. Bush yang justru hendak meningkatkan jumlah pasukan Amerika di Irak. Dalam hal ini Blair sudah tentu terancam risiko dituduh tidak setia. Meskipun perbedaan tugas antara kedua pasukan tersebut terlihat nyata. Pasukan Amerika memikul misi untuk melancarkan serangan besar-besaran terhadap teroris dan pelaku kekerasan lainnya di kawasan Baghdad. Sementara pasukan Inggris berada di Basra, Irak selatan yang relatif tenang.

Tuduhan tidak setia hanya dapat dihadapi Blair melalui pernyataan bahwa penarikan pasukan dilihat sebagai „mission accomplished“ atau misi telah selesai. Melalui argumentasi itu Blair berharap, tidak akan menerima tudingan Amerika dan mendapat tanggapan positif di dalam negeri. Setidaknya itulah yang di benak Blair. Namun, sudah tentu Washington lebih mengetahui apa yang telah tercapai di Irak. Dan melalui penarikan pasukan, warga Inggris juga tidak akan tiba-tiba melihat keterlibatan negaranya di Irak sebagai suatu peristiwa keberhasilan. Inggris paling-paling akan menilai Blair positif karena sebelum masa jabatannya berakhir, dia setidaknya mengoreksi sebagian dari tuduhan loyalitas semu yang ditunjukkan Blair kepada Washington. Loyalitas palsu itu sudah lama dinilai warga Inggris sebagai suatu kesalahan.

Pernyataan penarikan pasukan Inggris itu kini tampaknya sama sekali tidak akan atau hanya membawa sedikit perubahan pada situasi Irak. Kecuali, jika kaum Syiah di selatan akan menyerang pasukan pendudukan. Dalam hal ini, maka pasukan AS juga terpaksa menangani Irak selatan, padahal di Baghdad mereka cukup repot. Jika demikian, Amerika Serikat akan mengalami kesulitan dan posisi Blair sebagai sekutu Bush akhirnya akan dipertanyakan.

Namun, skenario itu mungkin tidak akan terjadi. Karena kaum Syah yang merupakan warga mayoritas di Irak selatan tidak berniat menggunakan kekerasan untuk mendapatkan yang diinginkannya, yaitu kekuasaan di Irak. Pasalnya, itu sudah mereka miliki. Satu-satunya bahaya adalah: Perlukah Washington mempertajam konfrontasinya dengan Iran? Jika demikian, maka mungkin saja Teheran akan mengaktifkan sekutunya untuk menentang Amerika. Dan untuk itu, Irak selatan yang ditinggalkan Inggris, akan menjadi sasaran empuk.