1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tak Ada Peringatan Resmi Serangan London 7 Juli

7 Juli 2010

Warga Inggris memperingati 5 tahun peristiwa, serangan teror 7 Juli 2005 terhadap sejumlah stasiun kereta bawah tanah dan bis, yang menewaskan 52 warga biasa dan melukai lebih dari 700 orang.

https://p.dw.com/p/ODt2
Bis tingkat yang menjadi salah satu korban serangan 7 Juli 2005 di LondonFoto: picture alliance / empics

Di lokasi monumen penghormatan terhadap korban berupa 52 pilar yang melambangkan 52 korban tewas, sebuah karangan bunga diletakkan atas nama Perdana Menteri Inggris David Cameron. Selama semenit seluruh aktivitas di London berhenti untuk mengheningkan cipta. Namun tidak ada acara resmi untuk memperingati serangan maut itu. Seorang pejabat pemerintah mengatakan, sesudah lima tahun berlalu dan kebanyakan keluarga korban tak lagi membutuhkan acara peringatan yang diselenggarakan pemerintah.

Menurut juru bicara sebuah kementerian, para keluarga korban lebih suka memperingati anggota keluarga mereka yang tewas dalam peristiwa itu secara pribadi. Termasuk dengan mengunjungi monumen penghormatan atau prasasti di lokasi-lokasi serangan. Ada pula yang memutuskan untuk tidak datang ke London sama sekali.

Namun nyatanya, sejumlah keluarga maupun korban yang selamat, kecewa bahwa pemerintah tak menyelenggarakan acara peringatan resmi. Thelma Stober, seorang pengacara yang kehilangan kakinya akibat serangan itu menegaskan, ia dan banyak korban lain ingin sekali menghadiri upacara peringatan resmi. Menurutnya, ia bersama sejumlah korban lain sudah mendatangi kantor pemerintah. Katanya, mereka kaget dan kecewa karena pemerintah mengatakan bahwa pemerintah tak menyiapkan upacara apapun karena sudah banyak acara lain.

Graham Foulkes, yang kehilangan seorang puteranya, David, juga mengungkapkan kecamannya terhadap pemerintah. Katanya, korban serta para keluarganya tak menuntut adanya peringatan tahunan besar-besaran. Namun untuk peringatan tahun ke-lima setidaknya, perdana menteri seharusnya datang sendiri untuk meletakkan karangan bunga. Karena, katanya, peristiwa itu merupakan serangan besar terhadap Inggris.

Peristiwa 7 Juli 2005 terjadi hanya sehari setelah London memenangkan pemilihan untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2012. Serangan bunuh diri dilancarkan oleh empat pelaku keturunan Pakistan dan Jamaika. Mereka terdiri dari Mohammed Sidique Khan, 30, Shehzad Tanweer, 22, Hasib Hussain, 18, dan Jermaine Lindsay, 19.

Keempat pelaku bertemu terlebih dahulu di stasiun Luton pagi hari itu. Lalu naik kereta ke stasiun King's Cross di London, untuk selanjutnya berpencar untuk melancarkan misi maut mereka. Dalam selang tiga menit, sejak pukul 8.50 pagi, Tanweer meledakkan diri di Aldgate, Sidique Khan menyalakan bomnya di Edgware Road, Lindsay meledakkan diri di lokasi antara King's Cross dan Russell Square. Sementara Hasib Hussain meledakkan diri dalam bis nomor 30 di Tavistock Square pada pukul 9.47. Keempatnya tewas bersama 52 korban mereka.

Jaringan televisi Al Jazeera menyiarkan video Mohammad Sidique Khan, yang menyatakan bahwa serangan memang dilancarkan untuk membunuh warga sipil Inggris, khususnya kaum non-Muslim:

"Pemerintahan kalian yang dipilih secara demokratis terus menerus melakukan kekejian terhadap umat kami di seluruh dunia. Dukungan kalian terhadap pemerintah membuat kalian jadui bertanggung jawab pula secara langsung," demikian pesan video Sidique Khan sebleum melancarkan aksi bom bunuh dirinya.

Dalam video itu dimunculkan juga Ayman Al Zawahiri, tokoh nomor dua Al Qaida. Namun diyakini, pernyataan al Zawahiri hanya ditempelkan begitu saja untuk memberi kesan keterkaitan dengan Al Qaida. Penyelidikan polisi tidak menemukan kaitan keempat pelaku dengan Al Qaida.

Dari pemeriksaan di lokasi tempat tinggal para pelaku, diketahui bahwa mereka merancang serangan dan merakit bom di sebuah kawasan di Leeds. Polisi sempat menangkap sejumlah orang, namun melepaskannya lagi karena kekurangan bukti yang kuat. Terlepas dari itu, seorang pengamat intelejen Inggris, Crispin Black, meyakini, serangan dilakukan secara terencana dengan dukungan jaringan yang kuat.

"Peristiwa 7 Juli itu masih tetap menjadi misteri hingga saat ini. Khususnya jaringan pelakunya. Jika kita berbicara dengan masyarakat di lokasi tempat direncanakannya serangan itu dan dirakitnya bom-bom itu, atau di berbagai wilayah Inggris yang dihuni banyak penduduk Muslim, mereka yakin bahwa para pelaku serangan itu bertindak sendirian. Namun tentu saja tak ada yang percaya," dikatakan Crispin Black.

Hasil penyelidikan lebih lengkap, rencananya akan diungkap akhir tahun 2010 ini.

Ging Ginajar

Editor: Hendra Pasuhuk