1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

110810 Pakistan Flut Taliban

11 Agustus 2010

Taliban tuntut pemerintah Pakistan agar menolak bantuan dana Amerika Serikat senilai 55 juta Dollar. Para pemberontak itu sendiri siap sediakan 20 juta Dollar untuk membantu korban banjir.

https://p.dw.com/p/OiNx
Seorang korban banjir berusah keluar dari lokasi banjir dengan menggiring ternaknyaFoto: AP

"Tidak, pemerintah tak melakukan apa-apa untuk kami." Satu kalimat ini menohok betul bagi pemerintah Pakistan. Korban banjir dari wilayah barat laut Pakiskan ini hanya mengatakan apa yang beberapa hari ini dipikirkan oleh banyak warga yang menjadi korban bencana banjir. Mereka hanya tahu, bahwa hanya kelompok radikal yang kini telah berada di lokasi untuk membantu mereka.

"Saya tak bisa memastikan itu kelompok Taliban, tapi biasanya kelompok-kelompok keagamaan cepat memberikan bantuan. Mereka selalu paling dulu dalam soal-soal seperti ini," begitu pengalaman seorang petugas organisasi bantuan yang tak mau disebut namanya. Misalnya saja, Lashkar-e-Taiba, yang bertanggung jawab atas rangkaian serangan di Mumbai, seringkali tampil sebagai organisasi bantuan saat terjadi bencana alam.

Menurut harian "New York Times", kardus-kardus bantuan yang mereka bagi bertuliskan pesan: "Jangan percaya pada pemerintah dan sekutu Baratnya." Selain Taliban dan Lashkar e-Taiba, di Pakistan selalu banyak kelompok agama yang segera turun tangan memberikan bantuan, sambil menyampaikan sebuah pesan politik. Seperti saat bencana gempa bumi 2005.

Kunjungan Presiden Pakistan Asif Ali Zardari ke Eropa minggu lalu, juga tidak menguntungkan karena membuka kesempatan yang lebih besar bagi kelompok-kelompok radikal untuk menarik simpati para korban yang sudah putus asa menunggu bantuan pemerintah. Utusan khusus PBB, Jean-Maurice Ripert mengingatkan bahwa masyarakat internasional harus secepat mungkin membantu para korban banjir di Pakistan. Antara lain, juga karena kini ada persaingan dengan kelompok ekstrim radikal islam yang sudah di lokasi.

Kai Küstner/Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk