1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

231211 Pakistan Putsch

24 Desember 2011

Serangan bom Taliban Sabtu (24/12) tewaskan enam tentara Pakistan dan melukai belasan orang. Sementara AS membekukan serangan pesawat tanpa awak di Pakistan.

https://p.dw.com/p/13Yos
Kawasan Waziristan, PakistanFoto: Abdul Sabooh

Kelompok Tehreek-e-Taliban Pakistan, TTP, mengaku bertanggung jawab serangan terhadap pasukan perbatasan Frontier Corps, Sabtu (24/12) pagi. Menurut kepolisian setempat, pelaku bom bunuh diri menubrukkan mobil berisi bahan peledak ke gedung pos paramiliter di kota Bannu.

Siang hari Sabtu, pejabat senior kepolisian, Feroz Shah menyebutkan, bahwa enam orang tewas dan 12 orang terluka. Jumlah ini bisa meningkat, karena belum semua jenazah dikeluarkan dari bawah puing gedung.

Pakistan Fahndung nach Taliban Plakat in Waziristan
Daftar BuronTaliban di PakistanFoto: Abdul Sabooh

Taliban dan Serangan Pesawat Tanpa Awak

Bannu berada 40 kilometer dari Miranshah, kota terbesar di Waziristan Utara. Menurut jurubicara TTP, Ehsanullah Ehsan, bom bunuh diri itu merupakan aksi balas dendam. Disebutkan, seorang komandan TPP terbunuh bulan lalu dalam serangan udara NATO yang menggunakan pesawat mata-mata tanpa awak. Ehsan menegaskan, serangan terhadap pasukan Pakistan akan berlanjut.

Flash-Galerie Pakistan: Militär in Bannu, Waziristan
Patroli militer Pakistan di BannuFoto: AP

Sementara itu, militer Pakistan hari Jumat (23/12) menolak hasil investigasi Amerika Serikat terhadap serangan udara pesawat tanpa awak akhir November lalu yang menewaskan 24 tentara Pakistan. Peristiwa itu telah meruncingkan ketegangan antara kedua negara. Temuan invetigasi yang dirilis Kamis (22/12)lalu, melaporkan kelalaian pada kedua belah pihak yang menyebabkan terjadinya peristiwa naas itu.

Pakistan Tepis Investigasi AS, Serangan Pesawat Tanpa Awak Dibekukan

Di Pakistan, Mayor Jenderal Athar Abbas menepis laporan AS yang menyalahkan pasukan Pakistan telah lebih dulu menembak kearah pasukan AS dan Afghanistan. Pakistan sejak awal menolak untuk melakukan invetigasi bersama, dengan alasan bahwa sikap AS kerap bias.

Pakistan Anschlag USA Drohnenangriff
Pesawat Tanpa Awak ASFoto: picture alliance/dpa

Para pejabat AS memang mengakui kesalahan, namun ditegaskan bahwa tindakannya sesuai ketentuan. Selain itu, menurut Brigjen. Stephen Clark dari Angkatan Udara AS, Pakistan lalai memberitahukan telah membangun dua pos baru, yang kemudian menjadi target serangan pesawat tanpa awak November lalu.

Meski begitu, Jumat (23/12) pemerintah AS membekukan sementara serangan pesawat tanpa awak di Pakistan untuk mencairkan suasana. Serangan-serangan itu bertujuan menghancurkan basis-basis Taliban yang tersembunyi di Waziristan Utara.

Obok-obok di Dalam Negeri

Kericuhan antara Pakistan dan AS semakin menjadi dengan meledaknya apa yang kini dikenal sebagai “memogate”. Skandal ini terbongkar Oktober lalu. Ketika itu pebisnis AS, Mansoor Ijaz menulis di harian Financial Times, bahwa seorang diplomat senior yang dekat dengan Presiden Ali Zardari meminta bantuan Pentagon untuk menghindari kudeta militer di Pakistan.

Pakistan Präsident Porträt Asif Ali Zardari
Presiden Asif Ali ZardariFoto: AP

Ketegangan dalam negeri antara pemerintah dan militer Pakistan sudah berlangsung lama, tapi belakangan skandal itu dibesar-besarkan seakan hendak merusak citra pemerintahan Zardari.

Shamil Shams, wartawan Deutsche Welle yang tengah berada di Pakistan mengatakan, "Skandal itu bertujuan merusak citra pemerintah Zardari. Semua partai oposisi, media, kelompok dan partai kanan menentang partai rakyat Pakistan PPP. Zardari dan Gilani adalah anggota partai ini. Tampaknya mereka membenci PPP karena ini satu-satunya partai yang sedikit liberal dan tidak konservatif.”

Menurut Shams, di Pakistan berlangsung banyak intrik untuk menjatuhkan pemerintahan Zardari, khususnya dari kalangan oposisi konservatif. Namun, tidak tampak bahwa rakyat Pakistan menginginkan pemerintahan militer lagi.

afp/ap/rtr/Edith Koesoemawiria
Editor: Dyan Kostermans