1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Siapa Pelaku di Balik Tewasnya Pendeta di Papua?

Detik News
22 September 2020

Kematian pendeta Yeremia Zanambani di Papua menyisakan tanda tanya. PGI sebut ada dua versi yang mengemuka, pendeta Yeremia itu ditembak oleh oknum TNI atau Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

https://p.dw.com/p/3ioxc
Foto Ilustrasi.
Foto Ilustrasi.Foto: picture-alliance/McClatchy/A. Rizvi

Informasi mengenai kematian pendeta Yeremia Zanambani ini awalnya disampaikan Kapen Kogabwilhan III, Kol Czi IGN Suriastawa, dalam keterangan tertulis, Minggu (20/9/2020). Dia menyebut ada fitnah yang disebarkan oleh para anggota Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) seolah-olah penembakan tersebut dilakukan oleh oknum TNI.

"Seperti yang telah saya sampaikan kemarin, mereka sedang mencari momen menarik perhatian di Sidang Umum PBB akhir bulan ini. Dan inilah yang saya khawatirkan, bahwa rangkaian kejadian beberapa hari ini adalah settingan mereka yang kemudian diputarbalikkan bahwa TNI menembak pendeta. Harapan mereka, kejadian ini jadi bahan di Sidang Umum PBB. Saya tegaskan, bahwa ini semua fitnah keji dari KKSB," kata Suriastawa dalam keterangan tertulis, Minggu (20/9/2020).

Suriastawa mengimbau warga untuk tidak terprovokasi dengan hasutan KKSB. Menurut dia, ada sejumlah akun di media sosial yang mulai memutarbalikkan fakta terkait penembakan tersebut.

"Fitnah mereka di medsos, jelas sudah setingan dan rekayasa untuk menghasut masyarakat sekaligus menyudutkan TNI/Polri dan pemerintah menjelang SU PBB, seperti yang saya sampaikan kemarin," ujarnya.

Dua versi cerita penembakan

Sehari kemudian, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) mengeluarkan pernyataan sikap. PGI mengecam penembakan yang terjadi di Distrik Hitadipa, Intan Jaya itu.

Humas PGI Philip Situmorang menyebut informasi mengenai penembakan itu masih belum jelas. PGI, disebut dia, menerima dua versi cerita penembakan itu.

"Informasi mengenai penembakan ini masih simpang siur," kata Humas PGI Philip Situmorang dalam keterangan pers tertulisnya, Senin (21/9).

"Di satu sisi PGI mendapat laporan dari GKII dan pemberitaan media lokal yang menyebutkan, penembakan tersebut diduga dilakukan oleh aparat TNI yang sedang melakukan tugas operasi militer," kata Philip.

GKII yang disebut Philip di atas adalah Gereja Kemah Injil Indonesia, salah satu sinode anggota PGI. GKII menduga Yeremia tewas ditembak oknum TNI. Sementara itu, ada versi kabar yang lain pula, Yeremia ditembak kelompok kriminal bersenjata.

"Sementara media nasional memberitakan bantahan pihak TNI, dan menyebut pelaku penembakan adalah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB)," kata Philip.

PGI usulkan pembentukan tim investigasi independen

Supaya peristiwa ini jelas, PGI mengusulkan pembentukan tim investigasi yang independen. Investigasi independen bisa menghindari kondisi saling tuduh.

"Tidak mudah bagi kami mengklarifikasi peristiwa ini. Untuk itu kami telah menyurati Presiden Republik Indonesia, Kapolri dan Panglima TNI untuk mengusut tuntas kasus ini dengan membawanya ke ranah hukum," kata dia.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum PGI Gomar Gultom mendorong agar kasus ini diselesaikan secara hukum. PGI telah menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi), Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kapolri Jenderal Idham Azis, meminta kasus ini diusut tuntas dan mengecam keras kekerasan di Papua.

"Siapapun pelakunya, TNI atau KKB, pemerintah harus mengusut tuntas kasus ini dan menyelesaikannya secara hukum, tidak bisa dibiarkan seperti selama ini, kalau menghilangkan nyawa orang Papua berlarut-larut tanpa penyelesaian," kata Gomar Gultom.

Berikut adalah sikap PGI terkait peristiwa tewasnya Pendeta Yeremia Zanambani:
1. Menyatakan duka yang mendalam kepada semua keluarga korban yang terluka dan yang kehilangan anggota keluarganya dalam kasus ini. Kiranya Tuhan yang Rahmani memberikan penghiburan bagi seluruh keluarga.
2. Mendesak dan mendukung upaya pihak kepolisian RI dalam hal ini Kepolisian Daerah Papua bekerja sama dengan Komnas HAM Perwakilan Papua untuk terus melakukan investigasi kasus ini.
3. Meminta pemerintah, lembaga adat dan gereja-gereja di Papua untuk ikut aktif memfasiltasi penyelesaian kasus ini.
4. Harus dihentikan segala bentuk kekerasan di Papua yang membawa korban, baik rakyat sipil maupun aparat keamanan.
5. Kasus ini menjadi kasus penembakan terakhir dan mendorong pemerintah menyelesaikan tuntas kasus-kasus sejenis selama ini, termasuk kasus Paniai, Nduga, dll.

Polisi: KKB cari perhatian jelang sidang umum PBB

Polda Papua juga angkat bicara mengenai penembakan pendeta Yeremia ini. Polda Papua menyatakan isu pendeta Yeremia ditembak TNI tidak benar.

"Perlu diketahui bahwa Distrik Hitadipta Kabupaten Intan Jaya tidak ada personel TNI/Polri, yang ada hanya Pos Persiapan Koramil Hitadipta di sana. Isu yang beredar bahwa kasus penembakan yang mengakibatkan Pendeta Yeremia Zanambani dilakukan oleh aparat TNI itu tidak benar," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Musthofa Kamal dalam keterangannya, Senin (21/9).

Kamal menyebut pihak KKB memang sengaja menyebarkan isu yang menyatakan bahwa pendeta Yeremia ditembak oleh TNI. Menurutnya, itu dilakukan untuk mencari perhatian jelang Sidang Umum PBB.

"Rangkaian kejadian beberapa hari ini adalah setting-an KKB yang kemudian diputarbalikkan bahwa TNI melakukan penembakan kepada pendeta. Harapan mereka, kejadian ini jadi bahan di Sidang Umum PBB," sebut Kamal.

"Kami mengimbau kepada warga masyarakat untuk tidak terprovokasi dengan sebaran fitnah oleh KKB, khususnya melalui medsos. Fitnah mereka di media sosial, jelas sudah settingan dan rekayasa untuk menghasut masyarakat sekaligus menyudutkan TNI/Polri dan pemerintah menjelang Sidang Umum PBB," sambungnya.

Kamal juga memastikan bahwa pihaknya akan menyelidiki kasus kematian pendeta Yeremia. Polisi, sebut dia, akan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

"Kami akan melakukan olah TKP untuk mengetahui sebab kematian pendeta Yeremia Zanambani," terangnya. (Ed: gtp/pkp)

Baca artikel selengkapnya di: DetikNews

Tanda Tanya di Balik Tewasnya Pendeta di Papua