1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tank Baja Menyerbu Daraa

25 April 2011

Rezim Assad di Suriah membubarkan para demonstran dengan kekerasan. Di Daraa penembak jitu dan tank baja dikerahkan dan menembaki rumah-rumah. Amerika Serikat mempertimbangkan "sanksi terarah" terhadap Suriah.

https://p.dw.com/p/113kT
Militer Suriah Menyerbu Daraa
Militer Suriah Menyerbu DaraaFoto: dapd

Tujuannya jelas. Presiden Suriah, Bashar al Assad, ingin meredam meluasnya aksi perlawanan warga dengan tangan besi. Menurut keterangan warga dan kelompok pembela HAM, pasukan yang setia pada rezim melepaskan tembakan dan membunuh banyak orang di sejumlah kota.

Tank Baja Menembaki Daraa

Warga Daraa melihat tank baja memasuki kota.
Warga Daraa melihat tank baja memasuki kota.Foto: AP

Sedikitnya 20 orang tewas di Daraa, Suriah selatan yang menjadi kantung oposisi. Bulan lalu pendukung oposisi juga menggelar aksi demonstrasi menentang rezim Assad. Tindakan keras yang dilancarkan militer tidak pandang bulu. Aparat keamanan mengerahkan tank baja ke dalam kota dan menembaki rumah-rumah.

Sementara itu, hari Senin (25/04) di kota pesisir Jabla, menurut keterangan kelompok pembela HAM, sedikitnya 13 warga sipil tewas ditangan pasukan pemerintah dan penembak jitu. Sebelumnya, aksi unjuk rasa digelar di kota itu. Seorang aktivis pembela HAM melaporkan, daerah Duma di Damaskus juga diserbu pasukan pemerintah. Aparat keamanan menembaki warga sipil dan menangkapi penduduk. Menurut aktivis tersebut, seluruh pusat gerakan perlawanan diserbu tentara pemerintah dan dengan pola yang sama. "Mereka ingin memukul balik revolusi dan bertindak sangat brutal," ujar seorang aktivis.

Amerika Serikat akan Turun Tangan?

Di tengah aksi kekerasan yang dilancarkan pemerintah Suriah terhadap kubu oposisi, Amerika Serikat mempertimbangkan sanksi terhadap rezim di Damaskus. Saat ini "sanksi terarah" merupakan kemungkinan jawaban atas kekerasan terhadap gerakan protes, demikian dikatakan jurubicara Dewan Keamanan AS, Tommy Vietor, hari Senin (25/04) di Washington DC.

Reformasi Mandul

Penembak jitu dan pasukan Suriah dikerahkan di sejumlah kota di Suriah.
Penembak jitu dan pasukan Suriah dikerahkan di sejumlah kota di Suriah.Foto: dapd

Para aktivis pembela HAM memperkirakan lebih dari 350 warga sipil menjadi korban tewas sejak pecahnya kerusuhan. Sekitar seratus orang di antaranya terbunuh dalam tiga hari terakhir ini. Gerakan protes yang terinspirasi dari revolusi sejumlah negara Arab itu dimulai enam pekan lalu dengan aksi unjuk rasa menuntut reformasi demokratis.

Setelah jatuh korban tewas, tuntutan para demonstran pun berubah. Kini mereka menuntut presiden untuk mundur. Hal itu tidak membuat Assad memberikan kelonggaran. Setelah ditunda beberapa kali, Presiden Bashar al Assad mencabut keadaan darurat negara dan melonggarkan hak kebebasan berkumpul. Penghapusan peraturan darurat negara merupakan tuntutan utama para demonstran. Tetapi langkah ini melempem setelah semakin jelas bahwa pemerintah mengandalkan intimidasi dengan kekerasan dan penyiksaan.

Cendekiawan Suriah Bersuara

Tidak hanya masyarakat internasional yang mengecam aksi kekerasan di Suriah. Aksi protes damai juga digelar di dalam negeri. Hari Senin, lebih dari seratus penulis dan jurnalis Suriah mempublikasikan pernyataan bersama mengecam tindakan keras pemerintah. "Kami mengutuk tindakan opresif kekerasan rezim Suriah terhadap demonstran dan berduka bagi para martir gerakan perlawanan," demikian tercantum dalam pernyataan tersebut.

Deklarasi ditandatangani para cendekiawan dan kaum minoritas Alawiyah, yang cukup berpengaruh di Suriah. Para pembubuh tanda tangan juga mengeluhkan pemberitaan media pemerintah yang tendensius mengenai aksi protes. Media dituding menyebarkan "kebohongan" tentang aksi protes di Suriah.

LS/CP//dpa/rtr/dpa/afp