1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tarakan Berangsur Pulih

30 September 2010

Setelah Rabu (29/09) sempat mencekam, situasi kota Tarakan, Kalimantan Timur, Kamis (30/09) berangur-angsur normal. Aktifitas warga mulai tampak berjalan menyusul kesepakatan damai dua kelompok etnis yang bertikai.

https://p.dw.com/p/PREd

Aktifitas perekonomian di pusat kota Tarakan hari ini mulai menggeliat. Meski belum pulih sepenuhnya, namun toko-toko dan kantor pelayanan umum, seperti di sepanjang Jalan Sudirman dan Jalan Yos Sudarso, mulai banyak yang dibuka. Tidak tampak lagi konsentrasi massa bersenjata tajam yang Rabu kemarin sempat membuat warga ketakutan. Tutur seorang warga kota Tarakan, Kuswara.

Ribuan pengungsi yang kemarin memenuhi lapangan dan tangsi tangsi milik aparat keamanan, sejak kamis pagi juga sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Menurut Juru Bicara Polda Kalimantan Timur, Antonius Wisnu Sutirta, kondisi ini tak lepas dari kuatnya keinginan damai kedua kelompok.

Meski demikian, menurut Wisnu Sutirta polisi dan tentara masih akan bersiaga, terutama di lokasi lokasi yang sebelumnya menjadi titik bentrokan. Ia menegaskan aparat keamanan akan bertindak tegas terhadap mereka yang berupaya menganggu kesepakatan damai ini.

Hari Rabu malam (29/09), tokoh tokoh kelompok dari dua etnis yang bertikai menandangani kesepakatan damai untuk menghentikan aksi kekerasan dan menyerahkan kasus itu kepada aparat hukum.

Hari ini para pemimpin kelompok itu kembali mengikuti rapat lanjutan dengan Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek dan Pejabat Keamanan untuk menguatkan kesepakatan damai itu. Menurut Walikota Tarakan Udin Hianggio, langkah lanjutan untuk membumikan kesepakatan damai ini adalah mensosialisasikan kesepakatan perdamaian ini ke seluruh lapisan masyarakat.

Lebih jauh, Walikota Tarakan Udin Hianggio mengungkapkan, pihaknya tengah memikirkan sejumlah langkah, agar di masa depan, kekerasan seperti ini tak berulang di kota Tarakan. Ia menyebut usulan pendirian sebuah Gedung kesenian yang diharapkan bisa merekatkan kebersamaan antara warga asli dengan pendatang, dengan memahami budaya masing - masing.

Kerusuhan di kota kaya gas alam itu, dipicu kasus pemerasan yang dilakukan warga pendatang terhadap penduduk asli, yang berbuntut perkelahian dan tewasnya seorang warga asli. Kekerasan itu lalu memicu bentrokan yang lebih luas melibatkan warga pendatang dan penduduk probumi. Namun dalam pernyataannya, Kapolri Bambang Hendarso Danuri menegaskan, bahwa insiden tersebut merupakan murni tindak pidana, bukan persoalan suku atau agama.

Zaki Amrullah

Editor: Yuniman Farid