1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Target Merkel: Menembus Birokrasi Pasar Cina

15 Juli 2010

Jumat dan Sabtu (16-17/07), Kanselir Jerman Angela Merkel melawat ke Cina. Agenda kunjungannya kali ini perdagangan dan ekonomi.

https://p.dw.com/p/OMmf
Kanselir Jerman Angela Merkel tiba di Beijing, Cina, Kamis (15/07).
Kanselir Jerman Angela Merkel tiba di Beijing, Cina, Kamis (15/07).Foto: picture-alliance/dpa

Jerman tahu apa yang kita perlukan. Demikian tulisan majalah Cina 'Minggu Ekonomi'. Mobil elektronik dan teknologi lingkungan. Dan tentu produk yang dibutuhkan untuknya. Karena itu pabrik kimia Budenheim menanam investasi di Shanghai. Pimpinan pabrik Qian Min melaporkan, produsen baja Cina terbesar Baosteel pun sekarang sudah menjadi pelanggan mereka.

"Kami memproduksi hanya zat tahan api yang bebas halogen. Di sebagian besar negara-negara Asia, masih dianggap wajar jika menggunakan zat yang mengandung halogen. Tetapi ini merusak lingkungan. Bagi kami bebas halogen adalah penting. Ini melindungi lingkungan. Di Cina ini pun sedang digemari. Walau pun kompetisi disini ketat, kami tetap punya kesempatan yang baik," kata Qian Min.

Ambisi Cina adalah Peluang Jerman

Delegasi ekonomi Cina mengunjungi Siemens Turbomachinery Equipment GmbH di Leipzig, Jerman, Juni 2010.
Delegasi ekonomi Cina mengunjungi Siemens Turbomachinery Equipment GmbH di Leipzig, Jerman, Juni 2010.Foto: picture alliance/dpa

Cina adalah mitra dagang Jerman terpenting di Asia. Bagi Cina sendiri, Jerman berada di peringkat keempat di belakang Jepang, Amerika Serikat dan Korea Selatan. Tahun lalu, pada kuartal pertama perdagangan Jerman-Cina meningkat hingga 34 persen. Ambisi Cina adalah peluang bagi kami. Demikian Stefan Schröder, perwakilan industri dirgantara dari negara bagian Niedersachsen.

Ditambahkannya, "Bagi kami sangat penting, agar Cina dalam sepuluh tahun ke depan berkembang menjadi lokasi kedua terbesar untuk dirgantara sipil. Dan bagi transportasi udara dibutuhkan pesawat. Di Niedersachsen kami memiliki banyak perusahaan yang bisa menyediakan komponen bagi pesawat. Kami juga bekerja sama dengan bagian teknik Lufthansa yang juga memiliki akademi pelatihan dan menangani secara intensif pasar di Cina."

Dalam kunjungannya, kanselir Jerman didampingi oleh delegasi ekonomi yang terdiri atas pengusaha, termasuk diantaranya pimpinan Airbus Thomas Enders, pimpinan BASF Jürgen Hambrecht, pimpinan Siemens Peter Löscher dan pemimpin Volkswagen Martin Winterkorn.

VW telah mengumumkan pembangunan pabrik ke-11 di Cina. Kunjungan politik dianggap sebagai bantuan. Ini telah dialami sendiri oleh perdana menteri baru negara bagian Niedersachsen David McAllister di Cina minggu lalu.

"Hingga tahun 2012, 500 ribu kendaraan dengn tenaga listrik diharapkan akan berada di jalanan Cina. Pemerintah Cina ingin mempromosikan penjualan kendaraan tenaga listrik. Tetapi hingga kini ada risiko, bahwa ini hanya bagi penjual dari Cina dan VW sekarang mendapat persetujuan. Jadi penawar asing, selama mereka bekerja di Cina dan memproduksi disini juga punya peluang. Seperti pada kasus Volkswagen," ujar McAllister.

Mercedes ingin bersama produsen baterai dan mobil BYD dari Shenzhen merakit mobil elektronik. Pimpinan urusan luar negeri BYD Henry Li mengatakan, "BYD sangat maju dalam teknologi baterai. Mercedes punya banyak pengalaman dalam perakitan kendaraan dan keamanan. Jadi dua mitra kuat bergabung disini."

Target: Menembus Birokrasi Pasar Cina

Walau banyaknya peluang yang ada, Cina bukan negara yang birokrasinya mudah ditembus. Ioanna Kraft pimpinan kamar dagang Jerman di Shanghai mengatakan, masih banyak rintangan untuk memasuki pasaran.

"Dalam hal pemberian tender terbuka, bisa dilihat bahwa perusahaan Eropa dibatasi aksesnya. Padahal bisa dibilang mereka adalah seperti perusahaan Cina. Mereka membayar pajak di sini dan mempekerjakan warga Cina. Saya berharap agar masalah ini juga dibahas," Kraft menjelaskan.

Saat ini kamar dagang Eropa mengharapkan adanya dialog antara kanselir Jerman dan perdana menteri Wen Jiabao dalam menyelesaikan permasalahan semacam itu.

Astrid Freyeisen/Luky Setyarini

Editor: Vidi Legowo-Zipperer