1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mindwalker Bantu Penderita Lumpuh Berjalan Lagi

21 Mei 2018

Imuwan Eropa berambisi kembangkan eksoskeleton yang bisa membantu korban kelumpuhan untuk bisa berjalan lagi. Perangkat robotik berfungsi secara tandem dengan piranti lunak yang dikendalikan dari kacamata spesial.

https://p.dw.com/p/2y3Hf
Bildergalerie Hannover Messe Highlights Bild 4
Foto: DW

Pasca kecelakaan ski tragis, Marius Ciustea yang berusia 19 tahun kehilangan fungsi kakinya. Ia lumpuh dari bahu ke bawah. Tapi sekarang ia merasa optimis, suatu hari nanti bisa kembali berjalan. Ia mengharapkan Fiksi Ilmiah Jadi Kenyataan dalam Kedokteran

"Saya bahagia, karena bisa kembali berdiri, dan berjalan lagi, bergerak sedikit. Saya harap, sensasi dan kekuatan akhirnya kembali ke kedua kaki saya", ujar Marius Ciustea.

Exoskeleton yang membantu Marius dan penderita lumpuh lainnya, dikembangkan dan diujicoba oleh para ilmuwan dari proyek riset Uni Eropa. Para pelatih fisik maupun pakar ilmu syaraf yakin, prototipenya amat menjanjikan.

Federica Tamburella, pakar terapi fisik dari Rumah Sakit Fondazione Santa Lucia di Roma menjelaskan: "Dengan rehabilitasi konvensional, pasien tidak akan bisa berjalan di sepanjang belandar paralel ini tanpa dibantu. Sangat mustahil mereka memulihkan sensansi berjalan. Exoskeleton ini memungkinkan pasien mendapat sensasi dinamis secara alami dan psikologis. Rangka memungkinkan pasien menggerakan pinggul, yang merupakan kunci gerakan dalam semua teknik rehabilitasi konvensional."

Sementara pakar neurologi Marco Molinari menuturkan: "Bisa berjalan kembali, menjadi tujuan utama pasien dari visi psikologis. Bagi mereka, ada perbedaan besar, meninggalkan sejenak kursi roda, dan memiliki titik pandang orang dewasa, bukannya visi dari ketinggian anak kecil. Dan bisa berdiri kembali dan punya kotak mata dengan orang dewasa lainnya."

Visi jauh ke depan

Para peneliti juga melihat jauh ke depan. Mereka memiliki impian, menolong penderita lumpuh kembali berjalan, dengan cara mengendalikan exoskeleton menggunakan gelombang syaraf dengan otak mereka. Para peneliti ibaratnya Menciptakan Otak Tiruan dengan Komputer Super Cerdas

Prototipe sistemnya diberi nama ‘Mindwalker'. Para ilmuwan yang terlibat program ini mengharapkan, suatu hari nanti mereka bisa memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi.

Michel Ilzkovitz, insinyur telekomunikasi "Mindwalker" Project menjelaskan: "Idealnya, kami ingin mengembangkan sistem, yang mampu mengontrol exoskeleton dengan sinyal dari otak pasien. Kami masih belum mampu mencapai itu, akibat berbagi kendala. Pertama, hambatan dari tengkorak kepala. Ini menghalangi sinyal dari otak ke instrumen yang kami kembangkan untuk mengukukrnya. Artinya, sinyal seringnya tidak cukup jelas untuk digunakan. Selain itu, ada kesulitan dari getaran yang diakibatkan exoskeleton sendiri. Getaran konstan ini mengganggu kualitas sinyal otak yang kami dapatkan, dan menyulitkan penggunaannya."

Untuk menanggulangi berbagai kesulitan, para peneliti mencari jalan pintas mengakses otak. Salah satunya lewat mata. Dengan merangsang otak lewat retina, para ahli berharap dapat mengidentifikasi dan mengisolasi sinyal syaraf, yang dapat membantu mereka mengendalikan exoskeleton.

Guy Cheron, pakar fisiologi saraf dari Université Libre de Bruxelles memaparkan: "Kami tahu panjang gelombang sinyal yang mencapai retina. Otak merespons sinyal itu, dengan menciptakan panjang gelombang yang selaras. Karena kami tahu panjang gelombang aslinya, kami bisa menyaring sinyal otak untuk merespons itu. Gelombang otak ini, kemungkinan bisa digunakan mengendalikan exoskeleton."

Ini riset yang sangat rumit. Tapi para ilmuwan berharap, bisa memperoleh solusi logis bagi penderita lumpuh dalam waktu dekat ini.

Michel Ilzkovitz juga menyatakan optimistis: "Kami ramalkan pemasaran sistem seperti ini dalam tiga sampai lima tahun lagi. Tapi sebelumnya, kami harus membuat sistemnya lebih tangguh, mudah dipakai dan produksinya lebih murah.

as/hp/(DW Inovator)