1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Nobel Fisika 2017 untuk Gelombang Gaib

3 Oktober 2017

Temuan gelombang gravitasi, seperti yang diramalkan Einstein 100 tahun silam, buahkan hadiah Nobel Fisika untuk 3 pakar astrofisika AS. Gelombang akibatkan kerutan ruang waktu.

https://p.dw.com/p/2l9BZ
Schweden Stockholm Physik-Nobelpreis 2017
Foto: Reuters/TT News Agency/J. Gow

Pakar astrofisika Barry Barish, Kip Thorne dan Rainer Weiss dianugerah hadiah Nobel Fisika 2017, untuk temuan gelombang gravitasi. Albert Einstein meramalkan adanya gelombang gravitasi ini seabad silam, sebagai bagian dari teori relativitas umum.

Sebuah kerutan pada ruang-waktu akibat proses gaya di alam semesta. Seperti akibat tabrakan dua lubang hitam atau runtuhnya inti bintang. Eksistensi gelombang gravitasi baru terdeteksi tahun 20115 silam oleh ketiga ilmuwan tersebut

.

Melacak Gelombang Gaib Dari Jagad Raya

"Sebuah temuan yang mengguncang dunia", kata Goran K Hansson, ketua Swedish Royal Academy of Sciences di Stockholm.

Rainer Weiss dari Massachusetts Institute of Technology mendapat separuh dari hadiah uang tunai 1,1 juta US Dolar itu, sementara Barry Barish dan Kip Thorne dari California Institute of Technology berbagi separuh lainnya.

Buka babak baru pengamatan jagad raya

Gelombang gravitasi dideteksi melalui tabrakan dua lubang hitam berukuran sedang sekitar 1,3 milyar tahun cahaya dari Bumi. Lebih dari seribu ilmuwan di 16 negara terlibat memantau fenomena langka tersebut.

Keberhasilan tersebut mengakhiri seabad spekulasi, 50 tahun meraba dalam gelap dan 25 tahun pengembangan instrumen yang sedemikian sensitif hingga mampu merekam gangguan pada ruang waktu sebesar seperseribu diameter sebuah inti atom pada sinar laser sepanjang empat kilometer.

Penemuan gelombang gravitasi membuka babak baru dalam pengamatan ruang angkasa. Pada prinsipnya ada dua cara memantau alam semesta, salah satunya adalah lewat gelombang elektromagnetik yang antara lain mencakup gelombang radio, sinar gamma atau radiasi ultraviolet - atau mudahnya cahaya yang bisa dilihat manusia.

Cara lain adalah melalui gelombang gravitasi. "Tanpanya kita tidak akan mampu mengamati tabrakan dua lubang hitam," kata Buonanno. Fenomena itu selama ini baru sebatas prediksi tanpa bukti. Karena lubang hitam pada dasarnya tidak memancarkan radiasi elektromagnetik.

Bisa ungkap rahasia partikel gelap?

Bukan tidak mungkin ilmuwan bakal menggunakan gelombang gravitasi untuk mengungkap misteri terbesar alam semesta, yakni partikel gelap.

Fenomena yang diprediksi oleh Albert Einstein sekitar seratus tahun silam itu menyebut setiap pergerakan benda bermassa akan menyebabkan kerutan pada ruang waktu. Cuma saja efeknya sedemikian kecil, bahkan untuk dua lubang hitam bermassa 50 matahari sekalipun.

Dengan penemuan ini ilmuwan kini "bisa mengamati fenomena yang selama ini tidak mampu kita lihat," ujar David Reitze dari California Institute of Technology. Ia membandingkan penemuan gelombang ajaib tersebut dengan saat ketika Galileo pertama kali menggunakan teleskopnya, "kita membuka jendela astronomi gravitasi."

  

as(dpa,afp,ap,cit,aei)